SATU: ATHALA

5.2K 101 4
                                    

Athala sudah tampak rapi. Dia segera mengambil tas dan turun ke bawah untuk sarapan...sendirian.
Athala sudah terbiasa seperti itu, hidup dengan pembantu dirumah yang sangat besar tetapi tidak ada kehangatan sebuah keluarga. Miris, tentu saja dia selalu ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga seperti teman-temannya. Tapi apa yang bisa ia lakukan, orang tuanya bahkan jarang sekali berada dirumah. Selalu uang yang menjadi nomor satu, menurut orang tuanya semua bisa diselesaikan dengan uang. Tapi apakah mereka memikirkan Athala sekali saja? Athala tak butuh uang, ia hanya butuh kasih sayang seorang ibu dan juga ayah.

"Non Atha udah bangun, itu bibi udah siapkan sarapan untuk non." Seorang wanita paruh baya menghampiri Athala dan menyuruh gadis itu untuk segera menghabiskan sarapannya.

Ya, itu adalah Bi Nani, pembantu yang sudah merawat Athala dari dia masih duduk dibangku taman kanak-kanak. Dari Bi Nani lah Athala mengerti apa arti sebuah keluarga yang sesungguhnya.

"Makasih Bi, tapi Atha buru-buru." Athala melirik jam yang bertengger ditangan kirinya. Sudah jam 06.40 itu artinya 20 menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup.

"Yasudah tapi minum susunya ya, biar non nggak lemes." Bi Nani memberikan Athala segelas susu yang semula berada diatas meja makan.

Athala tersenyum, tanpa banyak bicara ia menghabiskan susunya dan berpamitan untuk segera pergi kesekolah, ia mencium tangan bi Nani dan segera berlari keluar rumah untuk mengambil mobilnya dan pergi kesekolah.

Langkah kakinya melintasi koridor sekolah Pelita. SMA Athala merupakan salah satu SMA yang terbilang ternama dengan fasilitas superlengkap. Gedung sekolahnya tiga lantai. Pohon-pohon yang ditanam di sekitar halaman menambah kesan sejuk sekolah itu. Lapangannya pun sangat luas. Tak terasa sekarang Athala sudah sampai didepan kelasnya, 11 IPA 4. Ia menghampiri kursinya dan duduk disana.

"Tha, lo udah ngerjain pr matematika?!" Fira, sahabat Athala dari pertama mereka masuk sekolah ini menghampiri Athala dengan tergesa-gesa. Sebenarnya Athala mempunyai dua sahabat, Fira dan Rahma tapi sepertinya Rahma akan datang terlambat hari ini.

"Udah lah, emangnya gue lo." Athala memutarkan bola matanya malas.

"Hehe, gue liat dong Tha, ya, ya, ya!" Pinta Fira dengan wajah yang menurut Athala sangat menyebalkan.

"Yee, nyontek mulu lo bisanya." Rahma datang dan menoyor kepala Fira.

Perlu kalian ketahui, jika Fira adalah sabahat yang mereka temui saat pertama masuk sekolah, berbeda dengan Rahma. Gadis itu justru sudah bersahabat dengan Athala lebih dari tiga tahun lamanya. Jadi jangan heran jika Athala lebih dekat dengan Rahma daripada Fira.

Fira mendengus sebal, "Kayak lo nggak aja monyet!"

"Emang iya, makanya gue mau liat sama Athala, hehe." Rahma menampilkan cengiran menyebalkannya.

Athala menghela napas jengah, sahabatnya memang seperti itu, sedangkan Fira mencibir Rahma.
Dan tepat saat Athala memberikan buku tugas pada kedua sahabatnya, bel tanda masuk pun berbunyi.

Rahma dan Fira lantas kelabakan, tugas mereka belum tertulis barang satu huruf pun, tapi guru yang mengajar sudah menyuruh semua anak untuk mengumpulkan tugasnya masing-masing. Ditengah kepanikan dan keputusasaan mereka, Athala justru menyeringai puas.

*****

Bel istirahat pun berbunyi mendengarkan bunyinya ke seluruh penjuru kelas. Athala dan teman-temannya berjalan menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Dia memilih kursi yang paling pojok.

"Mau makan apa biar gue yang pesenin, mana duitnya?" Fira menyodorkan tangannya untuk menerima uang dari teman-temannya.

"Kenapa lo, kesambet? Tumben mau pesenin makanan, biasanya juga males." Cibir Rahma.

AthalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang