4

204 37 4
                                    

Linong berbaring lagi diatas kasurnya seharian. Badannya terasa berat untuk digerakkan. Ia bahkan tidak kuat berjalan menuju lantai satu untuk mengambil sarapannya.

Ada tangan yang membelai rambutnya. Mengusap dengan lembut membuat Linong merasa tenang untuk sementara waktu.

"Justin, jangan ganggu gua." ucap Linong masih memejamkan matanya.

"Ini Nahee," ucap Nahee menyentukan telapak tangannya dengan dahi Linong, "lo demam tinggi."

Linong tersentak mendengar suara wanita yang berada di sampingnya itu. Ia melihat gadis aneh semalam berada di kamarnya.

"Hei, apa yang lo..."

"Hust, diem. Tapi gua dateng dan liat lo masih tidur. Kata temen lo yang kemaren, lo sakit." Nahee naik ke atas kasur Linong dan duduk di sebelahnya.

"Justin? Yak, siapa yang bilang lo boleh naik diatas kasur gua. Turun sekarang!"  pinta Linong namun, ia tidak punya cukup tenaga mendorong Nahee.

"Udah diem ogeb, ini gua bawain bubur ayam sama obat."

"Gak, gue gak mau." Linong berbalik badan memunggungi Nahee.

Nahee menarik lengan Linong agar badannya berbalik menghadap kepadanya, "Makan gua suapin atau gua gak bakal pulang?"

Kalimat Nahee tiba-tiba menghipnotis Linong membuatnya menjadi menurut apa perkataan Nahee. Ia duduk dan Nahee menyuapinya.

"Udah ah, gua kenyang." ucap Linong.

"Nih, obat lu. Gua ambilin minum dulu." Nahee bergerak turun dari atas kasur susun Linong.

"Abis gua minum obat lu pulang ya." ucap Linong.

"Hih, bukannya bilang makasih malah ngusir." Nahee mengerucutkan bibirnya sambil menatap Linong sinis.

"Bukan gitu, lu ngapain juga sih gak sekolah, hah? Kalau ada anak asrama yang jenguk gua terus lu ketahuan gimana?" ucap Linong membuat Nahee berpikir panjang.

"Tangan gua sakit." ucap Nahee naik keatas tangga kasur susun Linong

Clck!!!

Gagang pintu kamar Linong bergerak kebawah. Refleks ia menarik Nahee naik ke atas kasurnya dan berbaring di sebelahnya. Ia menutup badan mereka dengan selimut.

"Nongnong, masih pusing gak?" tanya Justin masuk ke kamar lalu membantingkan tubuhnya diatas kasur.

"Udah lumayan enakan, lu ngapain ke sini? Masih jam sekolahkan?" tanya Linong berusaha menenangkan dirinya.

"Gua mau liat keadaan lo. Gua dah bilang ketua asrama tadi, nanti sore gua sama senior xukun temenin lo ke rumah sakit." ucap Justin tanpa curiga sedikitpun pada Linong.

"Iya makasih, yaudah lu sana gih belajar yang bener."

"Ngusir bangetsih lo, kamar gua juga ini njir." Justin mengubah posisinya menjadi duduk. Ia naik ke atas tangga kasur linong.

Linong memunggungi Justin memeluk erat Nahee yang sedang berperan menjadi gulingnya sekarang.

"Apa?" tanya Linong. Namun Justin hanya menggelengkan kepala lalu pergi meninggalkannya.

Setelah Justin menutup pintu kamarnya ia segera menghembuskan napas kasar dan membuka selimutnya.

"Nahee, lo udah—" ucapan Linong mengambang.

Bisa-bisanya gadis itu malah tertidur disaat seperti ini. Berarti selama ia berada di dekapan Linong ia sudah tidur pulas. Linong ingin membangunkannya namun, tidak tega.

Linong menyelimuti Nahee dengan selimutnya lalu ia bergerak turun ke kasur Justin. Ia akan membiarkan Nahee tidur sejenak di kasur miliknya dan ia akan tidur di kasur milih Justin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asrama Cogan ● Chen LinongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang