Handsome Boss

138 3 0
                                    

hai hai hai.

maaf ya Ulil Repost cerita ini lagi, abisnya yang kemarin mau di bikin part malah kehapus. hiks..hiks... dasar author amatir... tapi nggak papa, buat kerjaan author yang lagi nganggur gabut gajelas :*

.

.

.

.

    

    Derap Langkah kaki terdengar begitu cepat, Quila bergegas menuju ruang Mr. Bram dengan setumpuk map di tangan, Heels dan rok span selutut menghiasi kakinya yang jenjang, tubuhnya yang tinggi semampai begitu cocok mengenakan setelan formal seperti itu, memang sedikit merepotkan dirinya, namun Ia harus kuat, 2 jam lagi adalah jam pulang, terhitung ini adalah hari Ke-17 Dia bekerja di Perusahaan sebesar Mega Crown. Baik keluarga maupun teman-temannya tak ada yang menyangka putri satu-satunya dari janda miskin bisa menjadi sekretaris seorang Boss besar perusahaan tambang se-asia tenggara ini. Mega Crown adalah perusahaan yang ditakuti untuk pesaing-pesaingnya, kemajuan pesat setelah kebangkrutan perusahaan tersebut menjadi bukti keberhasilan seorang Abraham Reidhhoux atau Bram menyalakan kembali usaha Almarhum ayahnya

di persimpangan jalan antara lift dan ruang meeting seseorang menubruk tubuh Quila sampai sempoyongan, untung saja Ia masih bisa menjaga keseimbangan, melihat siapa yang membuat map-mapnya bertebaran Quila mendengus kesal, bibir pink nya yang mungil meruncing bersama pipinya yang merah.

Arka tertawa geli melihat ekspresi Quila yang sebal, "ah kamu La, aku minta maaf ya". "maaf maaf.. bantu aku bereskan!" . Arka dengan sigap membantu Quila membereskan map-mapnya yang berserakan.

Sambil membereskan map, sesekali Arka menggoda Quila yang tampak masih kesal. "jangan cemberut seperti itu dong La, sudah ya marahnya, nanti aku traktir nasi padang lagi deh.. benar..kali ini aku tidak berbohong". Rayu Arka. "tidak,terima kasih.. aku kenyang". Balas Quila jual mahal. "kali ini sama siomay nya Pak Kumis deh". Quila mngernyitkan dahi, "Kamu serius? Jangan sok deh.. kita kan belum gajian". "kamu yang belum, aku kan sudah". "mentang-mentang aku masih baru". Quila kembali cemberut, dengan senyum tulus Arka mengacak rambut gadis itu "tenang saja nanti kalau kamu gajian pun gajimu akan lebih besar dari staff kecil seperti aku ini, dan pasti kamu tidak akan mau aku ajak makan di kaki lima lagi". Ucap Arka dengan wajah sedih. "ah kamu, apaan sih.. kata siapa gajiku lebih besar, lagi pula kamu tau sendiri aku bekerja ini untuk berobat Ibuku.". "Iya aku tau kamu berbeda, saat wanita diluar sana berkarier untuk kesenangannya kamu lebih memikirkan orang lain". Jawab Arka dengan raut kekaguman pada gadis cantik di depannya. "Ar Ibu bukanlah orang lain bagiku, bukan hanya Ibu, semua orang yang aku sayangi bukanlah orang lain.. mereka adalah bagian dari jiwa aku, makannya aku ikhlas kerja keras untuk mereka". "semoga aku termasuk ya La". Quila melotot, "dasar modus, bilang saja kamu mau makan siang gratis setiap hari kan". "seminggu sekali juga cukup La". Mereka pun tertawa, hampir lupa bahwa ini masih jam kerja, sampai tiba-tiba.......

Triiiiiiiiiiing.. tiba-tiba pintu lift terbuka "ghm.." terdengar suara seseorang dari balik lift. Quila yang sedang bercanda dengan Sohibnya tersebut terkejut, didepannya telah berdiri seseorang dengan wajah dingin tanpa ekspresi, pawakannya tinggi kekar dengan potongan rapih dan parfum maskulin yang sudah Ia hafal siapa pemiliknya, gila benar, hari sesiang ini masih saja Mr.Bram sangat wangi. Rahang nya yang terlihat keras dengan jambang tipis menambah wibawa penampilannya. irisnya yang hijau, hidung mancung dan bibir yang amat jarang mengulas senyum itu membuat gadis mana saja bertekuk lutut pada dirinya. "jadi jam kerja sudah berubah menjadi jam pacaran". Suara bariton dengan nada khas sindiran tersebut menghentikan lamunan Quila, tau sedang dalam situasi tak aman, Arka pun cabut begitu saja meninggalkan mereka sebelum terkena masalah yang lebih besar. belum sempat menjawab, Abraham mengibaskan tangannya tanda tak peduli, diikuti Madam Carla sekretaris Mr. Bram yang 3 hari lagi akan Quila gantikan, Beliau memberi isyarat agar Quila tidak perlu bicara karena mungkin akan menjadi hal yang lebih buruk.

The OwnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang