04. Pertemuan

70 12 0
                                    

Jangan lupa cocol tanda vote....

"Ini hanyalah tentang hati yang bercabang."

-Arga Celsa Bamantara

###

“Sen,” panggil Starla di hadapan pemilik nama yang saat ini tengah menjatuhkan kepalanya di atas meja usai guru yang mengajar keluar kelas lantaran bel istirahat yang berbunyi.

“Hm,” Senja bergumam malas.
Karena tak ada pergerakan sedikitpun dari posisi lawan bicaranya saat ini, Starla mendadak kesal. Ia mengangkat kepala Senja untuk mendongak menatapnya. “Temenin gue ke kantin, sekarang. Dan mau lo dengerin cerita gue yang ngedate sore kemarin, gue mau bikin jomlowati satu ini iri sama gue.”

“Apaan sih, La. Udah dibilang gue bukan jomlo juga. Catat ya, gue itu single. Ngerti gak?” jawab Senja setelah menegakkan punggungnya.

“Lagian, siapa coba yang kemarin bilang kalau lo itu jofisa—jomlo fisabilillah. Lo sendiri, kan? Gitu gak terima dikatain. Lucu, deh.” Starla mencubit pipi sahabatnya itu. Ia memasang wajah sok gemas terhadapnya, sementara Senja yang mendapat perlakuan aneh tersebut menepis tangannya dari wajahnya.

“Yang kemarin itu diralat, sekarang berubah jadi singlelillah.

“Dih, sama aja kali, Sen.”

“Beda.”

“Sama.”

“Beda”

“Terserah lo aja, deh. Gue gak mau debat sama lo. Sekarang berdiri dan temenin gue, buruan.” Starla menarik salah satu tangan lawan bicaranya, tapi Senja tak kunjung bangkit dari duduknya. “Emang gue udah bilang mau nemenin lo? Udah sama Rocky aja sana.” Ujar Senja santai.

“Rocky udah sama temen-temen sejenisnya. Kok lo lama-lama nyebelin, sih? Dari tadi gue lihatin pas belajar lo juga gak semangat, deh. Kalo ada masalah, cerita. Kalo dipendem sendiri, awas penyakitan. Gue ini sahabat lo, jadi cerita dong.”

Starla mendudukkan dirinya di kursi di depan bangku Senja. Di kelas hanya tersisa mereka berdua. Manusia-manusia yang sebelumnya berada di sana saat ini sedang mengisi perut masing-masing. Dan ini dimanfaatkan Senja untuk bercerita.

“Gue mau dijodohin.”

"What?!” Mata Starla melotot sangking terkejutnya atas jawaban singkat, padat, dan jelas tersebut. Senja menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi.

“lo budeg ya?” tanya Senja kesal.

“Enggak, telinga gue masih normal kali. Gue syok aja sama omongan lo barusan. Ini bukan zamannya Siti Nurbaya lagi, Sen. Dan lo mau dijodohin? Kalo gue jadi lo sih, gue langsung nolak di tempat atau bahkan kabur dari rumah.”

“Gue bukan lo, La. Gue gak bisa nolak kaya yang lo omongin.” Tatapan mata Senja seolah menunjukkan apa yang dirasakannya. Rasa lapar serta hasrat untuk membuat jomlo terbakar api iri pada diri Starla seolah menguap bersama angin. Yang jelas, setelah menatap sorot mata sendu dari Senja, ia ingin sekali mendengar curhatannya.

“Lo udah tau siapa cowok yang mau dijodohin sama lo?”

“Belum. Nyokap sama bokap gue baru bilang semalem.”

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang