CHAPTER THREE
"Apa kau sudah tidur Blue?"
terdengar suara Harry yang memanggilku lembut. Aku menghiraukan panggilannya. Berpura-pura tapi dia malah mendekatiku dan duduk dikursi lain.
Posisi kursi ini seperti sebuah balok dan garis terakhir di isi oleh televisi yang begitu besar, memuaskan setiap orang yang menonton sebuah acara di dalamnya. Apalagi jika ada yang menonton sebuah pertandingan bola, aku tidak tahu dengan jelas di German apa yang mereka suka. Tapi, di Indonesia bola adalah segalanya terutama bagi kekasih ku yang terlalu sering berpaling dariku bukan hanya itu dia juga terkadang selingkuh.
Lima belas menit berlalu dan dia masih berada disana. Karena ruangan gelap aku tidak bisa melihat apakah dia sudah tertidur atau tetap terjaga disana.
"Can we talk" bisa kita bicara
Akhirnya aku menyerah "Why not"
"Apa tujuanmu blue?"
"Bukankah kau sudah mengetahuinya?"
"Kenapa?"
"Karena aku, tidak. Kami Directioners mencintai kalian"
"Bagaimana" pertanyaan selanjutnya yang dia tanyakan, aku terdiam karena tidak mengetahui 'bagimana' caraku untuk semua itu. Meyakinkan kembali mereka berlima.
Terutama Zayn, aku fikir saat dia mengetahui bahwa aku adalah Directioners dia akan mengusirku. Ya Robbie....
"Besok, pulanglah. Segalanya akan sia-sia disini"
"Tidak ada yang sia-sia Harry" aku menyampaikannya dengan lembut. Nada berharap cukup di tekan dalam kalimat itu.
"Dengar, eh... Ok,. How? Jika kau bisa meyakinkan ku itu semua karena kebaikanku dan kepergian mu yang aku tunggu! Tapi mereka? Dan setelah kami back apa yang akan kami lakukan Blue? Tidak ada, itu sama hanya saja kami berkumpul. Dan, ya. Kau belum meyakinkanku." bertanya hal yang sama tapi berbeda.
"Harry, dengar. Bahkan kedatanganku sudah menjadi sebuah awal bagi kalian. Aku hanya bagian kecil dari mereka. Directioners. Secerca harapan yang akan padam. Tapi, Harry aku tidak akan berhenti"
"Kenapa, hah?" lagi.
"Karena aku bukanlah Zaynster, Niallator, Paynette, Tomlinster, atau Stylator. Aku Directioners. Aku tidak mengagumi mu, atau personil lainnya. Aku mengagumi kalian saat kalian satu bukan empat atau lima. Dan aku yakin Directioners lainnya merasakan apa yang aku rasakan"
Harry terdiam tak berkata apa-apa. Dia hanya menghelakan nafas dan meninggalkan ku.
Aku kembali pada posisiku sebelumnya.
Aku tidak menjawab salah satu pertanyaan dari Harry 'Dan setelah kami back apa yang akan kami lakukan Blue?' mungkin akan sangat mudah untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi, akan ada lebih banyak pertanyaan yang akan memojokan ku.
***
Apa benar ini yang aku inginkan? Bukan, seharusnya aku berfokus pada kehidupanku sekarang.
Sekarang, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Segalanya gelap. Harry benar. Seharusnya aku tidak disini. Aku harus kembali ke Indoneaia dan melanjutkan kehidupan malang ku.
Baru aku sadar, wanita pekerja seperti ku mencoba mengubah sesuatu yang besar? Apa aku salah minum obat? Entahlah tapi aku benar-benar ingin pulang.
***
Di pagi hari aku terbangun di atas tempat tidurnya Harry, aku syok menyadarinya, aku mulai berfikir sesuatu yang aneh, jas kerja yang aku gunakan terpisah dengan tubuhku. Dengan cepat aku bangun dan memcari Harry, aku melihatnya di dapur dia sedang menyiapkan sarapan.
"Jelaskan semuanya apa yang kau lakukan pada ku dimalam tadi"
"Apa maksud mu? Aku tidak melakukan apapun kepadamu"
"Aku tidak percaya, kau menganbil segalanya disini!"
"Aku faham, tunggu. Kau masih perawan?" dia mendekatiku menariku cukup tarik sampai aku bertabrakan dengan dadanya. Dia memengang pinggul ku, tubuhku merinding dipegang olehnya.
