Galang dan ketiga sahabatnya melangkah menuju kantin, saat itu koridor sangat ramai karena jam belajar-mengajar telah berakhir. Dan seperti biasa pula terdengar pekikkan dari para siswi yang memuja ketampanannya. Tapi, bukan Galang namanya jika ia meladeni semua itu, ia justru tetap melanjutkan langkahnya seolah tak mendengar sapaan juga pekikkan dari semua siswi yang ada dikoridor. Bahkan, menarik ujung bibirnya sedikit menjadi sebuah senyuman yang tipis pun tidak, ia hanya melengos melewatinya. Dan itulah yang membuat semua siswa se-Cakrawala memujanya. Memuja seorang Galang Arsenio Pratama.
Saat sampai dikantin mereka duduk dimeja pojok, meja kebanggaan mereka. Saat itu, tiba-tiba Denis yang sedang fokus pada ponselnya lantas berteriak heboh, bangun dari duduknya dan memukul-mukul meja dengan gemas. Semua sahabatnya menatapnya bingung, Riko bahkan ikut bangun dari duduknya, menatap Denis-yang masih memukul meja, meminta penjelasan.
Rey meminta Denis untuk tenang, menyuruhnya kembali duduk, menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan..
"Oke, jadi gini. Randy, anak Garuda ngajakin kita tawuran sekarang. Kalau semua murid udah pulang dan sekolah ini udah sepi, dia sama pasukannya akan datang kesini!"
"Anjing! Seriusan lo?!" ucap Riko panik sendiri.
Perlu diketahui, Randy adalah pentolan SMA Garuda. Randy dan Galang adalah musuh bebuyutan, mereka sering kali terlibat tawuran bahkan balapan liar. Mereka berdua seakan ingin menjatuhkan satu sama lain.
Dan sekolah Garuda sendiri berada persis diseberang sekolah Cakrawala. Mereka pun selalu bersaing, baik dalam akademik, non akademik, dan juga soal kekuasaan."Kasih tau anak-anak, kumpul diparkiran sekarang. Dan persiapkan semuanya." ucap Galang kelewat santai.
Mereka berempat bersiap meninggalkan kantin menuju parkiran, menghampiri teman-teman yang lain juga untuk mempersiapkan strategi yang akan dilakukan. Namun, itu harus tertunda karena Athala datang menghampiri mereka dengan kaki menghentak juga bibir yang mengerucut.
Dan tepat saat itu, ponsel yang berada digenggaman Galang berbunyi, menandakan ada satu pesan masuk.
Davin : Gal, gue titip Athala ya, gue ada urusan mendadak. Anterin pulang, inget, jangan sampai lecet sedikit pun!
Galang : kenapa harus gue?
Davin : karena gue percaya lo bisa jagain Athala.
Galang berdecak, lantas mengangkat wajahnya menjadi menatap Athala. Ia melihat Athala sedang melipat kedua tangannya didepan dada dan jangan lupakan bibirnya yang mengerucut beberapa senti. Dan itu justru membuat Athala terlihat semakin... lucu?
"Anterin gue pulang!" Athala menatap Galang dengan tatapan tajamnya.
Alih-alih merasa takut, Galang justru menggelengkan kepalanya. "Males, gue nggak mau!"
"Ish... Kalo gak disuruh Davin juga gue gak mau kali. Udah anterin gue pulang sekarang!" rengek Athala.
Lagi-lagi Galang menggelengkan kepalanya, "Nggak bisa. Gue mau tawuran."
"Apa? Apa? APA?! TAWURAN?!"
Galang mendekati Athala dan langsung menoyor kepala gadis itu cukup keras. Dan tanpa rasa bersalah ia pergi meninggalkan Athala yang sudah berteriak kesal.
Selang beberapa detik Galang pergi meninggalkan kantin, ketiga sahabatnya menyusulnya. Dan menyisakan Athala seorang diri dikantin.
Kampret, kok gue ditinggal sih. Rutuk Athala dalam hati.Athala, cewek itu melangkah dengan sangat cepat disepanjang koridor sekolah. Tujuan utamanya saat ini adalah toilet.
Bel pulang sudah berbunyi dari 20 menit yang lalu. Seharusnya dia sudah sampai dirumah. Itu bisa terjadi jika saja tadi Davin tidak memberi kabar, kalau Davin tidak bisa mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Teen Fiction"Cinta tak pernah salah. Namun cinta, tak selalu indah." ___________ Baru kali ini Athala menemui cowok yang bener-bener nyebelin seperti Galang. Dia usil, dan super-jahil. Bagi Athala, tak ada yang menarik dari Galang, kecuali tampang ganteng...