5

918 102 5
                                    

[ Stay ]

.

Yoongi terbangun dari tidurnya. Matanya bertemu dengan wajah Hoseok yang masih terlelap sambil memeluk tubuhnya. Yoongi tersenyum kecil, Ia harap waktu berhenti saat ini. Rasanya sangat damai bila bersama Hoseok.

"Kak… Bangun…"

Hoseok melenguh saat mendengar suara serak Yoongi. Dengan mata yang belum terbuka sempurna, Hoseok tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

Laki-laki rapuh dipelukannya ini sangat ingin Hoseok lindungi seumur hidupnya. Yoongi sudah cukup menderita, jika bisa, Hoseok bersedia memberi pundaknya untuk mengangkut semua beban yang Yoongi pikul.

Yoongi beranjak dari ranjang dan berlalu kedapur untuk mencuci wajah dan memasak mie instan untuknya dan Hoseok.

"Yoongi…"

"… Tinggalah disini…"

Jimin mengusak rambutnya. Ia telah memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Yoongi yang sejak kemarin tidak pulang kerumahnya. Jimin menghubungi nomer Yoongi lagi, dan lagi tak ada jawaban.

Beberapa anak buah Jimin masuk terburu-buru kedalam ruangan pribadi Jimin. Keduanya tampak lelah dan emosi.

"Maaf, Tuan Yoongi tidak ada dirumah orang tuanya—"

Prang!

Jimin melempar asbak kacanya ketembok. Tangannya menggebrak meja dengan keras.

"Temukan Yoongi sampai dapat! Saya gak menerima alasan apapun!"

Jimin berjalan dengan langkah tegas keluar dari ruangannya, meninggalkan kedua anak buahnya disana. Jimin masuk kedalam mobilnya. Sangat butuh udara segar, Ia melajukan mobilnya melewati wilayah sekolah Yoongi yang sepi.

Matanya menangkap seseorang yang tampak familiar keluar dari supermarket dekat sekolah Yoongi. Jimin ingat anak lelaki itu. Dengan perlahan Jimin menginjak gas mobilnya, mengikuti laki-laki yang mengayuh sepedanya.

Laki-laki yang selalu membuat Yoongi tersenyum setiap pagi, Hoseok.

Hoseok memarkirkan sepeda didepan rumahnya. Nafas Jimin tercekat saat seseorang yang Ia cari muncul dari balik pintu untuk menyambut Hoseok.

"Yoongi…"

Rahang Jimin mengeras. Dengan cepat Ia turun dari mobilnya dan berlari kearah Hoseok serta Yoongi.

Bugh!

"Kak Hoseok!!!"

Jimin melayangkan tinjunya tepat dipipi Hoseok hingga bocah SMA itu tersungkur. Yoongi dengan sigap membantu Hoseok untuk berdiri. Matanya menatap Jimin tak percaya.

"Ngapain lo disini?!"


"Kamu? Ngapain disini, hah?!"

Jimin mengeluarkan pistol dari saku jasnya, menodong senjata itu tepat dikepala Hoseok. Yoongi hampir saja berteriak nyaring, tangan kanannya menahan lengan Jimin, sementara tangan kirinya menggenggam jemari kekasihnya.  Hoseok menelan salivanya, tubuhnya bergetar.

"Lo m-mau ngapain?! Dasar gila!"

"Pulang atau saya akan melubangi kepala bocah ini."

"P-Park Jimin!!"

Tidak, bukan bentakkan yang Jimin harapkan keluar dari mulut kecil Yoongi. Anak ini benar-benar keras kepala, bahkan Ia berani menghadang saat Jimin menodongkan senjatanya.

"Dengar, Min Yoongi. Mulai sekarang, kamu adalah properti saya, hak saya. Hidup kamu ada ditangan saya." Mata Yoongi memerah, Ia benci saat Jimin mulai mengungkit harga dirinya.

"Dan kau, bocah. Berhenti sok peduli dengan propertiku. Jangan sentuh Yoongi lagi atau kau akan menyesal." Hoseok tidak menjawab. Ia bahkan tidak dapat merasakan kakinya. Tak pernah mengira lawan yang dihadapinya begitu kuat dan menyeramkan. Bagaimana nasib Yoongi ditangannya?

"Jadi, Yoongi, apa keputusanmu?"

Yoongi perlahan melepas genggamannya pada jemari Hoseok. Kepalanya menunduk. Pada detik itu Jimin tau Ia menang. Dengan kasar Ia kembali menarik tangan Yoongi menjauh dari Hoseok.

Helow ini akhirnya lanjut juga. gua sebetulnya malas buat detail, jadi kalo diliat2 plotnya emang cepet. setiap chapter juga ga sepanjang ff gua yg lain, tapi gua bakal usaha buat update terus haha ga ada waktu buat ngetik bgt nih.
semoga suka ya!

a muse ; minyoonWhere stories live. Discover now