Bagian 1

6.9K 282 7
                                    


Hanna Hotiana


________


"Aku mencintai mu, om" ucap ku lantang dengan kedua tangan memegang satu kotak kado yang sudah ku siapkan sebelumnya.

Aku menatap dengan mata berbinar kearah om Malik dengan wajah bersemu, menatap dengan tatapan penuh harap kepadanya. Aku meremas tangan ku sendiri, merasa deg-degan dengan tatapan om Malik yang melihatku dari atas hingga bawah.

Om Malik masih diam, tatapannya tajam seakan menusuk-nusuk nyaliku hingga menciut. Aku tidak tau bagaimana pandangannya kepadaku, menilai, meremehkan atau justru tersanjung.

Konyol memang wanita seperti ku mengungkap kan perasaan nya pada pria yang ku panggil dengan sebutan om ini. Dia tampan diusianya yang semakin tua, memiliki kepribadian baik menurut pandanganku.

Aku mengigit bibir bawahku sendiri, merasa gugup karena ditatap seperti ini, dia tidak tersenyum bahkan wajahnya biasa saja datar dan dingin seakan tidak tersentuh.

"Hanna" panggilnya dengan suara tegas.

Wajah ku mendongak menatapnya dengan wajah memerah penuh harap, dia hanya memandangku lagi lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Iya om.." lirih ku malu-malu.

"Kamu?" katanya menggantung seraya melirik berkas-berkas yang berantakan diatas meja.

Om Malik menata berkas yang berantakan itu, menyusunnya hingga rapih lalu bangkit berdiri merapihkan jasnya dan berjalan mendekatiku.

"Engh om" aku gugup setengah mati, dadaku berdetak lebih cepat dengan keringat mulai meluruh membasahi wajahku.

"Hanna Hotiana. Apa saya tidak salah dengar?" tanyannya pelan namun sangat tegas dengan wajah dingin tanpa senyuman.

Kepala ku memgagguk-angguk tidak berani mengatakan apa-apa lagi. Aku menyadari aku memang wanita bodoh yang asal bicara tanpa difikirkan lagi. Tidak bisa menahan perasaan meski rasa ini sangat salah.

"Iya om." Jawabku semakin gugup

Om Malik mendesah pelan, menyenderkan tubuhnya dipinggiran meja dengan kedua tangan ia masukan kedalam saku celana. Aku menatapnya penuh damba mengidam-idamkan pria gagah beristri yang ada didepan ku ini.

"Hanna. Usia saya sudah 46 tahun, apa masih pantas saya mendengar seorang gadis mungil seperti mu mengungkap kan kata cinta?" katanya tegas.

Aku merungut pasrah meremas tangan ku lebih kuat seraya berusaha kuat untuk berani menatapnya, aku ingin mengatakan kejujuran itu meski aku tau sangat sulit bagiku bisa memiliki om Malik.

"Tapi Hanna suka om" kataku terbata-bata.

"Hanna saya sudah terlalu tua. Saya tidak pantas mendengar kata-kata cinta lagi, kamu sudah seperti putriku"

"Tapi kan Hanna cinta om. Hanna juga bukan anak om" kataku berusaha menjawabinya meski dengan keberanian yang semakin menciut.

Om Malik menaikan sebelah alisnya, lalu menghembuskan nafas seraya meliriku sekilas. Ada lirikan tajam yang bisa ku lihat, aku merasa om Malik tidak menyukai kejujuran ku.

"Kamu tau apa tentang cinta Han? Kamu masih muda, cintailah pria yang seuisa mu"

Wajah ku menatap wajahnya dengan rasa malu yang luar biasa, jelas sekali dia menolakku, tidak menginginkanku bahkan mungkin membenciku. Aku merasa bodoh sendiri, mengungkapkan rasa cinta lalu ditolak seperti ini.

"Hanna ditolak yah om?" tanyaku lagi dengan suara berbisik pelan.

"Iya. Saya sudah menikah, memiliki dua anak dan andai pun saya belum menikah, rasanya tidak mungkin saya memacari anak sahabat saya sendiri" jelasnya.

Aku malu, sangat malu rasanya bagaimana bisa aku jatuh cinta kepada pria tua seperti om Malik bila pada akhirnya aku ditolak mentah-mentah seperti ini.

"Maaf.." lirihku tidak tahan lalu berlari keluar dari ruangan om Malik.

"Hann, hey Hanna?"

Aku memilih untuk segera pamit meninggalkan kantor om Malik yang menjadi saksi betapa bodoh nya seorang Hanna Hotiana. Aku merasa bodoh sekaligus malu pada om Malik, mau ditaruh dimana coba mukaku yang hanya satu ini, mengatakan cinta namun ditolak.

Aku menyesal, aku bodoh mencintai pria tua itu bila ujung-ujungnya rasa cintaku ditolak lagi, aku ingin dia, ingin memilikinya namun apalah daya dia sudah menikah dan aku hanya segelintir pasir yang tidak ada gunannya.

"Hanna bego, Hanna tolol. Ish bego kamu Han." Rutuk ku penuh penyesalan

Bagaimana kalau sampai dia mengatakan kepada Ayah ibu tentang ungkapan ku ini? Mau ngomong apa coba aku sama mereka.

Malunya ........



HaHoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang