"Widihh, makin sekel nih si Aera." Jeno bersiul sambil bersandar ke pintu kantin. Mata anak berandal itu tak bisa lepas dari Aera.
"Tambah cantik, man. Ga kaya dulu badan lo udah kaya triplek, ra." ucap Haechan membuang rokoknya.
Jeno terkekeh, di sampingnya ada Guanlin yang berdiam dan hanya mengamati. Entah kenapa ia tak menolong Aera.
"Kantin bareng gue mau ga ra?" Jeno menginjak rokoknya dan mendekati gadis yang sudah pucat itu.
Sial, kantin sepi. Dan Aera sendirian lagi.
"Jangan deket-deket Jen!" sentak Aera gemetar. Keringat dingin sudah membasahi pelipisnya.
Jeno tak peduli, ia menarik paksa tangan Aera. "Kapan lagi jalan sama gue? Biasanya juga lo cuma di palak."
Jeno menyeringai. Laki-laki itu biasanya hanya mau jalan dengan gadis-gadis kelas atas seperti Jennie dan Nancy.
Dugh!
"Sshh—bangsat ya lo! Udah gue baikin malah ngelunjak!" Jeno meringis karena Aera menendang tulang keringnya.
"Lepasin Jen! Daripada lo abis di tangan Jaehyun!" Guanlin menyuruh ketuanya untuk berhenti.
"Diem sat. Bukannya lo naksir Aera dari kelas sepuluh?" Jeno terkekeh samar saat melihat wajah pias Guanlin.
"Anjing lo Jen!" seru Jaehyun datang lalu membogem wajah Jeno. "Jangan ganggu Aera!"
Wajah Jeno memerah, laki-laki itu mendesis saat darah segar mengalir dari hidungnya.
"Gausah ikut-ikutan, njing!" hardik Jeno sarkas. Ia menarik kerah seragam Jaehyun lalu melayangkan pukulannya.
Badan Aera bergetar. Ia shock karena dua cowok di depannya masih tak mau berhenti. Wajah pacarnya sudah merah lebam.
"Udah Jae!" teriak Aera menarik Jaehyun yang meronta. Laki-laki itu masih ingin membogem wajah Jeno yang sudah berdarah.
"Lepasin Ra! Aku masih mau kasih pelajaran buat cowok brengsek itu."
"Jaehyun tolol! Udah Jeno nanti mati di tangan lo!" bentak Haechan membantu temannya yang sudah terkapar.
"JAEHYUN! JENO! KALIAN BERDUA KE RUANG BK!" teriak kepala sekolah murka. Matanya berganti ke Jeno yang lemah memegangi perutnya.
"JAEHYUN BESOK PANGGIL ORANG TUAMU KE SEKOLAH!"
Ah, shit. Ayahnya pasti akan marah lagi.
+
"Ra, jangan marah lagi dong. Kan aku udah minta maaf tadi." ucap Jaehyun berdecak ketika Aera malah meninggalkannya.
"Lee Aera!" seru Jaehyun saat gadis itu ingin tertabrak motor Felix. Ia berlari dan menarik Aera.
"Batu banget sih!" bentaknya lalu dengan kesalnya Jaehyun menendang ban motor Felix.
Padahal Aera yang salah. Ia tadi melamun dan tak lihat-lihat jalan.
"Apa-apaan njir! Kok ban motor gue yang lo tendang?!" Felix memprotes, tentu saja ia tak terima.
"Motor lo mau nabrak Aera!"
"Gila!" desis Felix lalu berdecih. Ia segera menyalakan motornya dan pergi dari parkiran.
"Kok malah nendang ban motor orang?" tanya Aera sebal. Wajahnya memerah menahan amarah.
Jaehyun tak mau peduli. Ia menggandeng tangan Aera kasar menuju motornya.
"Mau kamu apa sih Ra?" Jaehyun menghela napas berat. Ia mencoba sabar.
"Anterin aku ke Gramedia!" seru Aera kencang. Ia ingin membeli buku-buku latihan Ujian Nasional nanti.
Ah ya, ia juga mau membeli buku-buku panduan ibu hamil untuk membantunya.
"Mau ngapain ke Gramedia?" Jaehyun semakin tak mengerti jalan pikiran pacarnya ini.
"Aku mau beli buku latihan buat UN!"
Jaehyun mengernyitkan dahinya. "Emang kamu bisa UN?" Bodoh. Jaehyun merutuki mulutnya yang tak bisa terkontrol.
"IHH JAEHYUN! YAUDAH YA AKU PULANG SAMA BANG CHANYEOL AJA!"
••
mampus lu jae, ibu negara marah
KAMU SEDANG MEMBACA
dua garis biru ; jaehyun
Fanfiction"Jae, ini apa kok garisnya ada dua?" - Aera ©CIGASRETTE-