03. Menerimanya?

228 48 43
                                    


"Arga? Dia siapa?"

"Dia pangeran hati gue. Tepatnya, Calon Pacar gue." Tungkas Starla dengan senyum kebahagiaan yang melekat di wajah cantiknya itu. Orang yang mendengarnya hanya bisa mengerutkan dahi bingung tak percaya akan kalimat yang diucapkan, sebab selama ini Starla adalah jomblo akut. Ya, meskipun hal ini bertolak belakang dengan wajah cantiknya yang mampu membuat para lelaki bertekuk lutut padanya. 

 Omong-omong, meskipun jomblo tapi sudah banyak lelaki yang menyatakan ketertarikan serta keinginan untuk menjadikan Starla seorang pacar. Bahkan, waktu itu Rocky menghitungnya dan sudah terkumpul kurang lebih tujuh belas orang. Mulai dari yang paling tampan bahkan terjelek sekalipun di sekolah itu pernah menyatakan perasaannya. Tapi, entah kenapa baru kali ini ada seorang lelaki yang berhasil meruntuhkan tembok ghaib yang dimiliki Starla itu, dan parahnya membuat Starla seperti orang kesetanan. Tembok ghaib yang dimaksud bukanlah tembok yang dipasang dengan jampi-jampi oleh paranormal, melainkan rasa keinginan untuk menjomblo dan tak ingin ribet urusan pacar.

"Kalo gak percaya, nih buktinya." Seolah tahu pikiran mereka, Starla mengatakannya dengan memutar bola mata jengah sambil menunjukkan pesan singkat yang ia terima dari lelaki pujaannya dengan maksud memberitahu Senja dan Rocky bahwa pesan singkat yang ia terima merupakan kiriman dari 'Pangeran Hati' dengan hanya melihat nama pengirim yang tertera di layar ponselnya. Namun, bukannya fokus pada nama pengirim mereka berdua justru memfokuskan diri untuk membaca isi pesan tersebut.

Helaan nafas terdengar dari keduanya, tak menyangka rupanya hanya pesan singkat yang isinya ajakan lelaki di seberang sana untuk jalan berdua sore ini mampu membuat gadis bersurai coklat bergelombang itu bertingkah seperti orang kesetanan sangking bahagianya.

"Dih, bilang aja lo mau pamer karena doi ngajak jalan." Rocky mencebik kesal sebab tahu maksud dibalik tingkah Starla barusan, karena ia tahu Starla bukanlah tipikal orang yang mau isi ponselnya diketahui orang lain kecuali ada tujuan tertentu. Senja pun mengangguk setuju.

Starla tertawa menang karena kali ini ia berhasil membuat dua orang jomblo yang bersamanya itu sedikit terpancing. "Kok lu tau aja sih, Ky.Kalian kan jomblo jadi cocok buat dijadiin tempat pameran." Ujarnya dengan penekanan di akhir kalimatnya kemudian melanjutkan tawanya yang sempat terhenti membuat Rocky bersungut, tapi tidak dengan Senja ia justru memutar bola matanya jengah tak peduli dengan ucapan Starla yang terkesan meremehkan jomblo.

"Serah deh, lo mau bilang apa. Gini-gini walaupun jomblo tapi jofisa kali." Kata Senja tanpa menatap lawan bicaranya sambil menyeruput es nya hingga tandas.

"Bener, tuh apa yang lo omongin, Sen." Sahut Rocky dengan melirik gadis yang membuatnya bersungut. Tapi sedetik kemudian, ia mendekatkan tubuhnya yang tegap itu pada gadis berhijab di hadapannya,lalu bertanya "Eh, jofisa tuh apaan sih?"

Pletak

Senja memukul Rocky dengan garpu yang ada di hadapannya membuatnya meringis sekaligus bertanya-tanya apa kesalahannya. "lo tuh, bener-bener aja nyahutnya tapi gak tau maksudnya." Senja berdecak kesal dibuatnya. Akan tetapi, gadis di samping Senja justru tertawa terbahak karena tingkah mereka berdua yang lucu menurutnya.

"Stop, jangan bikin perut gue sakit karena ngelihat lo berdua. Kalian kan jomblo jadi cukup dengan meratapi nasib kalian yang gak mujur ini. Oke?" Seketika dua pasang mata yang terangkum dalam ucapan Starla tadi mengarahkan tatapan tajam ke arahnya membuat Starla bergidik ngeri dan tertawa canggung. Sejurus kemudian, Starla mengalihkan topik pembicaraan untuk segera kembali ke kelas.

Di dalam hati Starla sempat membatin sembari melirik kedua sahabatnya yang sudah mulai bangkit dari kursi sambil mengelus dada. "Emang ya, kalo bahas perombloan itu sensitive apalagi bareng sama orang jomblo. Terima kasih, Tuhan karena sebentar lagi kau akan mengangkatku dari jurang perjombloan ini."

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang