Galang sampai diparkiran SMA Cakrawala. Kemudian membuka helm dan menyisir rambut lebatnya menggunakan jari, hanya satu kata yang pantas terlontar untuk dirinya...memesona.
Galang memiliki tubuh yang atletis, berambut gelap, senyum yang karismatik, ditambah lagi sepasang mata yang tajam dengan alis tebalnya.
Langkah kakinya membawa Galang untuk pergi kelapangan, menghampiri teman-temannya yang sedang bermain basket. Rey dan Denis merupakan sahabat Galang dari mereka masih duduk dibangku SMP, satu lagi Riko sahabat baru Galang, Riko adalah anak pindahan dari SMA Budi Bakti seminggu yang lalu.
Galang meletakan tasnya dipinggir lapangan dan ikut bergabung bersama teman-temannya. Kini keempat laki-laki itu sedang bermain bola basket, hingga bola yang dilempar Galang mengenai siswi yang sedang berjalan dipinggir lapangan.
BUK..
"Aw.. Ish siapa sih yang lempar, nggak bisa main basket apa itu orang!" gadis itu berbalik mencari orang yang sudah melemparnya dengan bola basket.
"Gue yang lempar!" ucap Galang memasang ekspresi tenangnya.
"Lo tuh---"
"Udah deh sini bolanya, nggak usah caper bisa nggak sih!"
"Kok lo nyolot sih, harusnya tuh lo minta maaf. Ini pala gue sakit kali, kena bola segede gini!" Perempuan itu mulai kesal sendiri.
Galang menggertak. "Bacot banget sih jadi cewek!"
Galang meninggalkan perempuan entah siapa dia itu--yang sudah berani membuat masalah dengan dirinya.
Athala, perempuan itu menggeram kesal, cowok tidak bertanggung jawab itu malah meninggalkannya, bahkan dia belum meminta maaf kepada Athala atas perbuatannya tadi.
"Woy.. mau kemana lo, minta maaf dulu!" Ingin sekali Athala menonjok muka cowok yang sangat songong itu, tetapi tidak bisa karena dia sudah pergi menjauh. Jadi, dia hanya melemparkan bola basket yang masih berada ditangannya ke arah cowok itu. Athala kaget, lemparannya tepat sasaran.
"Anjing!" Umpat Galang, cowok itu berbalik saat merasakaan ada benda keras yang menyentuh punggungnya. Ia menatap perempuan tadi dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Athala tidak merasa bersalah sama sekali atas perbuatannya kepada cowok itu. Dia justru menantang cowok songong yang berada lumayan jauh dari tempatnya berdiri sekarang. "Apa lo?!"
Galang mengepalkan kedua tangannya menandakan bahwa dia sedang menahan amarah yang akan memuncak.
Bel sekolah yang berbunyi dari seluruh penjuru kelas membuat Galang kembali membalikan badannya dan berjalan menuju kelasnya, teman-temannya pasti sudah meninggalkannya. Galang mendengus kesal karena perempuan itu sudah membuang waktunya yang sangat berharga.
Dalam hati Galang tersenyum miring. "Gue pastiin lo nggak tenang di sekolah ini..."
*****
"Seneng banget lo kayaknya, kenapa, lo suka sama tuh cewek?" celetukan dari Denis mengundang tawa dari kedua sahabatnya.
Galang menatap tajam Denis dan kedua sahabatnya. Bagaimana tidak, barusan Denis mengatakan bahwa Galang sedang senang. Ayolah, apakah Denis buta, jelas-jelas Galang memasuki kelasnya dengan wajah yang ditekuk, dan tadi Denis seenaknya bilang Galang senang. Sungguh Galang sangat ingin meninju wajah Denis yang sangat sok kegantengan itu.
"Ngapain aja tadi, mojok?" Rey yang memang lebih pendiam dari kedua sahabatnya kini ikut menimpali untuk menyudutkan Galang. Benar-benar sangat menyebalkan!
"Yaelah sekarang mah nggak jaman mojok, mainnya langsung ke hotel!" Riko tertawa begitupun kedua sahabatnya yang lain.
Galang memutarkan bola matanya malas, mana mungkin dia bisa suka kepada seorang gadis yang tidak tau malu itu. Mengingatnya saja sudah membuat Galang bergidik ngeri, apa lagi sampai itu terjadi. Apa tadi Galang baru saja memikirkan gadis tidak tau malu itu. Galang mendegus kuat-kuat, daripada dia memikirkan gadis itu lebih baik dia memainkan ponselnya, setidaknya itu lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Ficção Adolescente"Cinta tak pernah salah. Namun cinta, tak selalu indah." ___________ Baru kali ini Athala menemui cowok yang bener-bener nyebelin seperti Galang. Dia usil, dan super-jahil. Bagi Athala, tak ada yang menarik dari Galang, kecuali tampang ganteng...