Regret

731 83 3
                                    

"Min nggak akan pernah tinggalin, Kyu."
"Masa?"
"Ho'oh. Pria sejati nggak ingkar janji. Kecuali..."
"Kecuali apa?"
"Kyu yang suruh Min untuk pergi."
"Caranya?"
"Kyu pergi, blokir semua akses Min untuk hubungi Kyu."
.
.
.
.
.
Changmin bangun dengan malas-malasan. Mimpi itu lagi, membuat semangat paginya menurun.
Selesai menyisir rambutnya, sebuah notifikasi pesan membuat Changmin berlari mengambil ponsel di nakas. Berharap akan ada pesan yang mengucapkan selamat pagi untuknya.
Berdecak pelan saat pesan yang masuk bukan dari orang yang ia harapkan. Hanya pesan dari operator dan Donghae yang minta izin tidak masuk karena sakit. Tiga hari lalu, izin pergi ke China dan sekarang izin sakit.

'Hm.'
'Hm.'
'Hum.'
'Hum.'
'Lagi nggak mood, kalau cuma mau hm atau hum. Mending nggak usah chat.'
'Habisnya, Kyu cuma bilang gitu. Min nggak tau mau balas apa.'
'Arra, cari sana yang bisa chat ama Min.'

Itulah pesan terakhirnya, dan sampai sekarang, semua akses masih diblokir. Membanting ponselnya ke ranjang, Changmin memilih kembali bersiap untuk ke sekolah.
.
.
.
Changmin masih setia menatapnya, ia terlihat baik-baik saja. Ingin rasanya Changmin menghampiri, kemudian bertanya bagaimana dia kini, apakah bahagia atau sama merasa kehilangan seperti dirinya.

"Aku benar-benar butuh si ikan itu."

Changmin akui, ia adalah orang paling bodoh. Melepas, padahal ia belum siap.
Merutuki diri yang terbawa emosi kemarin.
Pemblokiran yang dilakukan Kyuhyun, belum lagi tugas yang banyak dan membuatnya pusing. Dengan emosi, ia membuka akun Donghae (Jangan tanya bagaimana cara Changmin membuka akun itu, Donghae saja yang membuat sandi akun terlalu mudah). Mengatakan pada Kyuhyun bahwa ia melepaskan pria itu. Dan kini, menyesal.
.
.
.
.
.
Donghae menatap pintu apartemen tempat Ketua Osis nya tinggal, ini sudah dua hari sejak adik tidak sopannya itu menghilang, tanpa kabar. Hal yang sangat jarang dilakukan. Beruntung ia memiliki kunci cadangan, jadi bisa masuk tanpa perlu mengetuk pintu.

"Changmin, Changmin."

Apartemen terlihat sepi, tidak berantakan, dan tidak ada yang aneh-aneh. Jika Changmin pulang ke rumah keluarganya, itu tidak mungkin. Kedua orangtua Changmin sedang pergi.
Donghae menatap kamar, satu-satunya ruang yang lampunya masih menyala.

"CHANGMIN, ADA APA INI?"

Bagaimana ia tidak kaget, begitu membuka pintu kamar, hal yang ia lihat sungguh mengerikan. Tisu berserakan di lantai, dan bukan hanya tisu. Ada bungkus makanan, kaleng dan botol minuman soda. Benar-benar berantakan. Belum lagi tampilan Changmin yang mengenaskan, tubuhnya terlilit selimut, bekas air mata, mata panda dan ingus yang terus mengalir.

"HYUUUNNNNGGGG, PUTUS."
"Apa yang putus? Saraf otakmu?"

Panggilan Hyung, itu adalah tanda bahwa Changmin tidak baik-baik saja. Walaupun Changmin berusia lebih muda, ia tidak pernah memanggil Donghae dengan Hyung, hanya Hae atau Kau.

"CHANGMIN. KYUHYUN. PUTUS."

Donghae diam, inikah penyebab banyaknya tisu berantakan? Dan sialnya, Donghae menginjak tisu itu.

"LAGI? Bagaimana bisa?"

Baru satu bulan lalu Changmin mengatakan batal putus, dan sekarang justru putus.

"Ya bisa lah, bumbu nya habis. Harus belanja dulu."
"Jangan bercanda, kau itu sedang tidak baik-baik saja. Jangan berpura-pura."
"Ntah lah, Hyung."
"Cerita!"
"Tidak."
"Cerita!"
"Pulang saja kau sana!"
"Besok aku akan tanyakan langsung pada Kyuhyun. Dan, awas saja jika kau libur besok. Akan aku laporkan pada kedua orangtuamu!"
.
.
.
.
Changmin menatap Kyuhyun dan Donghae yang duduk di halaman sekolah. Ingin rasanya menguping, tapi Donghae melarang, akhirnya Changmin hanya bisa melihat dari lantai dua gedung sekolah.

"DASAR ADIK BODOH! Bagaimana bisa aku punya adik sebodoh ini?"

Changmin menatap bingung, Donghae membanting pintu ruangan begitu saja dan kini mengatainya bodoh.

"Apa?"
"APA KATAMU?"

Donghae menjelaskan semua penjelasan yang ia dengar dari Kyuhyun, dan Changmin hanya mengangguk mendengarkan.

"KAU YANG MEMUTUSKAN, DAN KINI KAU YANG MENYESAL. BODOH!"

Changmin hanya diam, ia tau jika ia salah.

"Sekarang ia sudah merasa bebas."
"Jadi, cobalah melepaskannya. Benar-benar melepaskannya."

Changmin kembali mengangguk, ia sudah mencoba melakukan itu. Saat ia tau bahwa blokirnya telah dibuka, Changmin berusaha menahan diri untuk tidak mengirimkan pesan. Changmin bersikap seolah teman biasa, mengurangi interaksi dengan Kyuhyun, tapi tetap saja. Sulit.
.
.
.
.
.
Melihat kalender, Changmin kira ini sudah hampir sebulan, ternyata baru dua minggu tanpa Kyuhyun.
Jika ada Kyuhyun, minggu pagi sudah dihabiskan untuk berjalan-jalan atau pergi kemana pun yang Kyuhyun inginkan.
Kini, Changmin hanya bergulung dalam selimut karena tidak ada hal yang harus dilakukan.

"Mari membersihkan kamar."

Changmin mengeluarkan kardus yang ia simpan di lemari. Pekerjaannya terhenti saat matanya menatap kardus berwarna biru. Semua ada disana, kenangannya bersama Kyuhyun.

"Foto, buku, kartu dan memori?"

Changmin menghidupkan laptopnya, memeriksa isi memori.
Semua ada disana, foto dan videonya bersama Kyuhyun. Dan yang jumlahnya paling banyak, Screenshot.
Lengkap, dari mulai status, daftar akun, chat ada disana. Chat yang menurut Changmin lucu (Kyuhyun bersikap seperti anak kecil, Kyuhyun yang cemburu, dan Kyuhyun yang tsundere) bahkan chat pertengkaran pun ada.
Chat pertengkaran, Changmin menyimpannya agar apa yang membuat Kyuhyun marah, bisa ia ubah. Tapi tetap saja, hasilnya nihil. Semua masalah terletak pada sikap, peka. Changmin adalah makhluk paling tidak peka di muka bumi ini.

"Satu tahun, delapan bulan."

Jika ini adalah pertarungan, Changmin akui, ia kalah dalam pertarungan. Mengambil ponsel di atas meja, sebuah pesan ia kirimkan.

To : Chokyulatte
Gagal move on
-Send-

To : ChokyulatteGagal move on-Send-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ChangKyu Story - Balada Changmin dan KyuhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang