1 - 끝나지 않는 불행 [Never Ending Misfortune]

89 17 13
                                    

Seperti biasa, kota Seoul tidak pernah sepi. Setiap sudut wilayah di kota ini, semuanya tidak pernah tertidur, bahkan di terminal bus sekali pun. Malah terminal bus ini terlihat seperti pabrik manusia karena terus berkontribusi dengan mendatangkan lautan manusia rantauan seperti Oh Han Bi, seorang gadis biasa yang berasal dari sudut terkecil Pulau Geoje.

Han Bi mengangkat tas besar miliknya sekuat tenaga untuk turun dari bus. Sial, memang. Tadi dia terlambat datang dan harus berakhir memangku tas besarnya alih-alih meletakan di bagasi bus. Tangan kiri gadis itu masih mengangkat ponsel miliknya, melangsungkan sebuah panggilan dengan ibunya.

"Ne, eomma. Aku baru saja turun dari bus." [Iya, Bu.] Han Bi diam sejenak, memperhatikan betul-betul nasihat ibunya dari seberang sana. Meski sebenarnya kata-kata itu sudah sangat dihafal luar kepala oleh Han Bi. Beberapa kali juga, tangannya yang semula menenteng tas kini bergerak menuliskan informasi yang menurutnya penting, seperti deretan nomor telepon eonni-nya yang baru saja ibunya bacakan. [Eonni= panggilan kakak perempuan dari perempuan yang lebih muda]

Han Bi terdiam memandangi deretan nomor yang baru di tulisnya. Rupanya gadis itu menyadari sesuatu. "Oh, si lampir itu mengganti nomornya lagi!?" Han Bi tidak habis pikir. Apakah kakak tersayang nya itu kelewat sukses di Seoul sampai harus mengganti nomornya tiga kali dalam sebulan?

"Han Bi. Jaga bicaramu. Yang kamu sebut 'lampir' itu eonnimu."

Yeah. Sialnya dia eonniku. Sialnya lagi aku tidak sadar ponsel ini masih terhubung, batin Han Bi.

"Mianhae Eomma, aku tidak sadar. Ya sudah, aku tutup ya teleponnya. Sudah hampir gelap jadi aku harus cepat-cepat menemui eonni." Han Bi memperhatikan langit disekitarnya yang sudah mulai menggelap. Bahkan di salah satu sisi langit, sudah tampak bulatan kecil putih.

"Oh. Begitukah? Baiklah, kabari ibu kalau kau sudah bertemu Jin Hee, oke? Beritahu dia juga kalau bulan ini tidak ada jatah kimchi untuknya." 

"Eoh, arraseoyo. Annyeong, eomma!" [Baiklah, Aku mengerti. Dah, Bu.]

Setelah sambungan dengan ibunya terputus, Han Bi tidak langsung memasukan ponselnya melainkan kembali melakukan panggilan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah sambungan dengan ibunya terputus, Han Bi tidak langsung memasukan ponselnya melainkan kembali melakukan panggilan. Kali ini tujuannya adalah nomor baru kakaknya yang kesekian. Benar-benar, deh. Lama-lama ponselnya hanya berisi nomor-nomor kakaknya saja kalau begini caranya.

Bukan apa-apa, alih-alih tetap konsisten menggunakan nomor baru untuk menghubungi Han Bi, kakaknya itu malah bertingkah aneh dengan seringkali menghubunginya menggunakan nomor lama miliknya. Jadi ya, mau tidak mau, Han Bi harus menyimpan semua nomor kakaknya kalau tidak ingin dibuat heran dengan panggilan nomor asing tanpa nama yang tiba-tiba berbicara kasar padanya. 

Han Bi mengetukan kakinya dengan tidak sabar, dia lapar sekarang. Jadi sebaiknya Oh Jin Hee, kakaknya itu, cepat-cepat mengangkat panggilannya sekarang juga.

Sampai dering ke sepuluh masih belum ada respon. Han Bi memutuskan panggilannya kemudian menekan tombol hijau kembali. Namun sebuah panggilan masuk dari nomor yang ingin ditujunya membuat Han Bi mengurungkan niatnya. Tidak butuh berpikir lama, gadis itu segera mengangkat panggilan.

Chasing After Oppa Where stories live. Discover now