4.ra

358 11 1
                                    

Aku merasa perlu pergi dari sini. Bahkan sampai sekarang fi masih tidak berbicara. Sepertinya sudah berlalu 10 menit.

Namun, Baru saja aku ingin beranjak tiba tiba aku merasa ada pergerakan dari fi. Aku menoleh.

Tapi sebelum aku bisa melihatnya-

Grebb

-dia tiba tiba memelukku.

" Eh? "

.
.
.
.
.
.
Aku tidak tahu. Tiba tiba dia memelukku. Memelukku sangat erat. Seakan akan hanya dengan memelukku dia bisa hidup. Aku tidak tau bagaimana raut wajahnya saat ini. Tapi sesaat aku bisa merasakan tubuhnya bergetar.

Apa dia sedang menangis??

Apa perkataanku barusan terlalu kasar?

Apa dia tersinggung dengan ucapanku?

Atau dia sakit hati mendengarnya?

Ntah kenapa aku jadi merasa bersalah. Aku merasa sudah keterlaluan mengatakan aku tidak akan suka padanya. Padahal dia tidak mengatakan apapun padaku.

Tapi. Arghhhh!!!!

Kenapa ini rumit sekali.

Tubuhnya lagi lagi bergetar.

Seakan akan dia juga merasakan kesulitanku. Dan tidak bisa menahan diri untuk memelukku lebih erat.

" Fi..." Ujarku mencoba menenangkannya.

Tubuhnya kembali bergetar. Dan setelahnya aku bisa merasakan bahuku basah.

Benar dia menangis.

" Fu..." Suaranya serak. Dia memelukku lebih erat lagi.

Aku tidak tahu. Tapi setiap orang memelukku, atau memegang tanganku, perasaan orang itu akan langsung sampai padaku. Apalagi rasa sakit. Rasa itu akan mangalir keseluruh organ tubuhku, dan aku tidak akan berhenti merasakannya sampai orang itu tenang. Dan rasa sakit itu, sekarang kembali kurasakan. Dari fi yang sedang memelukku. Air matanya yang tak henti membasahi bahuku menambah rasa sakit itu. Dan rasanya aku ingin menangis.

" Fi. Ada apa?"

Tidak ada respon. Dia hanya memelukku. Dan makin lama makin erat.

Aku tidak keberatan. Karena pelukannya tidak menghentikan laju pernapasanku. Tapi rasa sakitnya memebuatku sesak.

Mataku rasanya memanas.

" Fi.... Tenanglah...." Aku berusaha sekuat tenaga menahan air mataku yang memberontak keluar.

Aku mencoba lebih menenangkannya dengan membalas pelukannya. Kalau tidak rasa sakit ini tidak akan hilang. Dan aku akan menangis. Aku tidak mau.

Sambil mengelus elus rambutnya yang tebal, aku mendengar fi menggumam.

" Apa?" Suaranya teredam di leherku. Aku kembali memintanya mengulang perkataannya.

" Aku tidak tahan fu." Suaranya kecil dan seperti meringis kesakitan.

Aku menariknya makin dekat padaku. Memeluknya lebih erat. Aku ingin segera terbebas dari rasa sakit ini, dan ingin fi lebih tenang.

" Tenanglah... Semua baik baik saja."

" Ini sakit...." Ujarnya di sela tangisannya.

' Ya... Sakit sekali. Aku merasakannya fi. Hatiku serasa ditusuk tusuk dan rasanya tidak nyaman. Apa yang kamu rasakan lebih menyakitkan dari yang ku rasakan? Kenapa kamu sampai seperti ini? Apa tadi aku terlalu kasar?' Batinku.

Cinta Or Hipnotis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang