03

430 48 71
                                    

"Jadi.. ini anggota baru yang gue bilang kemarin."

Jendra berdiri di hadapan anggota rohis dengan aura tegang yang mendominasi. 

Di belakangnya, empat orang pemuda dengan tampang yang sudah tidak asing sedang berdiri angkuh dengan wajah pura-pura tidak peduli, padahal dalam hati tegang setengah mati.

"Perkenalin diri lo satu-satu."

Jendra bergeser ke paling pinggir, menyingkir agar wajah empat manusia itu bisa terlihat dengan jelas.

Awalnya mereka semua diem, gak ada yang berani memulai. Barulah setelah ada ribut-ribut sedikit, Azril maju ke depan. 

Iya, dia yang pertama maju, soalnya dari belakang di dorong sama Alfa.

Memang brengsek Woojin Alfariq itu. 

Mungkin kalau tadi pagi dia gak nebengin Azril, udah Azril ketekin kepalanya.

"H..Hai?"

Azril berucap kikuk, yang kemudian disambut oleh keheningan.

"Assalamualaikum, goblok! bukan hai," Alfa berbisik pelan. Azril yang mendengarnya hanya bisa tersenyum pahit sambil garuk-garuk kepala.

"A-Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Etdah lengkap amat dibalesnya. Gak sekalian aja gelar pengajian?  ㅡAzril, terancam drop out tapi masih sempet nyinyir.

"Nama gue Azril Haknyeon Adiwangsa. Gak usah takut ya, gue ga gigit kok. Kecuali kalau ada yang manis, hehe. Salam kenal semua"

Kompak, Samuel, Agam, dan Alfa geleng-geleng kepala. Sementara Jendra yang berdiri di paling ujung hanya bisa menahan tawa.

"Woojin Alfariq, kelas dua belas. Boleh panggil apa aja asal jangan Alfamart."

"Samuel. Nama panjang gak perlu disebut, takut banyak yang stalk."

Suasana tegang yang sejak awal mendominasi, perlahan mulai mencair karena perkenalan absurd dari makhluk-makhluk sinting itu. Ternyata mereka tidak seburuk rumor-rumor yang beredar.

Kecualiㅡ

"Gue gak perlu kenalan kan? Yakali ada yang gak  kenal sama gue."

ㅡYang satu itu.

Guanlin Agam Pranadipa berucap dengan wajah datar, sedatar triplek. Dan suasana tegang yang mulai mencair, kini kembali memenuhi seisi ruangan masjid.

"Guanlin." Jendra menatap dingin ke arah cowok kelebihan kalsium itu.

"Di sini semuanya sama."

Agam yang mengerti akan maksud dari ucapan Jendra, lantas menghela napas. Ia menatap anak-anak rohis yang air wajahnya mendadak berubah tegang.

Kok susah amat ya mau ngelawak? Padahal kan niat awal Agam cuma mau bercanda, eh suasananya malah jadi serius gini.

"Heee, gue cuma bercanda, tegang banget si. Lemesin dulu, lemesin dulu." Agam menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah, mengisyaratkan anak-anak rohis agar rileks.

Woy sok asik banget demi apapun.

"Duh si goblok, bercandaannya ga ada lucu-lucunya jir." Samuel berucap pelan sambil geleng-geleng kepala, malu sama manusia kelebihan kalsium di sampingnya.

"Nama gue Guanlin Agam Pranadipa. Panggil apa aja lah, terserah. Asal jangan dipanggil galah, tiang listrik, apalagi ngkoh-ngkoh pasar glodok."

Kompak, semua yang mendengar itu tertawa pelan, bahkan Jendra sekalipun. Namun di tengah-tengah tawa itu, terlihat seorang gadis yang  sedang kebingungan.

Dua yang Berbeda ; PD101 S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang