memulai

107 14 5
                                    

**

Seorang gadis sedang menatap penampilannya sendiri di depan cermin. Sherin sangat gugup, bagaimana tidak? Setelah terbaring lama di rumah sakit. Sekarang ia akan masuk sekolah kembali dan bertemu dengan teman - temannya lagi.

Sherin sempat koma karena ia melakukan percobaan bunuh diri. Dia depresi, sehingga ia rutin meminum obat penenang agar bisa tidur nyenyak. Namun, dosis yang ia minum malam itu terlalu banyak. Beruntung, karena pembantu rumahnya malam itu belum pulang. Sehingga ia bisa langsung di bawa ke rumah sakit.

Ia depresi karena teman - temannya mengejeknya. Mungkin, teman - teman Sherin hanya menganggap itu sebuah candaan. Tapi tidak bagi Sherin, kata - kata itu bisa membuat ia hampir tidak tidur semalaman karena memikirkannya. Jika bukan karena obat penenang, Sherin tidak akan pernah bisa tidur nyenyak. Meski hanya semalam.

Sejak dia bangun dari komanya, Lina dan Doni —kedua orang tua Sherin— kembali memperhatikannya. Mereka menyesal karena selama ini tidak memperhatikan putri satu - satunya dengan baik. Bahkan, mereka tidak pernah tau bahwa putrinya itu meminum obat penenang setiap malam hanya untuk tidur nyenyak.

Sherin memang tidak pernah bercerita kepada Lina dan Doni. Ia takut membuat khawatir kedua orang tuanya itu. Dan akan mengganggu pekerjaannya karena memikirkan dirinya. Sherin pun setiap pergi ke dokter hanya ditemani Pak Tono —supir keluarganya— saja.

"Sherin, ayo sayang kita turun. Papa udah nunggu di meja makan." suara Lina membuyarkan lamunan Sherin.

"Iya, Ma." sahut Sherin dengan senyum khasnya.

Mereka pun turun untuk sarapan. Benar saja, di meja makan sudah ada Doni yang menunggu.

"Pagi anak Papa," sapa Doni dengan senyuman yang lebar. "Hari ini udah masuk sekolah lagi nih. Papa yang bakalan anter kamu."

"Pagi juga, Pa," balas Sherin dengan senyuman yang tidak kalah lebar. "Wah? Beneran Pa? Asik dong heheh."

"Iya, sayang. Papa bakalan anter kamu." sahut Lina dengan senyuman juga.

Sarapan kali ini benar - benar bermakna untuk Sherin. Karena sebelum dirinya koma, mana pernah mereka saling bercengkrama seperti ini ketika sarapan. Lina dan Doni biasanya sibuk dengan urusan kantor. Namun, kali ini berbeda. Dan Sherin sangat bahagia.

Ia berharap, ini semua akan bertahan lama.

"Udah yuk sayang. Kita berangkat, nanti kamu telat."

"Oke, Pa." setelah menghabiskan sarapannya, Sherin pamit kepada Lina, "Aku pamit ya, Ma."

"Iya, sayang. Have a nice day, dear." balas Lina sambil mencium puncak kepala putrinya.

Setelah Sherin masuk ke dalam mobil, Doni pun segera menancapkan gasnya dan segera mengantar putri kesayangannya itu.















































































**

Mobil yang dikendarai seorang laki-laki jangkung itu melewati gerbang SMA Elang, menuju parkiran yang berada tepat di samping aula. Setelah memarkirkan mobilnya, Gio turun dari mobil dan berjalan dengan santai menuju kelasnya —11 Mipa 5— yang berada di ujung koridor kelas 11.

Fahrizal Gio Dirgantara, atau yang sering di sapa Gio ini adalah murid yang paling anti dengan yang namanya peraturan. Dia bahkan nekat membawa mobil ke sekolah, padahal anak murid dilarang membawa mobil ke area sekolah. Dan memasuki ruang bk adalah makanan sehari-harinya.

Setelah menaruh tasnya di meja, Gio bergegas ke kantin. Ia lapar, belum sarapan. Maklum, ia tinggal sendiri. Kedua orang tuanya sudah berpisah sejak dia kelas 5 sekolah dasar, sampai masuk SMA kemarin Gio tinggal bersama Mamanya. Namun, baru beberapa bulan ini laki - laki jangkung itu memilih tinggal di Apartment sendiri.

"Bu, nasi goreng sama es teh manis 1 ya. "

Kantin masih sepi, jadi Gio tidak perlu mengantri. Ia memilih duduk di pojok belakang, itu spot favoritnya di kantin. Tak lama, pesanannya pun datang. Gio melahap makanannya sambil memainkan ponselnya.

Setelah melahap habis makanannya, ia memberikan uang dua puluh ribuan kepada Ibu kantin. Dan beranjak keluar kantin, menuju kelasnya kembali.

"Eh, Yo. Pr kimia udah lu kerjain?" suara Dito —sahabat Gio— menyambut kedatangan Gio.

"Anjer, emang ada pr?" panik Gio.

"Ada, bego. Gece nih salin punya gue," Dito memberikan buku prnya. "Jangan lupa balikin, gue mau ke kantin dulu."

Yang hanya dibalas anggukan oleh Gio, karena ia sibuk menyalin pr kimia.

Saat asik-asiknya menyalin pr kimia Dito, Gio samar - samar mendengar anak perempuan kelasnya membicarakan Sherin. Katanya ia sudah mulai masuk sekolah lagi.

Tanpa sadar, Gio jadi senyam-senyum sendiri karena akhirnya Sherin kembali masuk sekolah.

Ia senang, sangat senang.

**
a/n

ini ceritanya bener - bener bedaaa jaaauuuuh sama yang kemaren aku publish.

aku re-pub karena yg kemaren gk dapet feelnya hehe.

don't forget to vote and comment guys!!!

-sa

ForelsketWhere stories live. Discover now