01.Ganti popok

7.3K 594 27
                                    

Pagi ini aku seperti biasa bermalas-malasan di tempat tidur menunggu panggilan kerja, menatap layar ponsel yang sepi dari pemberitahuan.

Sudah 2 bulan aku memasukkan lamaran ke semua perusahaan, namun sampai saat ini belum juga ada yang tertarik dengan lamaranku.

Alhasil aku hanya menjadi gadis rumahan yang setiap hari makan dan tidur. Sampai pipiku mengembang seperti bakpau.

Ting...
Tong....

Suara bel membuatku malas membukanya,ah sudahlah di bawah ada bi Ima pasti dia yang buka.

Ting...
Tong....

Tapi sepertinya tidak ada orang di bawah, aku pun bangkit dan melangkah gontai keluar dari kamar menuju pintu depan. Menuruni satu persatu anak tangga dengan malas yang benar-benar malas.

Ting...
Tong....
Ting....
Tong....
Ting....
Tong....

"Iya sebentar..."Teriakku.

Siapa sih bawel sekali, setauku jasa antar tidak heboh seperti ini.

"Iya..."

Aku membuka pintu dan ternyata mas duda, maksudku mas Lay, pria yang baru pindah 2 minggu ke komplek ini. Pria yang membawa anaknya tanpa seorang istri.

"Dek, bunda kamu ada?" Tanya mas Lay sambil celingak-celinguk menatap ke dalam rumah.

"Mas cari bunda? Aku juga gak tau mas bunda kemana, ada perlu apa ya? "
Tanyaku penasaran.

Mas Lay menggaruk kepalanya dan tersenyum kikuk.

"Anu dek, hmm mas gak bisa ganti popok anak mas BAB, mas bingung dia nangis terus. Biasanya bunda kamu yang bantuin."
Jelas mas Lay.

Aku manggut-manggut. "Ganti popok ya?"

"Adek bisa? Ikut mas yuk?"

Mas Lay menarik tanganku tiba-tiba tanpa mendengarkan ucapanku terlebih dahulu.

"Eh eh mas, aku juga gak bisa."
Ucapku berusaha melepaskan tangan mas Lay.

Namun mas Lay lebih cepat membawaku ke dalam rumahnya, karena rumah kami memang sangat dekat.

"Tuh dek kasian Cilla nangis terus, mas bingung."

Ucap mas lay sambil menunjuk bayinya.

Aku pun melangkahkan kaki mendekati Cilla yang sedang menangis.

Gimana ini? Aku belum pernah mengganti popok apalagi bayi yang sedang bab.

Namun rasa kasihanku lebih besar pada Cilla, aku pun berusaha membuka celana kemudian membuka popoknya.

Walau agak jijik aku berusaha membersihkan kotoran Cilla, ya itung-itung belajar kalau nanti punya anak. Mungkin ini yang ibu-ibu rasakan pada saat pertama kali mengurus bayi mereka.

"Udah mas..."
Ucapku ketika selesai mengganti popok Cilla.

Aku menggendong Cilla yang berhenti menangis dan tampak nyaman dipangkuanku.

"Katanya gak bisa? itu bisa dek..."
Ucap mas Lay.

"Ya aku emang gak bisa mas, tapi kasian Cillanya kalau aku gak maksain."

Mas Lay tersenyum menampilkan lesung pipi sebelah kanannya.

"Makasih ya dek, mas bisa sering minta bantuan kamu deh ya."
Pinta mas Lay.

"Loh kan ada bunda..."
Tolakku.

"Mas gak enak kalau nyuruh bunda terus, mending kamu deh ya lagian Cilla kayaknya nyaman sama kamu."

Aku menatap Cilla yang masih polos, kasihan bayi ini ditinggal ibunya bersama seorang ayah yang gak tahu apa-apa soal bayi.

"Mas, gak mau nyewa babysitter gitu?"
Tanyaku pada mas Lay yang saat ini sedang minum jus mangga.

"Mas takut dek, kan banyak tuh yang nyiksa anak majikannya atau diculik, serem dek."
Ucap mas Lay sambil bergidik ngeri.

Aku menganggukkan kepala dan kembali menatap Cilla yang mulai memejamkan matanya, benar! Cilla merasakan kenyamanan dipangkuanku padahal aku bukan ibunya.

"Dek, kamu udah punya pacar?"

Pertanyaan mas Lay yang membuatku terbelalak, kenapa tiba-tiba jadi membahas soal pacar sih mas? Aku jomblowati dari 1 tahun lalu, ngenes mas kalau aku cerita masa laluku.

"Hmm enggak mas."

Mas Lay pun tersenyum. "Bagus deh."

Bagus? Bagus apanya?

***

Mas Duda [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang