kedua

41 8 0
                                    

**

"Gilaaa, tangan gua pegel banget," keluh Gio sambil membanting pulpen yang ia pegang.

Bel pulang sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Kelas 11 Mipa 5 bahkan sudah sangat sepi. Namun, Gio masih berada di dalam kelasnya untuk melanjutkan hukuman yang Bu Risa beri. Pekerjaannya benar - benar menyiksa.

Ini Bu Risa udah gila ya? Masa di suruh ngesalin sih. N g e s a l i n, loh. Bukan ngerangkum, batin Gio emosi.

Dengan setengah hati, Gio kembali mengerjakan hukumannya. Tersisa satu halaman lagi yang harus di salin. Dengan cepat, Gio berhasil menyelesaikan hukumannya. Ia bergegas menuju ruang guru untuk memberikan buku tugasnya kepada Bu Risa.

Setelah memberikan buku tugasnya, Gio berlari menuju parkiran. Ia ingin cepat pulang dan tidur. Ia merasa sangat lelah hari ini. Meski hatinya berdesir mengingat kejadian tadi pagi.

Baru sampai lobby, langkah kaki Gio terhenti mendadak. Ia melihat gadis yang memenuhi pikirannya itu sedang asik berbicara melalui telepon. minta di jemput palingan, pikir Gio

Gio kembali berjalan, melewati Sherin yang berada di ujung lobby dan berbelok menuju parkiran. Saat membuka pintu mobil, ia masih sempat mencuri pandang pada Sherin yang sudah selesai dengan urusan teleponnya dan menghela napas panjang. Jangan lupakan ekspresi bingung gadis itu. Membuat Gio jadi menerka - nerka apa yang telah terjadi.

Dengan ragu, Gio kembali menutup pintu mobilnya dan berjalan menghampiri Sherin.

"Sher," panggil Gio saat sudah berada di depan Sherin. Panggilannya membuat gadis itu menatapnya heran. Sherin merasa sedikit familiar dengan muka laki - laki yang memanggilnya. "Kok belum pulang?"

"Iya, nggak ada yang jemput," ucap Sherin.

"Trus lo pulang gimana?"

"Nggak tau, kayaknya sih pesen taksi online." ujar Sherin ragu. Papanya sebenarnya tidak membolehkan, namun dengan cara apalagi? Pak Tono juga tidak bisa di harapkan, ia sedang menemani istrinya yang akan melahirkan.

"Bareng sama gue aja yuk."

Pernyataan Gio membuat Sherin terhenyak. Sedikit tidak percaya dengan ajakan laki - laki di depannya ini. tau namanya aja enggak, pikir Sherin.

"Oh lo pasti nggak kenal gue ya? gue Gio. 11 Mipa 5." ucap Gio dengan senyum kecil sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Sherin menyambut uluran tangan Gio, "Sherin. Agatha Sherin."

Ia jadi ingat, laki laki ini yang tadi pagi tersenyum kepadanya di depan kelas 11 Mipa 5.

"Udah sore nih, yuk pulang." lanjut Gio sambil menggandeng tangan Sherin dan berjalan beriringan menuju mobil.

Gadis itu termangu menatap tangannya yang di genggam oleh laki - laki itu. Tangannya besar, sangat pas dengan tangan mungilnya. Nyaman. Sherin merasa nyaman ketika tangan Gio sepenuhnya menggenggam tangannya.

Saat sampai di depan mobilnya, Gio menyuruh gadis itu segera masuk. Ia pun segera duduk di balik kemudi.

Setelah memasang seat belt dan memastikan Sherin sudah menggunakannya juga. Gio melajukan mobilnya, meninggalkan SMA Elang yang sudah mulai sepi.

**


"Makasih ya, Yo." ucap Sherin saat mobil milik Gio sudah sampai di depan rumahnya. "Mau mampir dulu nggak?" tawar Sherin.

"Nggak deh, Sher." tolak Gio tidak enak. Ia merasa sangat lelah dan butuh istirahat.

Sherin mengangguk mengerti. "Yaudah, hati - hati ya," ujar Sherin lalu membuka pintu mobil dan beranjak keluar.

Gio membunyikan klakson lalu menjalankan mobilnya keluar dari perumahan Sherin. Saat mobil Gio sudah tidak kelihatan, Sherin masuk ke dalam rumahnya.

"Sherin pulang."

"Eh, udah pulang." sambut Lina dari arah dapur. "Pulang naik apa kamu?"

"Di anterin sama temen, Ma."

"Loh, kok nggak disuruh mampir?" tanya Lina heran.

"Udah di ajak, tapi dianya nggak mau."

"Cewek apa cowok?" tanya Lina lagi penuh selidik.

"C-cowok, Ma." balas Sherin ragu.

"Wih udah ada yang deketin," ujar Lina kemudian tertawa karena melihat wajah anaknya memerah padam. "Yaudah, sana ganti baju terus istirahat."

Sherin hanya menganggukan kepala lalu berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai 2 sambil menutupi wajahnya yang memerah.


Setelah berganti pakaian dan mencuci kaki serta muka, Sherin merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia jadi senyum senyum sendiri mengingat tadi Gio menggenggam tangannya, dan ia merasa nyaman. Seakan sadar, ia menggelengkan kepalanya. Merutuki dirinya sendiri kenapa bisa memikirkan laki - laki yang baru saja ia kenal. Bahkan belum genap 24 jam.

Sherin memejamkan matanya, mencoba tidur. Namun usahanya gagal, matanya kembali terbuka dan menatap langit langit kamar yang penuh dengan warna.

Gadis itu kembali tersenyum, mengingat kejadian tadi dan merasakan wajahnya kembali menghangat. Ia juga merasakan gejolak aneh di perutnya, seperti ada kupu - kupu yang sedang berterbangan.

Sherin kembali menggelengkan kepalanya, mencoba memejamkan matanya lagi. Dan kali ini usahanya berhasil, pandangannya mulai mengabur dan ia sudah sepenuhnya terlelap.

***

a/n

hello, gais.
semoga suka sama ceritanya ya!!!

don't forget to vote and comment ^_____^

-sa

ForelsketWhere stories live. Discover now