Back To Us

88 8 9
                                    

CHAPTER ONE

Road tour 2015, Jakarta 25 maret 2015 terakhir kalinya mereka bersama di atas panggung kebahagiaan. Terlihat air mata mengalir deras di pipi mereka berempat di atas sana, Zayn tidak menghadiri konsernya karena sakit, begitu menurut berita. Tapi, kenyataan berkata lain. Akhir dari mereka sudahlah dimulai pikir ku saat itu. Kesedihan menyelimuti dunia Directioners yang telah lama berdiri dengan membanggakan nama ke lima orang tersebut.

Datangnya kepergian Zayn menandakan akhir bagi One Direction, itulah sebuah simpulan kecil yang harus di terima Directioners. Hari, bulan, tahun, mereka semakin terpecah karenanya. Dengan mulai berjalan menjauh dari titik awal dimana mereka lahir.

Namaku Blue, aku Directioners dan aku percaya suatu hari mereka akan kembali.









Back To Us blue
.
.
25 maret 2018
Malam hari di sudut kota tua. Dalam keheningannya aku duduk diantara rumput yang bergoyang
Setiap hari dalam hidupku aku terbangun di jam yang sama melakukan rutinitas yang sama.

Pekerjaan yang aku jalani bukanlah yang aku inginkan, kehidupanku datar tanpa adanya naik turun hari demi hari adalah sama di sini. Band yang aku cintai hilang tanpa jejak.
Dalam sela-sela kesibukanku aku selalu mencari celah untuk membaca BL antara personil One Direction, hanya itulah yang membuat aku bisa tersenyum untuk saat seperti itu.

Hari ini kebetulan sekali tanggal kramat bagi Directioners, aku banyak membuat status di berbagai media sosial dengan bangganya.

Dalam keheningan malam yang dingin ini ku renungi segala kegagalan.

"aku mohon, sekali lagi, hanya satu kali lagi biarkan mereka berlima berdiri di atas panggung yang sama" ucapku dengan nada menyedihkan.
Tidak lama setelah itu, cahaya terang dari langit datang dengan kecepatan tinggi menuju kearahku. Bukannya berlari ketakutan aku malah pasrah dengan keadaan yang bisa membuatku mati mendadak ini. Meteor, setidaknya lebih baik daripada penderitaan selanjutnya.

Karena aku percaya di dunia ini ada hal yang lebih menyakitkan daripada mati.

Dengan keadaan pasrah aku tutup mataku, merasakan cahaya yang semakin hangat dan terang.

Surgaku sudah tiba.

Angin besar datang dari samping kananku membuat rambut ku terombang-ambing olehnya.

Cahaya itu hilang.

"mati itu tidak sakit, ya" selagi membuka mata
"heh... Aku masih disini" sembari meraba raba tubuh ramping ini
"baiklah" terdengar suara seorang wanita dari arah kanan ku lirik dia dengan perlahan.

"Aku wisher, mintalah sesuatu. Maka akan aku kabulkan" dengan santainya dia mengatakan hal seperti itu.

Aku menjerit dengan keras karena terkejut melihatnya seketika dia mengikuti jeritanku

"kenapa kau menjerit" kataku dengan sedikit kasar

"karena kau menjerit——kau tau kau menghancurkan karismaku sebagai dewi. Cepat mintalah sesuatu"

"kau pikir kau siapa?"

"A-aku. Aku adalah Wisher"

"oh, ya dan aku Hero. Pulanglah"

"jika aku bisa pulang maka akan aku lakukan, cepatlah mintalah sesuatu. Masih banyak yang harus aku katakan"

Apa dia cahaya tadi? Kenapa aku tidak berlari? Dan jika memang dia bisa mengabulkan permintaan maka kenapa aku tidak mencobanya aku bisa menjadi apapun, siapapun. Apa menjadi istrinya Zayn cukup? Tidak masih kurang kelima personil itu harus menjadi suamiku. Ya sudah di putuskan
.
.
"baiklah, aku ingin......... One direction come back".

***

"aku ingin One Direction come back"

"a-apa?"

"aku ingin One Direction back, hanya itu tidak lebih"

"ha...hahahhaha..... Hahhahah.... Kau gila, band gagal itu kau ingin mereka back?" dengan nada mengejek dia benar-benar puas tertawa

Aku jengkel dengan apa yang dia lakukan.

"baiklah, aku serius kali ini, saran ku mintalah sesuatu yang berguna bagi dirimu sendiri"

Aku terdiam membisu mendengar apa yang dia katakan—dan tentu saja merasa heran dengan dewi aneh ini, menolak permintaan seseorang dengan menawarinya permintaan yang menurutnya akan lebih baik. Selintas terpikir oleh ku apa dia amatiran? Atau memang seperti inilah dewi?

Aku sangat heran.

"itu yang aku inginkan. Sekarang kabulkanlah!" dengan nada berharap aku meyakinkan diriku, dewi itu. Bahwa apa yang aku ambil adalah benar.

"baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu"

"oh,.... Oh,.... Apa aku harus menutup mataku dan mengepalkan tanganku didada?"

"ini adalah kehidupan, kau tidak perlu melakukannya, lagi pula ini tak sesimpel yang kau pikir,. Kau fikir saat kau melakukan hal itu, aku membacakan sebuah mantra aneh? Tapi maaf, tidak! Sekali lagi tidak."

Aku mendengarkan apa yang dia katakan, kata demi kata sangatlah berarti dan sedikit membuatku terkejut mendengarnya.

Tidak pernah terpikir olehku seperti ini, sebuah harapan yang dipersulit oleh seorang dewi aneh—walau sebenarnya kehadirannya tidak pernah terpikirkan.

***

"dengar, aku hanya akan mengabulkan permintaanmu saja, sisanya kau lakukan sendiri"

"apa?"

"ini bukanlah film dan sebenarnya aku ingin mewujudkan langsung permintaanmu tapi sang penulis berkata lain"

"sang penulis?"

"iya, sang Penulis"

"baiklah, lalu?"

"dengar baik-baik, ini adalah hal terpentingnya."

Dia mengatakan tiga rule tidak itu lebih condong ke kelebihan yang dia berikan kepadaku.

"pertama, kau akan mengabulkan harapanmu sendiri"

Back To UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang