[12] Flashback - Kim Doyoung

177 12 2
                                    

Just when you walk to me, you shine brightly.

———

4 years ago

"Aduh!" Gadis bersurai cokelat itu mengaduh kesakitan saat kakinya terantuk meja.

Dengan terburu-buru kakinya melangkah keluar dari apartemen. Ia hampir saja telat datang ke kafe tempatnya bekerja.

Gadis dengan marga Choi itu menghela napas lega saat telah sampai di pelataran kafe. Dengan masih berjalan cepat, ia masuk ke dalam kafe.

Sedikit mengendap-endap, tidak mau ketahuan bosnya jika ia terlambat lagi. Gadis itu berjalan memakai celemeknya.

"Choi Minra!"

'Mampus gue!'

Ia menoleh ke arah bosnya yang sudah berkacak pinggang, menyengir polos. "Ya, Pak?"

"Telat lagi kamu!"

Minra lagi-lagi hanya menyengir sebagai jawaban. Mengangguk kecil. "Hehe, besok enggak lagi, deh, Pak."

Lelaki yang dipanggil 'Pak' itu mendengus. "Ya sudah, cepat bekerja sana!"

Kemudian gadis itu mendesah lega, beruntung bosnya tidak pernah berusaha memecatnya.

Gadis itu tersenyum cantik. Gadis itu Choi Minra. Bukan orang yang spesial, hanya karyawan kafe. Tapi, siapa yang mengerti takdir?

———

Lelaki muda itu tersenyum hangat, dari jendela mobil ia mampu melihat indahnya pemandangan luar.

Bukannya ia norak atau apa, pekerjaannya sebagai pengusaha muda membuatnya jarang menikmati dunia luar. Beruntung hari ini ia memiliki sedikit waktu untuk jalan-jalan.

Maka, ia memutuskan untuk menghabiskan hari di luar rumah. Mencari udaa segar bukanlah hal yang buruk, 'kan?

"Doyoung, kita akan ke mana?" Sopir di depan bertanya.

Yang dipanggil menoleh, lantas tersenyum kecil. "Terserah, tapi aku ingin ke kafe yang sejuk dan segar. Kau tau tempatnya?"

Sopir di depan sana mengangguk mantap. "Tentu, aku tau tempat seperti itu. Hanya ada satu di daerah ini."

Kemudian lelaki pemilik marga Kim itu mengangguk lagi. "Kalau begitu bawa aku ke sana."

Lelaki itu tak lain Doyoung, Kim Dongyoung. Pemilik perusahaan besar di Korea. Yang sedang berjalan menuju takdirnya.

———

Perjalanan tak terlalu lama, mungkin hanya sepuluh menit, dan Doyoung sudah mendapat tempat yang diinginkannya.

Pengetahuan Minho—sopirnya, memang tak perlu lagi diragukan.

Nuansa aroma kayu manis menyambut. Doyoung kembali tersenyum kecil. Sangat segar dan menyenangkan.

Lelaki itu duduk di kursi bagian ujung. Sementara Minho yang menemaninya tengah memesan makanan.

Sembari menunggu, Doyoung kembali memperhatikan arsitektur dari kafe. Sangat menarik baginya. Sayangnya lokasi kafe ini kurang strategis.

"Kau tau Doyoung? Karyawan kafe di sini sangat cantik!"

Doyoung menatap heran pada Minho yang datang sudah seperti cacing kepanasan. Doyoung mengernyit. "Lalu?"

"Aku sarankan kau harus melihatnya. Apa kau tidak lelah sendiri? Umurmu sudah 24, setidaknya carilah pacar."

Doyoung mendengus. Memang apa salahnya jika ia masih belum punya pacar atau sekedar teman kencan? Bukankah pacaran itu membosankan?

"Aku masih belum ingin berpacaran lagi pula umur 24 itu masih muda," jawab Doyoung malas. Minho mengangkat bahunya tak peduli.

"Terserah kau saja. Yasudah, aku mau ke kamar mandi dulu. Nanti jika pesanannya datang, kau saja yang ambil, ya." Minho berdiri dari kursi.

Doyoung mendengus, belum pernah ia melihat ada karyawan yang menyuruh atasannya. Keanehan itu ia lihat di Minho.

Untung saja Minho itu teman dekatnya, sehingga Doyoung tidak akan memecat lelaki itu. Lagipula, kinerja Minho di kantor juga bagus. Apa ada alasan untuk memecat Minho?

Daripada harus berdebat dengan Minho, Doyoung memilih mengangguk mengiyakan. "Baiklah, pergi sana! Aku mulai muak."

Minho mengacungkan ibu jarinya. "Sip, kau memang bos yang terbaik."

Setelah mengucapkan itu, Minho langsung beranjak menuju toilet. Doyoung menggelengkan kepalanya heran.

Doyoung kembali pada aktivitasnya memperhatikan bangunan kafe. Hal yang selalu ia lakukan saat berada di tempat baru.

"Pesanan atas nama Minho!" Doyoung tersentak mendengar mama Minho diteriakkan oleh karyawan kafe

Doyoung segera bangkit mendekat. "Saya pemilik pesanan itu."

Gadis yang tak lain Minra itu memicingkan matanya. "Ah sepertinya kita pernah bertemu."

Doyoung mengernyit, bertemu? Ia rasa tidak pernah.

"Kurasa tidak," jawab Doyoung seadanya.

Minra menepuk dahinya. "Ah iya, aku baru ingat. Kau kan pengusaha yang sering masuk televisi. Pantas saja aku merasa kita pernah bertemu. Maaf-maaf."

Doyoung mengangguk kecil. "Pesananku bagaimana?"

Minra mengangguk kecil, meraih nampan dengan makanan di atasnya. "Ini!"

Doyoung mengangguk kemudian menarik nampan tersebut. "Ah iya, kafe ini sangat bagus. Apakah ada menu istimewa di sini?"

Minra mengangguk antusias. "Tentu saja. Aku pun merasa begitu. Kafe ini sangat bagus, 'kan? Ah iya, pemilik kafe ini juga sangat baik. Dia bahkan tidak memecatku meskipun aku sering telat. Bukankah itu sangat baik? Omong-omong tentang menu istimewa. Semuanya istimewa di sini. Kau mau pesan lagi?"

Doyoung tersenyum kecil mendengar ocehan Minra. Membuat wajahnya tampak lebih tampan.

"Eh, kenapa kau senyum? Aku salah, ya?" tanya Minra heran.

Doyoung menggeleng kecil. Masih tersenyum.

"Tidak, tapi kau sangat lucu saat mengoceh. Kurasa ini akan jadi kafe favoritku mulai sekarang."

Minra membalas senyum Doyoung dengan sedikit nakal.

Minra kembali melanjutkan ocehannya. Doyoung masih setia mendengarkan dan tersenyum. Tak peduli pada tangannya yang pegal terus-terusan membawa nampan.

Secepat itu takdir membuat mereka bertemu. Secepat itu pula dua hati mereka mulai bersatu. Secepat itu pula keduanya mulai merasakan sebuah perasaan yang indah.

Doyoung jatuh cinta.

———


Author Note

Huaaa, fix ini Sejeong jadi cast-nya Minra.

Ini gue lagi baper abis nonton Star Blossom. Doyoung pacar goals banget gak, sih?

^Gue cemburu,tapi gue lihatin kok cocok? ಥ⌣ಥ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^Gue cemburu,tapi gue lihatin kok cocok? ಥ⌣ಥ

6 Juli 2018
Degemnya Jaemin

NCT Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang