CHAPTER TWO
Apa yang bisa aku lakukan, bahkan kehidupanku gagal dan sekarang harapan yang aku minta harus aku kabulkan sendiri, ini terlihat seperti kebohongan.
Aku merasa seperti anak kecil yang meminta sesuatu kepada orang tua dan mereka memberikan sebuah harapan disisi lain mereka bahkan tidak mampu untuk mengabulkan harapan tersebut, sungguh sangat ironis bukan.
Aku menghelakan nafas dan melangkahkan kaki kananku secara tiba tiba aku berada di kota yang tidak aku kenal. Jauh dari tempat terakhir aku berdiri, aku tak mengenali tempat ini.
Aku berdiri di tepian jalan, kehilangan arah. Aku mulai memutar badanku melihat keadaan sekitar, menatap satu demi satu orang yang melewatiku begitu saja. Bukan orang Indonesia, mendengarkan dengan seksama pembicaraan mereka dan, German. Iya, sangat jelas, ini di German.
***
"Kedua, kau akan bisa berteleport, tapi kau tidak akan mampu mengendalikannya"
"A-apa?kenapa setiap hal yang kau katakan terdengar mustahil?"
"Hey, apa kau lupa? Aku adalah Wisher, dan ini sudah menjadi rule dari tuhan itu sendiri"
***
Jam di tangan kiriku menunjukan pukul satu dini hari tapi bulan berada di tempat yang berbeda. Aku benar-benar telah berpindah tempat, aku mulai berkeliling menelusuri penjuru kota.
Tiga puluh menit berlalu aku masih berkeliling di kota padat penduduk ini.
Sampailah aku di balai kota "Rathaus" itulah yang aku dengar dari orang lain. Bangunan tua ini memiliki gaya renaissance yang sangat menarik dengan menara yang sangat tinggi. Dilokasi sekitar sangat ramai pertokoan dan tempat makan. Bukan hanya itu saja, banyak pertunjukan yang di gelar di depannya.
Terlihat seorang berkostum Mickey mouse berdiri di depanku. Orang-orang mengacuhkannya, dia mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan meminta sebuah pelukan terhadapku. Aku terdiam dan hanya bisa tersenyum.Aku mendekatinya dan memeluknya.
Dua puluh detik berlalu dia masih mempertahankan posisinya aku mulai mereasa jengkel dengannya "Ok, i think it's enough". Dia tidak menghiraukanku, dengan cara paksa aku mencoba melepas peluknya yang erat itu, aku mendorongnya sedikit keras, tapi dia menambah tekanan pada pelukannya. Aku tidak bisa bernafas karena dia memelukku sangat erat. Lalu aku mendorong topengnya.
Dia menjatuhkan dirinya ketanah dan aku masih berada di atasnya, topeng yang dia gunakan terhampar jauh menuju kerumunan. Orang-orang mulai memperhatikan kami berdua, lama ke lamaan kami berdua menjadi pusat perhatian. Lensa kamera menangkap kami berdua.
"Harry"
"Oh, hay"
***
Aku tidak percaya, Harry Stayles berada di depanku, dalam pelukanku. Ya,walaupun sebelumnya aku sebal terhadapnya.
"Wake up" tanpa membantahnya aku berdiri, dia mulai berdiri. Meraih tanganku dan menarikku menjauh dari keramaian, kita berhenti di sebuah simpangan. Terengah-engah karena jarak yang lumayan jauh dari balai kota.
Terlihat Harry memasang masker dan mengajakku berkeliling kota padat penduduk ini.
Dalam perjalanan kita melihat tempat kuno dan unik dia juga membelikan ku makanan ringan dari jajaran pinggiran jalan, rasa unik yang baru aku rasakan, masakan khas eropa.
Sungguh, ini terasa seperti kencan pertama bagi sepasang kekasih baru.
Sebuah bus datang menghampiri kita, dia menaiki bus tersebut meninggalkanku dengan ucapan 'good night' dan lambaian tangan, sedikit tanda perpisaan kecil antara kami. Setelah bis itu berangkat, aku mulai berjalan kearah yang berlawanan."Ada yang aku lupakan", selintas terpikir olehku, tapi apa?
Seketika tubuhku menjadi lemas.
Perjanjiannya, aku melupakannya.
Bagaimana mungkin hal sepenting itu aku lupakan. Inilah nasib orang yang tidak pernah bahagia dan secara tiba-tiba diberi kebahagiaan, melupakan segalanya.
Dan terulang lagi, aku berpindah tempat.
Di sebuah kamar, cukup luas dan tidak ada siapapun disini.
Ruangan kosong, mungkin sengaja disedian untukku. Dewi aneh itu pengertian ternyata, fikirku.
Tanpa fikir panjang aku melompat keatas ranjang yang terlihat sangat empuk itu. Aku akan mencari Harry besok pagi, dimanapun dia akan aku temukan dan membawa segalanya kembali seperti semula.
Hanya dalam itungan menit aku bisa tertidur pulas. Sampai, seorang pria menjerit tarik di belakangku.
"Harry"
"What the hell are you doing"
"Hei, harry listen"
"Yeah, i know. you a thieve"
"No, no, Harry it's me you remaind"
"Harry, what happened" suara wanita terdengar nyaring dari luar kamar.
"Aku mohon sembunyikan aku. Aku bukanlah pencuri, aku...."
"Ah,.... Hanya tikus. Ya, hanya hewan pengerat kecil yang mencuri sedikit makanan"
"Baiklah, jika kau membutuhkan sesuatu atau ada sesuatu telpon aku, aku akan pulang"
"Hati-hati di jalan."
"Dia sudah pergi?"
"Dan sekarang kau yang pergi"
"Harry, dengarkan aku, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan"
"What?"
"Pertama, perkenalkan, namaku Blue. Aku Directioners...."
"Stop, biar aku tebak kau meminta kita back?"
"Iya" aku tertunduk mendengar kalimat yang mengatakan ketidak mungkinan secara tidak langsung.
Harry mengusirku dari tempatnya."Biarkan aku tidur disini satu malam saja"
"Come on, huh,. Baik. Tapi jagalah jarakmu aku takut kau melakukan pelecehan seksual"
"Harry, aku wanita dan aku memiliki harga diri"
"Tidurlah diruang tamu, ada sofa disana. Jika kau merasa lapar makanlah cari sendiri di dapur"
Aku meinggalkan Harry beranjak ke ruang tamu.
"Tunggu, bagaimana kau bisa masuk kesini?"
Aku hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaannya.
Aku membaringkan tubuhku di sofa, mematikan lampu yang menyala di atas kepalaku.
***
"Ketiga. Kau akan selalu beruntung"
"Hanya itu"
Sang Dewi mengiyakan. Sedikit pembicaraan tercipta antara kami berdua, sampai dia meninggalkan ku disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Us
AdventureRoad tour 2015, Jakarta 25 maret 2015 terakhir kalinya mereka bersama di atas panggung kebahagiaan. Terlihat air mata mengalir deras di pipi mereka berempat di atas sana, Zayn tidak menghadiri konsernya karena sakit, begitu menurut berita. Tapi, ken...