02.Perkenalan

6.2K 497 46
                                    

Malam ini aku guling-guling di atas kasur memikirkan maksud pertanyaan mas lay, kenapa juga mas lay tanya aku punya pacar atau enggak. Jadinya aku teringat sahran, mantan terindah yang membuat aku susah move on.

Aku berpacaran dengannya selama 2 tahun semasa kuliah, namun kejadian yang memilukan harus dialami sahran. Dia mengalami kecelakaan lalu lintas, di rumah sakit aku menemani sahran yang belum sadarkan diri namun ibunya tidak pernah menyukaiku bahkan dia bilang...

Sahran masih kecil jangan pacaran dulu, beresin dulu kuliah udah kuliah dia harus urus perusahaan ayahnya.

Ucapan ibunya seakan-akan tidak memperbolehkan aku untuk berhubungan dengannya, sampai 1 minggu sahran siuman dia menanyakan keberadaanku dan menyuruh teman-temannya menghubungiku. Namun aku menolak datang ke rumah sakit dengan alasan bunda sakit, memang benar saat itu bunda sedang sakit namun hanya sebatas meriang.

Ketika Sahran pulih, aku mencoba menjauh darinya. Walaupun aku harus menahan rasa rindu dan sesekali celingak-celingak ke tempat tongkrongan dia memastikan kalau dia baik-baik saja.

Sahran selalu menungguku di gerbang kampus untuk pulang bersama, suatu hari aku tidak bisa menghindarinya karena dia menodongku dengan begitu banyak pertanyaan.

"Kamu kenapa sih? Aku di rumah sakit kamu gak ada, kita ketemu di kampus kamu menghindar mau kamu apa sih Rei? Kamu udah gak mau terima aku karena aku cacat?oh jadi selama ini kamu hanya memandang tampang? "

Sakit! Aku tidak pernah memandang kamu tampan, kaya, tenar. Aku hanya mencintai kamu tanpa alasan ran, mau menangis pun percuma karena ucapan ibunya sahran sudah lebih dulu menampar hatiku. Biarlah sahran menganggap apa yang dia fikirkan, kaki sahran memang sedikit agak bergeser akibat kecelakaan itu. Justru disaat seperti inilah aku ingin menjaganya, bukan meninggalkannya.

Walau dengan berat hati aku mengatakan putus dan pergi dari hadapan sahran.

Ting
Tong

Lamunanku harus berakhir ketika bel rumah berbunyi, kenapa tidak ada yang mau membukakan pintu dari tadi siang sih? Harus aku lagi yang turun tangga membukanya, aish menyebalkan.

Ting
Tong

"Iya tunggu."

Ucap bunda dari arah dapur.

Lah ini dia bunda, ternyata ada bunda kirain bunda menghilang dari tadi siang.

"Rei kamu aja yang buka."
Sambung bunda dan malah belok ke arah kamarnya.

"Lah bunda, kenapa keluar kalau ujungnya Rei yang buka."

"Ya kirain kamu gak akan turun"
Sambung bunda dari dalam kamar.

Aku pun membuka pintu sambil berdecak pelan.

"Hey dek."

Mas lay lagi, malam-malam begini ada perlu apa lagi sih mas? Pasti ganti popok lagi, kasian duda satu ini harus bolak-balik ke rumah orang sekedar minta bantuan ganti popok.

"Iya mas, ganti popok lagi? "
Tanyaku.

Mas lay menggaruk kepalanya seperti biasa.

"Ayok mas aku bantuin."
Aku keluar mendahuli mas lay

"Makasih dek."
Ucap mas lay yang berjalan dibelakangku.

Aku berjalan memasuki rumah mas lay menuju kamar baby cilla.

"Loh mas? Ini apa? "
Tanyaku ketika botol susu berserakan di lantai.

"Mas mau bikin susu tapi gagal terus dek, pertama panas banget, kedua dingin, ketiga kebanyakan airnya."
Ucap mas lay sambil membereskan botol susu.

Aku menggeleng-gelengkan kepala dan mengahampiri cilla, Aku meraih popok dan menggantinya, kemudian menggendong baby cilla yang sudah tidak menangis.

"Mas pegang dulu cilla, aku yang bikin ya."

Ucapku sambil memberikan cilla pada mas lay.

Aku melangkahkan kaki ke dapur dan mas lay membuntutiku.

"Kalau mas lay gak tau caranya, baca aja petunjuknya ini kan ada jadi gak usah bingung."

Aku menunjuk kardus susu.

Mas lay malah nyengir. "Iya dek, mas kalut aja soalnya cilla nangis jadi lupa baca."

"Ck bilang aja mas males baca."
Sindirku.

"Enggak dek mas beneran lupa."
Belanya.

Aku tidak menjawab dan sibuk menyiapkan susu untuk cilla.

"Udah, sini sayang gendong sama tante lagi ya sambil minum susu"
Ucapku sambil meraih cilla dari pangkuan mas lay.

"Dek, usia kamu berapa? "
Tanya mas lay

"23 mas, kenapa? Keliatan tua ya? "
Ucapku sambil tertawa

Mas lay pun ikut tertawa. "Iya dek"

"Ih mas serius? "
Aku membelalakan mata dengan pengakuan mas lay.

"Enggak dek bercanda, ya mas tanya aja soalnya adek keibuan banget."

Jelas mas lay

Ucapan mas lay membuatku tersipu malu, apa benar aku keibuan? Padahal aku anak tunggal dan tidak pernah mengurus bayi, bahkan membuatkan susu. Pekerjaan rumah pun belum semuanya aku fahami.

"Tapi dek, ada yang mengganjal di hati mas soal kamu."
Ucap mas lagi.

Aku mengerutkan kening, bingung.

"Apa itu mas? "
Tanyaku.

Mas lay mendekatiku dan menatapku lembut.

"Nama adek siapa? Mas lupa hehe"
Tanya mas lay sambil cengengesan.

Ya ampun mas, sudah 2 minggu tetanggan bahkan tiap hari keluar masuk rumah minta bantuan bunda masih tidak tahu namaku. Selain duda yang miris dia juga pelupa, ya gusti bunda pernah kenalin aku sama mas lay tapi mas tanya lagi. Gendeng kamu mas.

Aku mengulurkan tangan kananku ke arah mas lay. "Hey tetangga baru, kenalin aku reinata."

Mas lay tersenyum dan membalas uluran tanganku. "Hey dek rei, kenalin nama mas, lay"

"Dikit amat mas? Gak ada panjangnya?"
Tanyaku yang sedikut aneh dengan nama mas lay yang hanya 3 huruf

"Ada dong dek, lay martin."

"Oh Lay martin, kok mirip aktor senior indonesia ya mas."

...

Tbc

Mas Duda [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang