Aku Suka Warna Merah

50 0 0
                                    





Aku suka warna merah.



Semua barang yang kumiliki berwarna merah. Aku sangat menyukainya. Orang-orang menyebutnya dengan obsesi. Memang aku terobsesi dengan warna merah. Ada yang mengatakan jika merah itu warna yang aneh. Warna penuh gairah, semangat, atau semacamnya. Dan kata mereka tidak cocok untukku. Mereka lebih menyarankan warna yang lembut seperti salmon atau sebagainya. Tapi aku tidak menyukainya karena satu hal.

Aku suka warna merah.



Wajahku terasa panas ketika aku bangun dari mimpi. Mataku terasa perih ketika kubuka. Kemudian air mataku mengalir deras. Aneh, karena aku tidak merasa sedang menangis. Walau terasa sakit dan perih tapi aku tidak menangis. Namun air mata terus keluar, aku sendiri tidak tau kenapa. Bahkan terkadang aku tidak menyadari jika itu keluar dan tiba-tiba pipiku basah. Aku memandangi diriku dari cermin kamar. Memang ada sesuatu yang salah. Mataku bengkak hingga hanya bisa terbuka sedikit, berair, dan berwarna merah nyalang. Aku sempat kaget melihatnya namun tak apalah. Aku membiarkanya karena suatu perihal.

Aku suka warna merah.



Enam bulan berlalu dan mataku tidak kunjung membaik. Mungkin juga salahku yang membiarkannya. Namun aku sendiri tak keberatan. Aku masih bisa menahan sakit di mataku ini. Rasa panas yang tak kunjung henti dan perih seperti sengatan di bola mataku bisa kuhiraukan. Aku juga tidak menangis dan mengeluh. Tapi tetap saja air mataku mengalir. Beberapa orang melihatku iba, aku sunguh mengapresiasinya dan yang lain hanya mengganggap aku melebih-lebihkan penyakitku. Itu kuanggap wajar karena mereka bahkan tidak dapat merasakan apa yang kurasa. Aku kembali melihat diriku di cermin. Warna merahnya bertambah hampir menyelimuti bola mataku. Aku memandang senang hal ini karena satu prinsip yang kupegang.

Aku suka warna merah.



Aku terbangun di siang hari yang gelap. Wajar karena aku sengaja mengurung diri di kamar. Itu karena mataku yang tidak bisa terkena cahaya. Setiap aku melihat cahaya, mataku spontan terpejam dan terasa perih. Bahkan sampai kepalaku berdenyut kencang dan air mata mengalir deras setelahnya. Aku tidur tanpa lampu dan sudah dua minggu aku tidak menonton tv atau bermain ponsel. Karena mataku akan otomatis terpejam ketika aku melihat cahaya, aku bahkan pernah memaksakannya dan memang tidak bisa. Aku hanya akan melihat sebuah objek blur yang terus bergetar dimataku. Intinya bola mataku memang tidak tahan cahaya bahkan di tempat remang-remang pun bola mataku selalu bergetar ketika aku memfokuskan melihat suatu benda. Mungkin aku memang harus mengobatinya dan orang tuaku juga selalu memarahiku ketika tau jika mataku mulai mengeluarkan nanah. Cairan kuning kental yang menjijikan bagiku. Tapi aku telah memiliki prinsip disini.

Aku suka warna merah.



Hari ini aku akan menghadiri sebuah acara. Aku telah membersihkan diri dan tentunya memakai dress merah kesayanganku. Aku duduk menghadap cermin untuk menoreh make up di wajahku. Rambutku sudah rapi tergelung di kepala. Setelah memakai semua make up yang kuingini kini aku mulai menoreh lipstick merah di bibirku. Aku memakainya dengan hati-hati agar tidak keluar dari garis bibirku. Persiapanku selesai. Aku memandang diriku secara keseluruhan di cermin. Dan aku melihat sebuah hal kecil di wajahku. Yang baru kali ini membuatku terusik. Aku melihat bola mataku yang memerah semerah lipstick yang kupakai. Aku tampak mengerikan. Aku terduduk lemas di depan cermin. Dan tidak henti aku memandangi wajahku. Kutarik kasar penjepit rambut yang kupakai. Tanganku menghapus lipstick merah yang berakibat meninggalakan jejak di pipiku. Bedak yang kupakai menjadi beralur akibat air mataku yang terus mengalir. Aku marah dan muak melihat diriku sendiri. Kulempar cermin didepanku dengan benda keras yang aku sendiri tidak tau apa. Mungkin parfum atau pot bunga, yang pasti bentuknya kubus. Aku melihat pantulan di cermin dan diriku menjadi seperti monster. Seperti iblis. Untuk pertama kalinya aku merasa mataku sangat perih dan panas hingga aku merasa kepalaku akan meledak. Biasanya tidak seperih ini dan aku masih bisa menahan. Untuk pertama kalinya air mataku keluar karena aku menangis. Aku sesenggukan. Dan untuk pertama kalinnya aku menghianati prinsipku.


Aku benci warna merah.

Dark LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang