6

639 67 9
                                    

[ Cliché ]

.

"Ini terakhir kalinya lo geret gue kerumah! Jangan pernah sentuh gue lagi!"

"Kamu punya hak apa buat atur saya?!"

Yoongi menggigit bibirnya. Setelah tadi Ia memilih untuk ikut dengan Jimin dan meninggalkan Hoseok, Jimin kembali menarik tangannya paksa kedalam rumah. Yoongi menghela nafasnya, jelas Ia tidak bisa terus hidup dalam penjara Jimin.

"Berapa hutang orang tua gue sama lu?"

"Kenapa?"

"Gue ganti. Tapi setelah gue lunasin semuanya, lepasin gue dan jangan ganggu kak Hoseok lagi."

"Jangan bercanda." Jimin berjalan kekamarnya, meninggalkan Yoongi yang juga mengekorinya. Yoongi menahan pintu kamar Jimin yang hampir tertutup hingga Jimin membiarkan Yoongi masuk kedalam kamarnya.

"Hutang keluarga kamu sudah lunas. Ingat? Mereka menjual kamu pada saya, saya hitung sudah lunas."

Rahang Yoongi mengeras. Jika mengingat dirinya yang sudah tidak berharga, hatinya sakit bukan main. Ingin rasanya menendang wajah sok Park Jimin.

"Gue bakal tetep bayar hutangnya. Berapa?"

"Kamu mau bayar dengan apa? Kamu lupa ya sudah dipecat dari pekerjaan murahan kamu di cafe itu?" Jimin merogoh saku kemejanya, mengambil sebatang rokok yang kemudian Ia selipkan disela bibir tebalnya.

"Pertama, itu bukan perkerjaan murahan. Kedua, cepet kasih tau berapa yang harus gue bayar. Gausah banyak basa-basi." Yoongi mulai geram dengan tingkah Jimin yang malah asyik merokok.


Jimin melangkah mendekati Yoongi, tangannya mendorong pintu kamarnya agar tertutup dan memenjarakan Yoongi didinding. Yoongi memberanikan dirinya untuk menatap Jimin setelah pria itu menghembuskan asap rokok tepat diwajahnya.

"Oh, apa kamu ingin membayar dengan tubuhmu? Kalau dipikir-pikir, saya punya hak untuk menyetubuhi kamu."

"Bangsat!"

"Kamu kira, saya membeli kamu untuk apa, Yoongi?"

"Diem!"

"Jelas kamu saya beli untuk memuaskan nafsu saya."

Bohong.

"Kamu cantik, lebih cantik lagi jika kamu mendesah dibawah saya."

Bukan itu tujuannya.

"Mau coba lihat seberapa cantiknya kamu?"

Akhirnya air mata Yoongi mengalir dipipinya. Harga dirinya diinjak-injak. Jimin mengusap pipi Yoongi dengan ibu jarinya. Jemarinya perlahan turun ke tengkuk laki-laki dihadapannya. Yoongi reflek menepisnya.

"Saya sudah cukup sabar selama ini jadi bahan caci maki kamu. Hm, sepertinya mulut kecilmu ini butuh diberi hukuman."

Jangan.

"Mati lo, bangsat."

"Nyalimu lumayan besar, Min Yoongi. Kita lihat apakah kau akan berakhir memohon padaku."

Jimin melepas Yoongi dari kungkungannya. Yoongi dengan segera mendorong tubuh Jimin dan pergi dari kamarnya. Jimin menatap nanar punggung Yoongi yang menjauh. Ia menyibak rambutnya kebelakang. Emosinya benar-benar tidak terkontrol. Ia bahkan membuat Yoongi menangis.

Tujuan Jimin membeli Yoongi adalah untuk membebaskan jiwa malang itu dari penjara orangtuanya. Ia ingin melindungi dan membahagiakan Yoongi. Bukan menjadikan Yoongi sebagai budak seks nya.

Jimin berkutat pada selfonnya dan menekan sebuah nomer yang Ia kenal.

"Hei, Namjoon, urus keberangkataku dan Yoongi ke Jepang esok lusa. Dan urus sekolah Yoongi. Aku mau dia sekolah dirumah saat di Jepang nanti."

"Baik, bos."

"Beritau Yoongi tentang ini."


"Apa?! Gue gak mau kemana-mana!! Kasih tau bos lo!"

Namjoon menghela nafasnya. Jimin saja sudah cukup keras kepala, sekarang Ia harus dihadapkan pada bocah yang tak kalah pendiriannya.

"Maaf Tuan, tapi keputusan ini sudah bulat dan tidaj bisa diganggu gugat. Saya kemari hanya untuk memberi tau anda, bukan meminta persetujuan anda." Namjoon menunduk dan keluar dari kamar Yoongi. Kemudian Ia menuju ruang kerja Jimin dan berkata semua sudah didalam kendali.

"Baguslah kalau begitu. Jangan lupa kau awasi Yoongi, jangan sampai dia bertemu dengan kekasihnya disekolah lagi. Sita ponselnya dan ganti dengan yang baru saat di Jepang nanti."

"Baik, bos."

halo warga wkwk
gatau kenapa gua pengeen lanjutin ini, semoga masih ada yg mau baca karena udh karatan bgt.
jujur gua suka bgt sama cerita ini.

makasi ges

a muse ; minyoonWhere stories live. Discover now