Lalu dia mendekatkan mukanya kerah telingaku dan berbisik. "aku tidak melakukan apapun terhadapmu, tapi jika kau mengijinkannya maka....." sebelum dia menyempurnakan kalimatnya aku melepaskan diriku."Dengar Harry, di tempat tinggalku hal ini adalah mahkota"
Aku kembali ke kamar, diam merenung. Sampai Harry datang membawa piring berisikan sarapan. Dia duduk tepat di depanku ku dengan meja kecil sebagai pembuat jarak antara kami, Harry terus menawari makanan, tawaran Harry ku tolak beberapa kali sampai dia menjulurkan tangannya menyuapi ku. Kali ini aku memakan sarapan yang dia sajikan.
"Aku melihatmu kedinginan disana. Jadi aku membawa mu ke dalam kamar supaya kau merasa lebih nyaman"
Aku hanya bisa mengucapkan 'Maaf' kepadanya karena sudah membuatnya seperti ini. Aku merasa buruk terhadapnya.
Harry mencairkan suasana dengan mengajak ku pergi keluar, mengelilingi kota Hamburg.
Sebelumnya telah aku lakukan saat pertama datang dan saat pertama bertemu dengannya. Tapi kali ini sepertinya berbeda.
Aku menerima tawaran Harry.
Tanpa persiapan matang kami berdua berangkat. Tempat yang pertama kami tuju adalah Dockland, sebuah pelabuhan. Disana kami menaiki sebuah kapal hitam yang besar di lantai kedua kapal kami para pelanggan duduk dengan nyamannya melihat lautan luas yang terbentang di atas kami. Kapal ini sangatlah sederhana tapi berkelas.
Harry mengajakku menuju dek kapal, disana tidak ada orang hanya kami. Di ujung aku mencoba sesuatu aku merentangkan tanganku seperti pesawat, sayap yang aku rentangkan mulai melawan arus angin. Sekarang, aku merasakan apa yang Rose rasakan di atas kapal Titanic, seperti terbang itulah kenyataannya dqn sayangnya tidak ada Jack disini.
Di pertengahan jalan aku melihat sebuah kapal selam hitam yang berada di pelabuhan di dekatnya terdapat sebuah bagunan besar mungkin itu yang orang panggil Intteressanta museum, aku tidak tahu apa yang terdapat disana.Hari menjelang siang kapal kami berhenti di depan sebuah gedung bernama elbphilharmonie, desain gedung tersebut sangatlah menarik berbentuk seperti dua kubus yang disatukan oleh bantalan kecil di tengahnya dengan atap seperti ombak. Kubus pertama berwarna coklat tua dan kubus kedua biru di kubus kesua terlihat jutaan jendela dan sebuah pintu yang terbuka lebar untuk melihat kota Hamburg ini. Saat aku tarik lengan Harry menuju tempat itu dia malah membawaku untuk makan siang terlebih dahulu aku tidak bisa menolaknya karena dia yang mengajakku.
Kami membeli makanan di pinggiran kota hanya sebuah hamburger yang di beli dan sepertinya tempat ini hanya menjual itu saja. Setelah semuanya kami kembali ke apartment. Harry harus mengejar target dia mengatakan kepadaku bahwa dia sedang melakukan world tour dan masih banyak tempat yang belum dia datangi.
"Harry dimana kota terakhirnya?"
"Lost Angeles"
"Apa kau bisa membantuku?"
"tentu, ada apa"
"Aku ingin kalian berlima berkumpul di sebuah tempat dan mengadakan sebuah reuni untuk membicarakan one direction."
"Aku bisa menghubungi tiga personil lainnya untuk datang ke Lost Angeles. Tapi Zayn, entahlah aku tidak bisa melakukannya"
"Zayn, baik biarkan aku melakukannya aku yang akan membawanya kedalam reuni itu. Harry, buatlah sejarah baru. Ciptakan sesuatu yang tak terbatas Harry."
Dia mengelus rambutku sembari tersenyum dan mengatakan "Aku bukanlah tuhan, mana mungkin hal tersebut bisa aku lakukan" dia meninggalkan ku di kamarnya sebelum dia benar-benar pergi dia meyakinkanku dengan kalimat bodohnya.
"Blue, aku akan mencoba mewujudkannya, memberikan yang terbaik untuk one direction dan directioners."
~FIN~
Zayn, aku datang
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Us
AdventureRoad tour 2015, Jakarta 25 maret 2015 terakhir kalinya mereka bersama di atas panggung kebahagiaan. Terlihat air mata mengalir deras di pipi mereka berempat di atas sana, Zayn tidak menghadiri konsernya karena sakit, begitu menurut berita. Tapi, ken...