05

195 22 11
                                    

"HAHAHAHAHAHAHA MUKA LO ANJIR KOCAK BANGET" 

Suara tawa menggelegar milik Changbin Seno Halilintar menjadi salah satu sumber kerusuhan di kelas dua belas sosial tiga pagi itu.

Felix yang duduk di sampingnya udah gak bisa menahan tawa ketika melihat Sosok Agam yang masuk ke kelas dengan tampang kusut sejak lima menit yang lalu. 

Beruntung guru yang mengajar di jam pelajaran pertama hari ini belum masuk, jadi mereka bisa meledek abis-abisan manusia tiang listrik itu.

"Gimana Gam sensasi baca Al-Qur'an di ruang wakasek? Dugun dugun gak kaya lagunya twice?"  

Alfa yang udah menanti-nanti kedatangan Agam sejak tadi, bertanya dengan antusias.

"Anjing emang ya lo, Fa. Sumpah, balikin buku my ass. Lo sengaja ngeline biar gue buru-buru ke sekolah ya?"

Alfa ngangguk, "Iyalah bos, kalo enggak, bisa gagal rencana."

"Bangsat emang."  

Jadi tadi Agam beneran memimpin tadarus, dan seluruh penghuni Bina Bangsa hampir aja kena serangan jantung massal waktu mendengar suara Guanlin Agam Pranadipa yang gemeteran dari speaker.

"Yaudah ambil aja hikmahnya bro," Seno yang baru bisa berhenti ketawa akhirnya buka suara.

"Apaan hikmahnya anjir?"

"Satu Bina Bangsa jadi tau kalo lo anak rohis."

Kompak, ketiganya tertawa, mengabaikan muka Agam yang udah kesel setengah mampus.

"Terus entar surat yang sering nongol di loker lo jadi pake huruf arab gundul semua. Assalamualaikum ikhwan." 

"Anaa Uhibbuka, Agam"  Alfa menambahkan.

"Apaan Anaa Uhibbuka?"

"Ai love yu"

"HAHAHAHAHAHAHAHA!!"

Mami, boleh gak Agam berhenti sekolah aja? Agam lelah, punya temen kok gak ada yang normal.





.

.

.


.:: Dua yang Berbeda ::.


Siang itu, meja kantin paling sudut dipenuhi oleh gelak tawa oleh manusia-manusia yang sedang menghabiskan istirahat keduanya.

Kali ini topik obrolan mereka masih belum berubah sejak tadi pagi, membicarakanㅡmungkin lebih tepatnya mempermalukan Guanlin Agam Pranadipa yang dipaksa untuk memimpin tadarus tadi pagi.

Serius deh, mau diomongin seribu kali sampai Agam gumoh juga kayaknya teman-teman kurang ajarnya itu gak bakalan capek untuk ngeledekin dia.

"Sumpah, anak cewek di kelas gue tadi ada yang keselek risol gara-gara denger suara lo, Gam!" Azril dan Samuel yang beda kelas juga sama aja bangsatnya, gak mau kalah dalam urusan mempermalukan Agam.

"Denger-denger yang lagi sakit di UKS juga mendadak sembuh gara-gara suara lo, Gam." 

Celetukan terkahir yang keluar dari mulut Azril kembali mengundang tawa dari makhluk-makhluk di sekitarnya.

Dua yang Berbeda ; PD101 S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang