07.Kecewa

4.8K 440 27
                                    

Ibu sahran menghampiriku dan tampak marah menatapku.

"Lagi apa kamu di sini? Mau menggoda sahran lagi? Gak tau malu, dulu kamu ninggalin dia gitu aja setelah dia kecelakaan. Sekarang apa? Mau kembali?"

Ucap ibunya  padaku dengan sorot mata yang membenci.

Tidak tahu malu katanya, seakan harga diriku memang tidak pernah penting untuk ibunya sahran.Apa kesalahanku sampai membuat ibunya semarah ini, bahkan menganggap seolah aku benar-benar meninggalkan sahran karena dia kecelakaan.

"Ma, ngapain ke sini? ".
Tanya sahran dengan tangan yang menggenggam tanganku erat.

"Firasat mama gak enak aja jadi ke sini, eh benar ternyata ada dia."

Ibunya sahran mendelikkan matanya padaku.

Aku berusaha melepaskan genggaman tangan sahran, namun sahran tetap mengggenggamnya erat.

"Mama udah tentuin jadwal kita buat ketemu keluarga hana jadi kamu siap-siap."
Sambung ibunya.

Sahran melonggarkan dasinya dan tampak terlihat jika rahangnya mengeras mendengar ucapan ibunya.

"Satu lagi, gadis ini jangan jadi penghalang untuk kamu mama gak suka."
Ucapnya lagi.

Cacian ibunya  membuatku semakin ingin melepaskan genggaman tangan sahran, sebisa mungkin aku menahan air mata yang ingin segera keluar.

"Aku gak mau dijodohin lagi ma, aku bakal balik sama reinata jadi batalin aja pertemuannya."
Tolak sahran.

"Sahran! Kamu balik sama dia? Ngaco ya kamu, dia itu udah gak peduli sama kamu bahkan dari dulu ketika kamu cacat! "

Ucap ibunya sahran dengan nada yang meninggi.

"Aku gak peduli, pokoknya aku mau balik sama dia titik."

Sahran menarik tanganku untuk keluar, aku meringis kesakitan karena tangan sahran terlalu keras menarikku.

".... lepasin."
Pintaku.

Sahran pun melepaskannya. "Mulai hari ini lo jadi pacar gue lagi."

"Enggak Ran! Aku gak mau."
Tolakku.

Sahran kembali melonggarkan dasinya dan terlihat geram.

"Mau lo apa sih? Masih gak bersyukur  juga? Gue kurang apa? Gue punya segalanya, semua cewek mau sama gue tapi lo? Apa mesti gue hamilin dulu biar lo mau balik sama gue? "

"Sahrann! "

Aku melotot padanya, semakin diperhatikan dia semakin egois dan emosian. Aku hanya menjaga agar dia tidak marah pada ibunya, karena jika aku mengatakannya ibunya sahran akan semakin melukaiku.

Aku menundukkan kepala dan tidak bisa menghalau air mataku yang sejak tadi memaksa keluar, sungguh ini adalah hari yang paling menyakitkan.

"Gue beli harga diri lo bila perlu Rei."

P
L
A
K

Aku spontan menampar sahran,hari ini rasa sayangku mulai berkurang ran.Sahran yang ku kenal bukanlah seperti ini, apa dulu kamu sengaja menyembunyikannya demi mendapatkan cintaku?

Aku menghapus air mata dan menatap sahran. "Karena harga diriku lebih penting makanya aku gak mau balik sama kamu."

Aku membalikkan tubuhku berniat meninggalkan sehun.

"Dasar jalang, miskin argggttt!!! "
Teriaknya.

Aku menghentikan langkah dan menarik nafas kasar, kemudian membalikkan tubuhku kembali menatap sahran.

"Aku sayang sama kamu ran dan aku juga udah lama merindukanmu, tapi mulai hari ini aku akan menguburnya. Sejauh mana kamu ngejar aku, kamu gak akan sampai hun tolong ngertiin aku."

Jelasku.

Sahran tersenyum masam. "Sayang? Kalau sayang kenapa mutusin gue tanpa penjelasan apa-apa dan mama bilang bahkan lo gak ada disaat gue gak sadar di rumah sakit, kemana lo?"

Aku ada Ran, setiap hari aku menemani kamu di rumah sakit. Tapi mama kamu ngusir aku, aku bahkan ada di kampus ketika kamu mencariku. Aku selalu ada untuk kamu, bahkan sampai saat ini aku belum sepenuhnya menghilangkan perasaan 2 tahun lalu.

"Ran, aku akan menikah dan tolong lupain semua tentang kita."
Pintaku.

Sahran memejamkan matanya sambil menarik nafas kasar. "Kita liat siapa yang bakal menang, gue atau Lay."

Ucap Sahran sambil berlalu pergi meninggalkanku.

Kenapa kamu membawa mas lay ke dalam masalah kita, aku bahkan belum tau harus menerima ajakan mas lay atau tidak. Mas lay bukanlah orang yang mengganggu hubungan kita, dia justru hadir disaat  kamu membuat hatiku luntur karena ulahmu.

Aku kecewa Ran, kenapa tidak ada pembicaraan yang baik ketika kamu memintaku untuk kembali. Jika seperti ini, aku hanya akan menganggapmu sudah mati.

Kamu sama saja seperti ibumu, tidak pernah berbicara baik jika mengatakan sesuatu. Aku kecewa pada ibumu, namun terlalu dalam kecewa padamu.

***

Mas Duda [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang