Hari ini, hari dimana Allena akan berdiri di hadapan ratusan orang-orang yang menonton Romeo dan Juliet. Tidak sedikit orang yang hadir di dalam acara itu, because its Romeo and Juliet. Hanya ada satu tahun sekali dan diadakan menjelang libur natal dan tahun baru.
Liam Payne dan kawan-kawan basketnya sedang mempersiapkan diri untuk pertandingannya setelah lomba Sains. Harry Styles, yang dijuluki the good guy juga sedang menghafal rumus-rumus untuk lomba Sains-nya nanti dan berharap dia tidak salah memasukan cairan.Kalau Louis Tomlinson, sekarang berada di auditorium dan berlatih dengan pedangnya. Zayn Malik tampak tenang-tenang saja duduk manis di auditorium dengan Perrie Edwards, bahkan dia sedang menonton Louis berlatih dengan pedangnya.
Allena dan Niall masih berada di ruang musik, berlatih semampunya. Niall juga membawa gitar kesayangannya.
"Nervous?" tanya Niall lalu meneguk minumnya.
"Kinda," Allena berujar, "ini kali pertama aku tampil di depan orang banyak semenjak ayahku meninggal,"
"It's gonna be fine, trust me." ujar Niall meyakinkan. "kita tidak ingin berlomba, bukan?"
Allena menganggukkan kepalanya lalu tersenyum tipis. "Kita tidak ingin berlomba, kita ingin tampil,"
"Kakak dan ibumu datang?" tanya Niall mengalihkan pembicaraan.
"Aku harap begitu," kata Allena menghembuskan nafasnya. "Brian janji akan datang ke acara ini,"
Pertandingan basket akan dimulai sebentar lagi, koridor sekolah dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu-lalang untuk menyaksikan pertandingan basket. Sedangkan, peserta lomba sibuk di ruangannya masing-masing. Niall dan Allena kini sudah berada di backstage, sedikit berlatih karena sebentar lagi perlombaan duet ini akan dimulai. Peserta pertama, Zayn dan Perrie, mereka membawakan lagu Endless Love.
"Romantis," gumam Niall. "aku jadi merasakan berada di pesta pernikahan,"
Allena tertawa. "Sebegitu seringkah kau mendengar lagu ini di pesta pernikahan?"
"Terlalu sering,"
Perrie terlihat sangat anggun dan cantik mengenakan gaun putih panjang dan Zayn memakai tuksedo, mereka terlihat sempurna. Memang terlihat seperti pesta pernikahan dengan dekorasinya.
Niall dan Allena mendapat nomor urutan dua, yang berarti mereka harus siap di belakang panggung.
"Ready?" tanya Niall.
Allena memutar kedua bola matanya. "Kau tahu jawabannya,"
Dekorasi di panggung sudah berubah menjadi seperti taman dengan bangku untuk dua orang, Niall duduk disana memegang gitar kesayangannya. Dibawah mistletoe. Niall mulai menyanyikan bagiannya.
"I remember what you wore on the first day
You came into my life and I thought hey
You know, this could be something"
Semua mata menatap kearah Niall, sedangkan Allena duduk sebaris dengan penonton menyaksikan Niall dan menunggu bagiannya untuk menyanyi.
"So maybe its true that I cant live without you
And maybe two is better than one
But there's so much time to figure out the best of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one"
Kemudian, Allena beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan kearah panggung, semua mata mengarah padanya.
"I remember every look upon your face
The way you roll your eyes, the way you taste
You make it hard for breathing"
Allena menatap mata Niall lekat-lekat, lalu bernyanyi bersama. Dilihatnya, kakak laki-lakinya berada di antara penonton, tersenyum. Tidak ada momen yang paling indah selain saat ini. Lagu Two Is Better Than One milik Boys Like Girls ft. Taylor Swift selesai Allena dan Niall nyanyikan.
"We did it," ucap Allena setelah sampai di belakang panggung dan memeluk Niall.
"Lihat dirimu, kau tampak luar biasa di atas sana," ucap Niall dan melepaskan pelukannya, ia melihat Allena tersenyum lalu darah keluar dari hidungnya. "uh, Allena, hidungmu,"
Mata Allena melebar dan menyentuh hidungnya, dan benar darah keluar dari hidungnya. "uh, sorry,"
"Allena!" panggil seorang laki-laki yang kira-kira umurna duapuluh tahun keatas. Dia melihat Allena yang sedang membersihkan darah yang terus menerus keluar dari hidungnya. "what happened to you, honey?"
Allena tersenyum tipis dan menggeleng. "Aku baik-baik saja, Brian. No need to worry,"
"Baiklah. Jadi, ini laki-aki pirang yang sering kau ceritakan padaku setiap malam?" goda Brian.
Allena tertawa kecil dan memutar kedua matanya. "Oh, shut up!"
"Benarkah?" tanya Niall mengangkat satu alisnya dan tersenyum miring. "Really, Allena?"
Brian tertawa. "Kau tidak tahu dia tidak pernah berhenti membicarakanmu, she won't stop," ujarnya, "dia bisa bercerita sampai berjam-jam, sampai aku tertidur,"
Allena menutup kedua wajahnya dengan tanganya, kakaknya benar-benar mempermalukan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Star For Niall
FanfictionTidak perlu kata-kata yang rumit untuk mendeskripsikan cerita ini. Aku hanya ingin berbagi cerita tentang kehidupanku yang pendek dengan seseorang cowok populer dengan gitarnya Niall Horan.