"Gak papa kok"ujar ku meninggalkan mereka berdua dengan tatapan heran.
Namun aku masih bisa mendengar suara Mega yang memanggil ku saat ku menoleh ternyata dia mengejarku hingga ke parkiran yang saat itu cukup sepi. Mega menghampiri ku mencekal tangan ku.
"Nis, lo tadi ngeliat gue sama--"belum sempat ia mengakhiri ucapannya aku memotong. Ku tarik nafas dalam-dalam serta ku usap air mata yg mengalir di pipiku. "Ntar aja ya bahas itu"ucapku berusaha tersenyum walaupun hati ku masih memanas.
"Tapi Nis gue--"
"Sorry Meg, gue belum siap buat dengar penjelasan lo. Beri gue waktu "terlihat dari wajahnya aku bisa melihat kegelisahan yg ia alami saat ini. Ia gugup dan takut aku tahu Mega seperti apa saat dia sedang gelisah."Maaf Nis"tiba-tiba saja air mata Mega meluncur ke pipi mulusnya serta menggenggam tangan ku dengan erat. Aku masih tersenyum berusaha terlihat baik-baik saja namun hatiku hancur remuk.
"Gue jahat sama lo, gue emang bukan sahabat yang baik buat lo. Gue egois, tapi gue gak bermaksud buat nyakitin lo sama sekali. Karena semuanya berlalu sangat cepat. Maafin gue ya Nis. Terserah lo mau marah atau mau nampar gue sekarang tapi gue mohon maafin gue"ujarnya dibarengi isakan tangis yang tak tertahankan. Saat ini untung saja kami berada di lantai parkiran yang sepi sehingga tidak ada yang mendengar kami saat ini.
Aku memegang tangannya balik, mengusap punggungnya, memeluknya dengan erat dan masih diam bersama isakan tangis ku yang sengaja ku tahan agar tidak pecah. Agar terlihat baik-baik saja bukan karena ingin terlihat tegar tapi karena kekecewaan yang begitu mendalam.
"Nis, gue janji habis ini gue bakalan jauhin Haikal. Gue bakalan mengikhlaskan Haikal buat lo. Ku rela kok Nis"ucapnya lagi yang membuat ku menggelengkan kepala pertanda tidak menyetujui ucapannya baru saja. Jika kalian berpikir aku akan bahagia mendengar ucapan Mega tadi. Maka akan ku jawab tidak, tidak sama sekali. Itu sama saja menodai persahabatan ku dengannya.
"Jangan. Jangan Meg, lo gak boleh ngelepasin Haikal gitu aja. Gue ikhlas kok kalo Haikal emang milih lo. Gue malah ikutan bahagia karena itu artinya Haikal bisa move on dari mantannya dan dia milih lo buat jadi pengganti mantannya. Gue bahagia Meg"ucapku sungguh-sungguh.
"Tapi Nis--"aku menggeleng tetap tidak setuju dengan ucapannya tadi sembari tersenyum.
•••
Sudah tiga hari semenjak kejadian itu aku merasa canggung pada Mega. Setelah kejadian di parkiran waktu itu membuat ku takut untuk melihatnya. Bukan kerena dia menyeramkan atau bisa menggigitku namun aku tidak siap untuk melihatnya lagi setelah aku mengetahui kebenarannya. Aku memang sudah mengikhlaskan dia bersama Haikal. Namun, tetap saja hati berkata lain. Ada perasaan tak rela namun harus ku relakan."Nis,ada teman mu di luar!"teriak Mama dari luar kamar, aku yang awalnya hanya berbaring santai di kasur pun membuka pintu dan keluar dari kamar.
"Siapa Ma?"tanyaku pada mama. "Kamu datangin aja gih kasian lo dia udah nunggu dari tadi"tanya mama. Ku ikuti ucapan mama dan menuju ruang tamu.Belum sampai di anak tangga terakhir mata ku membulat saat melihat siapa yang sudah repot-repot datang ke rumah ku.
"Haikal? "Sapa ku saat sudah berada di ruang tamu. Ia menoleh dan berdiri dari sofa."Ngapain lo dateng ke sini? "Tanya ku heran.
"Ada yang mau gue obrolin sama lo. Bisa? "Tanyanya. Yang membuat ku berpikir yakin pasti yang akan di bahas nanti masalah ku dengan Mega.
Saat ini kami berada di taman depan rumah ku. Duduk di bangku kayu sederhana yang memang sudah disediakan untuk melengkapi taman di pekarangan rumah. Kami sama-sama terdiam untuk waktu yang lama. Haikal yang sejak tadi hanya diam membuat ku kikuk,sedangkan angin malam semakin dingin menusuk kulit ku.