Babak Baru

58 1 0
                                    

Babak baru kehidupan Quila dimulai, hari pertama tanpa madam Carla terasa agak janggal, sepeninggal madam Ia pun pamit ke meja nya. "sebentar!". Lagi lagi suara bariton itu membuat bulu kuduk Quila merinding. Dengan gugup Ia mengurungkan niatnya untuk keluar ruangan, Abraham Reidhhoux pun beranjak menghampiri Quila, lagi-lagi big boss itu memandangi Quila dengan tatapan tajam dan dingin seperti singa yang lapar, perlahan jarak mereka begitu dekat, Quila bergeming, mata indahnya yang lebar terpaku melihat mata hijau pria itu, "siapa yang menyuruhmu keluar?". Tanya Bram datar. Saat itu Quila hanya ingin lari sejauh mungkin lalu bersembunyi dan memeluk tubuhnya sendiri, tak ada kalimat yang mampu ia ucapkan dihadapan Boss taampan itu. "ma..maaf sa........". baru mulai berbicara tiba-tiba Bram mengecup bibir Quila, mata gadis itu membulat kaget, tak berlangsung lama seseorang masuk ruangan bram tanpa permisi. Seorang wanita cantik masuk dengan dress hitam mini dipadukan sepatu tinggi, lipstick merah merona menghiasi bibirnya yang sensual penampilannya terlihat sangat anggun, melihat posisi Bram dan Quila yang begitu aneh Ia hanya memandang Quila dengan tatapan sinis. Quila yang sedari tadi menatap kagum terhadap wanita itu mendadak jijik melihat sikapnya yang begitu agresif pada bossnya,tanpa panjang lebar Ia langsung menempel di dada bidang Bram dengan mendaratkan kecupan di pipi Bram. "what are you doing here?!". "what do you mean? I miss you, kau menghilang tanpa kabar oleh karena itu aku menemuimu disini". Jawab wanita itu manja. "pergi!". "tapi bagaimana dengan anak kita?". Jawab wanita itu dengan mengelus perutnya. "aku kira berita kemarin sudah cukup membuatmu sadar agar mau menikahiku, tapi ternyata kau membuangku dan memilih gadis jelek ini..jangan sampai aku bertindak lebih dengan membeberkan bisnis gelapmu". Sebelum wanita itu mengoceh lebih banyak Bram memanggil security dan mengusir wanita itu. Melihat adegan dimana Bram terlihat begitu marah Quila pun ciut, apa yang terjadi barusan benar-benar seperti mimpi. "dan kau, tetap disini aku punya pekerjaan untukmu".

"temani saya makan siang". Duggg.. perasaan macam apa ini, berbagai prasangka berkecamuk dalam batin Quila, namun ia hanya bisa positive thinking dan mengiyakan perintah sang Boss. Setelah pria itu puas memarahi Mark karena telah teledor membiarkan Marsha menemuinya, sang boss dan Quila beranjak.

Sampai di meja makan Quila masih saja diam, Ia sebenarnya bukan pendiam namun kali ini Ia benar-benar tak berdaya untuk membuka pembicaraan. "kau selalu diam, jangan bilang kau takut padaku". Ucap Bram memecahkan keheningan. "Tidak, sama sekali tidak.. saya hanya bingung mengapa Anda mengajak saya kemari dan soal tadi...". Tanpa diduga, tangan Bram memegang dagu Quila "kau cantik dan lugu, namun tanpa disengaja kau mulai memasuki lingkaran hidupku, akan kujanjikan hidupmu aman asal kau pergi dari Mega Crown dan tutup mulut". Quila terkejut, "Anda memecat saya?". "aku tidak akan pernah bisa memecatmu karena kau adalah peninggalan dari Madam Clara, aku akan terlihat sebagai Boss tak professional sekaligus tak berterima kasih apabila memecatmu tanpa alasan". "saya mohon, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini Mr, ibu saya membutuhkan saya, Ia tengah sakit keras". "itu bukan urusan ku". Sambil meneguk segelas wine di tangannya pria itu menjawab seolah tak punya empati, Quila benar-benar tidak menyangka jika Bossnya benar-benar pria brengsek dan tidak punya perasaan. "Mr, saya bahkan tidak peduli soal wanita itu dan cerita lain, saya disini murni ingin bekerja, saya mohon, Ibu saya adalah satu-satunya harta yang saya punya". Ucap nya dengan tersedu-sedu. Melihat gadis didepannya menangis ada satu bagian dari hati Bram turut sakit, Ia seperti merasa perih dan ikut merasakan beban yang gadis itu tanggung. Ia Teringat bagaimana wajah ibundanya dulu.

Tiba-tiba Bram merengkuh gadis itu, tanganya mulai berani mengelus kepala Quila. "cukup, aku benci melihat wanita menangis, ya.. aku tak memecatmu selama kau masih bisa bertahan menjadi sekretarisku, aku hanya takut nyawamu terancam". "maksud anda?" Quila melepas pelukan bossnya, perasaan aneh kembali hadir, belum sempat menjawab, Quila dikejutkan dengan seseorang yang diam-diam memfoto mereka berdua lalu bergegas pergi. Namun anehnya Bram biasa saja melihat itu semua. "Marsha begitu posesif, Ia tak segan menyakiti siapapun yang dekat denganku, bahkan Ia tak sadar posisinya hanya sebagai boneka untukku". "lalu bagaimana dengan bayi mu dan maaf, bisnis gelapmu?". "itu hanya omong kosong, sampai kapanpun Marsha tak akan benar-benar hamil, pelac*r kelas atas seperti Dia sudah membunuh fungsi rahimnya sendiri". "apah? Bagaimana anda tau?". "aku selalu tau, karena aku harus mengerti semua orang di sekelilingku, bahkan kehidupannya yang sangat privacy sekalipun". "termasuk saya?". "aku rasa tak perlu menjawabnya." ucap Boss tampan itu singkat. "dan soal bisnis gelap, ya.. diam-diam ayah dulu pernah melakukan bisnis senjata di Amerika, beliau asli amerika, kemudian setelah bertemu Ibu Ayahpun pindah ke Indonesia dan meninggalkan usahanya, namun ternyata pamanku di sana meneruskan usaha itu, Ayah tak memusingkan itu, toh dia sudah tak berurusan, Ia lebih focus pada usaha tambang ini, sampai suatu saat mega crown bangkrut, kau tau kenapa?". Quila yang sedari tadi terpaku mendengar cerita Bossnya pun bingung. "kenapa?".

Dengan wajah sedih, Bram bercerita bahwa suatu hari mereka kecelakaan, Ibunya meninggal dan setelah itu ayahnya sakit-sakitan karena perasaan kehilangan yang begitu mendalam, akibatnya perusahaanya bangkrut terlilit hutang, sampai akhirnya ayahnya meninggal, Bram berusaha keras mencari jalan agar Mega Crown tak gulung tikar, dengan bantuan Dana dari Pamannya yang di Amerika Ia memulai usahanya dari Nol. Di akhir ceritanya, Bram menunduk, terlihat beban yang begitu dalam terpancar dari binar matanya, tatapannya yang selalu tajam mematikan kini terlihat sayu, Quila pun menggenggam Tangan Pria itu, Ia bahkan hampir lupa jika pria yang di hadapannya ini adalah Bossnya yang begitu sangar, Boss yang keras sekarang terlihat begitu terluka, antara beban akan tanggungjwabnya sebagai boss muda, juga luka akan kehilangan dua orang yang amat Ia cintai. Bram menyambut tangan gadis manis di hadapannya dengan tersenyum.

The OwnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang