CHAPTER SIX (epic episode)
Selang beberapa jam Zayn terbangun dia terlihat masih kebingungan. Dengan luka memar di bibir sebelah kirinya. Dia mengangkatkan tubuhnya dan duduk dengan benar disebelah Blue. Zayn melihat kondisi sekitar, sebuah rumah kumuh dan seorang wanita. Zayn mencoba berdiri dan dia pergi menuju kearah pintu. Blue yang sedang merasa sakit tidak bisa bertindak apapun, bahkan dia tidak mengucapkan kalimat untuk menahan Zayn. Sebelum Zayn membuka pintu Grey sudah membukanya terlebih dahulu dari luar. Zayn mendorong Grey dengan semua kekuatan yang dia miliki. Tapi, itu tidak cukup untuk menjatuhkan Grey. Dia hanya mundur satu langkah.
Grey memegang bahu Zayn dan mencoba menenangkannya dengan sedikit ucappan lembut yang membuat Zayn mau kembali kedalam rumah kecilnya. Blue dan Steve sudah berada di atas kursi.Grey berhasil, dia membawa Zayn masuk.
Tanpa banyak berfikir Grey langsung memulai menanyai Zayn. Tentu saja, dia pasti menanyakan hal yang telah terjadi kepadanya. Disaat seperti ini mungkin Grey terlihat berlebihan karena Zayn baru saja mendapati sebuah musibah dan sudah di tanyai hal tersebut, sebuah jeda adalah sesuatu yang penting dalam apapun itu. Terutama dalam sebuah hubungan, biasanya karena terlalu lama tidak terjadi perubahan diantara sepasang kekasih yang membuat hubungan sedikit membosankan.
Tapi jika Grey tidak bertindak sekarang, kapan lagi? Menunggu Zayn untuk siap, kapan itu akan terjadi? Tidak akan pernah."setelah selesai meeting untuk lagu yang akan aku liris minggu minggu ini, malam tadi aku pulang sendirian, tanpa pendamping. Semua orang sibuk, lagi pula aku sudah terbiasa dan tidak ada hal buruk yang terjadi padaku. Eh..... Di tengah perjalanan keadaan sekitar sangat sepi, secara tidak sengaja aku menabrak seorang anak kecil, mobil yang aku bawa tidak terlalu kencang, hanya itulah untungnya kali ini. Dengan cepat aku turun dari mobil untuk melihat kondisi anak kecil itu. Saat ku lihat keadaan anak itu, dia tidak ada disana. Dia hilang. Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di punggungku. Membuat ku terjatuh cukup keras menghantam tanah. Seorang pria besar memengang kayu lumayan besar terlihat mengancam di depan ku. Tanpa ada topeng di kepala pria itu, cukup berani. Pria itu mengayunkan lagi tongkat nya, lagi dan lagi tidak ada serangannya yang mengenaiku, sampai aku melihat celah dan menendang pria besar tersebut dengan segenap kekuatan yang aku miliki. dia terjatuh, mungkin karena tubuhnya yang besar sampai tertarik gravitasi yang terlalu kuat. 'bang' suara tembakan terdengar jelas, seorang wanita dan anak yang aku tabrak tadi, berada di belakang mobil ku. Wanita itu memegang sebuah senjata api berjenis AK-47, bila aku terkena beberapa pelurunya mungkin aku akan mati jadi aku mengangkat tanganku menandakan penyerahan diri, lagi pula wanita itu terlihat mahir dengan senjata itu. Pria besar itu meminta segala hal yang aku bawa sekarang. Dia mengeluarkan pistol kecil dari belakang tubuhnya dengan membuang kayu yang sepertinya sudah tidak berguna itu., selagi dia mendekatiku dia menyuruhku untuk mengeluarkan dompet dan barang yang aku bawa. Dan mengangkat tangan lagi. Dia begitu dekat, pria besar dengan pistol yang di todongkan tepat di wajahku. Dia memukulkan pistolnyadi bibir kiri ku, saat aku berbalik dengan paksa pria itu memasukan pistolnya kedalam mulutku, jarinya dalam keadaan siap menembak, mungkin saja leher ku akan memiliki lubang kali ini. Dia sedikit terbahak, sepertinya melihat ekspresi wajah ketakutan dan keringan dingin yang keluar dari ku. Dia mengeluarkan pistol itu dengan cepat mengenai gigiku, darah terasa di atas lidah ku dan dia memukulkannya lagi tepat di bawah bibir kiri ku, lagi. Di lanjutkan dengan pukulan dari bawah mengenai dagu ku. Yang membuatku terpental kebawah, darah mulai keluar dari mulut ku. Tidak cukup dengan itu dia menendangi tubuhku dengan sangat keras. Kepuasaan yang terlihat di raut wajahnya membuatnya menjambat rambutku mengangkatku, dia menatapku begitu dalam dan ludah keluar dari mulutnya mengenai jidatku. Air liurnya mengalir perlahan seperti air mata tapi itu terjadi di dahiku.
Pria itu melemparkanku, meninggalkanku dengan tubuh yang terbaring di atas tanah, saat itu aku terlihat seperti mayat, di balik rumput pinggir jalan sepi yang sangat jarang sekali kendaraan melewat.
Di pagi hari aku terbangun dalam keadaan lemas, pengelihatanku masih buram dan pada akhirnya aku tersesat dan sampai di sini"
"Belum ada yang mengobatimu kan!?" tanya Blue kepada Zayn.
Tanpa mengatakan apapun Steve bergegas membawa kotak p3k dia mengobati Zayn dengan tangannya sendiri.
Steve memulai dengan meneteskan antiseptik ke atas kapas yang dia pegang di tangan kirinya. Dengan lembut dia meletakan kapas tersebut di bibir Zayn. Terdengar desahan kesakitan dari mulut Zayn. Sebuah kode yang tidak bisa di ucapkan olehnya, bisa jadi terdengar seperti meminta lebih lembut saat melakukanya.
Setiap beberaoa detik sekali Zayn menatap kearah Steve yang fokus mengobatinya. Dia selalu saja berpaling di saat Steve menatapnya balik.
~to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Us
PertualanganRoad tour 2015, Jakarta 25 maret 2015 terakhir kalinya mereka bersama di atas panggung kebahagiaan. Terlihat air mata mengalir deras di pipi mereka berempat di atas sana, Zayn tidak menghadiri konsernya karena sakit, begitu menurut berita. Tapi, ken...