Ujung Langit dan Ramalan Pak Ahmad

145 28 18
                                    

"Panggil Pak Ahmad Segera! Tanyakan padanya? Fenomena macam apa ini? Minta dia untuk datang kemari!" salah seorang petugas keamanan menyuruh rekannya memanggil sesepuh desa ini.

Pak Ahmad terkenal dengan kesaktian dan pengetahuannya yang luas. Usianya sekitar 450 tahun. Tak ada yang tahu tepatnya. Karena Pak Ahmad pun lupa kapan tepatnya dia lahir. Saat dia lahir, semua orang sedang terjadi konflik antar desa. Saat itu tidak ada yang bahkan sempat memikirkan anak-anaknya. Semua berkelahi layaknya anak kecil. Mengeluarkan emosi tanpa mengenal ada seorang ibu yang sedang melahirkan. Setelah Ahmad kecil lahir, dia dititipkan pada tempat ibadah terdekat. Dipindahkan lagi ke panti asuhan, setelah itu di asuh oleh seorang dukun sakti. Akibatnya tidak ada yang tahu kapan tepatnya dia dilahirkan. Dia hanya merasa dibesarkan oleh seorang dukun. Dia tidak merasa dilahirkan. Sebagian orang menyangka bahwa dia keturunan dewa. Turun dari langit untuk menjawab semua jawaban.

Kalimat yang sering dilontarkan Pak Ahmad yaitu jangan mendekati ujung langit kecuali sudah tiba jawaban dari segala pertanyaan. Namun Pak Ahmad sendiri tidak pernah menjelaskan apa maksud dari perkataannya itu. Mendengar dari perkataannya hanyalah Lily dan anak-anak yang berpikiran seperti "manusia"-lah yang terus mencari tahu apa itu ujung langit. Tidak ada yang berani mendekat. Semua orang sudah tidak mempercayai diri mereka sendiri.

Lily menyelinap di antara kerumunan masyarakat. Aktivitas warga menjadi terhenti. Semuanya bergegas ke ujung langit. Ini fenomena yang langka. Mungkin selama 600 tahun baru 3 kali terjadi. Di ujung langit itu terdapat lubang hitam yang sangat besar. Diameternya mencapai 20 meter. Tepatnya berada di ujung laut. Karena tempat desa ini dibentuk seperti sebuah kurungan, laut pun seperti danau tidak bergelombang. Hanya ada angin yang pelan saja. Penduduk di sini hanya mengenal bumi itu datar. Meskipun dalam beberapa buku terdapat pelajaran yang memberi tahu bahwa bumi itu bulat.

Penduduk di sini pun hanya mengenal desa dan kota. Paling besar lingkupnya negara. Tidak mengenal pulau. penduduk hanya mengenal satu daratan yang dikelilingi lautan yang terbatas. Meskipun hanya satu daratan saja. Kebutuhan hidup mereka selalu saja terpenuhi. Tidak ada masyarakat yang miskin. Semua terpenuhi kebutuhannya. Kecuali penderitaan saat tua nanti. Ketika jatuh sakit pasti akan menderita sampai tak tahu kapan akhirnya. Karena penduduk di sini abadi.

Lily perlahan meneteskan air mata. Dia tidak begitu sedih. Setidaknya dia tahu bahwa ada harapan baru lagi. Mungkin memang belum diketahui kenyataan apakah yang akan penduduk alami. Sebuah jalan keluar atau justru malah hal yang sebaliknya.

Penduduk mulai berbisik-bisik. Ramai serta bising. Ada yang juga turut menangis. Ada yang masih terbengong tidak percaya. Ada yang teriak kegirangan. Sayangnya di saat seperti ini Bu Ida kembali muntah-muntah. Padahal suaminya tidak sedang pidato atau sedang melaksanakan proses bunuh diri.

"Ada jalan keluar!" suara terdengar dari jarak jauh. Dari kapal yang baru saja mendarat. Kata-kata itu seperti lebih cepat mengalir daripada media sosial. Semuanya sampai pada telinga Lily. Ya, intinya ada jalan keluar. Entah baik atau tidak. Lebih penting memikirkan dampak positifnya. Karena Pak Ahmad dulu pernah berkata bahwa ujung langit akan menampakkan jawaban dari segala pertanyaan. Sekali lagi Pak Ahmad benar. Sudah seperti Tuhan. Kalimatnya tidak lagi meragukan.

"Kita selamat anakku. Kita selamat. Kamu tidak akan seperti bapakmu yang sedang sakit-sakitan." Bu Lira lirih saat itu. Lily mengenalnya. Bu Lira adalah guru menjahitnya dulu. Suaminya sudah sakit-sakitan sejak lama. Tidak bisa bergerak. Hanya terbaring lemas. Hanya menunggu kematian atau tidak sama sekali. Sekarang mungkin penderitaannya akan segera berakhir. Doa yang akan muncul juga mungkin bukan lagi mengharapkan kematian. Semua orang pasti mengharapkan kehidupan dan kesehatan.

Sekelompok orang dari arah selatan malah sudah mempersiapkan barang-barang untuk pergi ke lubang itu. Beberapa petugas sempat menghentikan tapi kalah jumlah. "Lubang besar itu belum tentu pertanda baik. Harus diselidiki dulu. Jangan-jangan tempat itu..." kata petugas dipotong oleh sekelompok ibu-ibu.

TerbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang