2-Sharila Pholensa

28 4 0
                                    

"Kekecewaan sebuah hal yang sangat fatal untuk diriku ."
- Sharila Pholensa -

  Gadis berambut ikal sebawah bahu dengan warna coklat gelap itu masuk ke dalam rumah mewah ber-cat biru muda.
Seperti biasa, gadis itu masuk dengan ceria.

"Mom! Dad!" Panggilan atau bisa disebut teriakan gadis itu memenuhi ruangan besar itu.

"Mom, where are you?"

Teriakan gadis itu tidak ada yang menggubris atau menjawabnya.

"Nyonya,"

Gadis itu, Shasa segera memutar tubuh nya ke belakang "Kenapa?"

Wanita paruh baya itu mendangakkan kepalanya "Nyonya Davelin dengan Tuan Farden sedang tidak berada di rumah."

Shasa mengerutkan keningnya "memangnya mom and dad kemana?"

"Nyonya dan Tuan pergi ke German"

"Untuk apa? Kenapa mereka tidak memberi tahuku?" Tanya Shasa kesal.

"Aku tidak tahu nyonya. Maaf aku permisi," pamit wanita paruh baya itu yang diangguki oleh Shasa.

Shasa segera menuju kamar nya di lantai atas, menaruh tas diatas meja belajar, melepas sepatu dan menaruh di rak nya.
Shasa bukan tipe perempuan yang jorok atau kotor. Ia paling tidak suka kamar yang berantakan, apalagi jika orang lain yang membersihkan.

Ia segera menuju kasur King size nya itu "Hft, lelah sekali hari ini." Keluhnya sambil mengambil remote AC.

Shasa POV

Hai, aku Shasa, Sharila Pholensa. Aku warga negara Germany. Aku bersekolah di Indonesia karna orang tuaku. Mereka seorang pembisnis yang professional.
Dulu, waktu aku masih tinggal disana, mereka selalu ada untukku. Selalu menemaniku, menghabiskan waktunya bersama keluarga, tidak seperti sekarang. Mereka sangat sibuk. Aku memahaminya, tapi hatiku tak bisa berbohong jika aku merindukannya.

Aku mempunyai dua adik perempuan, mereka masih menetap di Germany bersama Nenek dan Kakekku. Mereka tidak ikut pindah ke Indonesia karna tidak di izinkan oleh Kakekku.
Adikku yang pertama bernama Vaghea Pholensa. Dia mempunyai tubuh yang pendek, mata yang sangat sipit, dan kulit yang tidak begitu putih dan rambut yang bagus. Dia memang sudah besar. Dia hanya berjarak satu tahun lebih muda dariku. Tapi, sikapnya itu yang kadang membuatnya menjadi seperti anak kecil. Ya, dia manja, cengeng, keras kepala, dan egois. Maka dari itu aku selalu mengalah darinya.

Dan, adik keduaku bernama Keyrila Pholensa. Aku dan dia mempunyai jarak yang jauh, sekitar sembilan atau sepuluh tahun. Dia sangat imut dan lucu, matanya yang bulat, pipinya yang chubby, bibirnya yang sexy, dan tubuhnya yang imut. Aku sangat menyayanginya. Dan sekarang, aku sangat merindukannya.

Mommy berasal dari Indonesia. Dan Daddy berasal dari Germany. Mereka di pertemukan saat mereka sama-sama sedang mengejar ilmu di salah satu  University yang berada di New York, America.
Dan selebihnya, aku tidak tahu lagi.

Berbicara tentang diriku, sebenarnya aku bukan tipe perempuan yang terlalu suka keheningan, teman lamaku bilang aku adalah orang yang ceria dan--gila.
Aku memang tidak pernah bisa diam, aku selalu menyanyi, menari, berteriak, dan bercerita hal lucu yang membuat teman-teman ku tertawa.
Tapi, teman-teman ku juga bilang kalau aku orang yang sangat jutek dan angkuh. Sebenarnya aku bukan orang yang seperti itu, tatapan mataku memang bisa di bilang tajam dan--jutek, maybe.
Dan, kalian harus tahu jika aku sangat malas untuk tersenyum kepada orang yang tidak ku kenal. Walau itu hanya senyum tipis.

Titik. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang