4 emosi V

25 12 1
                                    

Sepanjang hari aku dan V tidak memasuki jam pelajaran. Sebenarnya ini semua murni karna permintaanku dan awalnya daddy menolak tetapi karna melihat V yang juga setuju akan permintaanku daddy pun mengiyakannya.

Kring kring kring

Bel pertanda jam pulangpum berbunyi yang membuat aku dan V lekas berjalan menuju kelas masing-masing untuk mengambil tas kami. Kami juga sudah sepakat akan bertemu lagi di dekat lobby.

Setelah selesai mengambil tas aku bergegas menuju lobby dan menunggu V di sana. Saat sedang menunggu V, akupun refleks bersembunyi ketika melihat bryan akan melewati lobby ini juga. Wajahnya terlihat berbunga-bunga dan sangat ceria.
'Bryan maafkan aku, aku ga bisa ngelepasin kamu demi wanita itu.' Batinku yang tanpa sadar bahwa V sekarang sudah ada di sampingku.

"Rheta kamu lagi ngeliatin apaan sih?" Tanya V yang membuatku terlonjak kaget.

Akupun tak menjawab dan hanya terus memperhatikan punggung bryan yang berjalan pergi sampai tak terlihat lagi . "Yaudah yok kita pulang sekarang" ajak V yang langsung menarik tanganku ke arah parkiran.

V pov

Sedikit lagi kamu sampai parkiran aku merasakan bahwa lengan baju ku di tarik oleh seseorang di belakangku. Akupun menoleh dan melihat kebelakangku yang ternyata Rheta telah menangis menahan isakannya seperti sedang menatap sesuatu yang mungkin tak mengenakkannya.

Seketika aku bingung dan langsung mengikuti arah pandangnya. Benar saja di sana aku melihat bryan (orang yang di sukai oleh saudariku) bersama dengan wanita kampung yang menjijikan. Tiba-tiba saja emosiku terpancing saat melihat bryan menarik wanita itu ke mobilnya yang membuat saudariku semakin menangis.

Ingin sekali aku menahan dan menyusul mereka jika tidak di tahan oleh Rheta. "Sudah biarkan saja hiks aku tidak apa-apa" tahan Rheta yang masih sesenggukan membuat hatiku piluh. 'Awas saja kau gadis kampung tunggu balasanku atas apa yang telah kau perbuat.' Batinku murka sambil terus memperhatikan kepergian mobil itu.

'Tunggu, jika alena pulang bersama bryan. Itu artinya-' Batinku menggantung dan langsung melirik sepeda alena yang ternyata masih ada di sana.
"Gotcha"gumamku saat melihat sepeda alena yang tidak di jaga oleh siapapun.

Tapi aku sedikit mengirnyit saat melihat ada beberapa orang yang sepertinya anak buah dari bryan mendatangi sepeda itu. Dengan cepet aku berlari menyusul mereka meninggalkan Rheta yang menatapku bingung.

"Eittt tunggu dulu pak!" Seru ku yang berhasil menghentikan anak buah bryan yang telah mengangkat sepeda itu.

"Rheta kamu pulang aja dulu. Aku masih ada urusan" teriakku kepada kembaranku yang di jawab anggukan setuju darinya.

"Bapak ini suruhannya bryan kan?" Tanyaku kepada anak buah bryan.

"Ya, Memangnya ada apa nona?" Tanyanya balik sopan yang aku yakin sepertinya tahu bahwa aku anak dari seorang pebisnis besar.
"Hehe bapak di bayar berapa sama bryan buat ngambil sepeda ini? Kalo bapak mau aku bisa bayar lebih besar karna aku benar-benar butuh sepeda ini" jawabku yang membuat anak buah bryan saling menatap.

"Gapapa kok pak, aku tau kok bapak pasti sudah terima uangnya. Nanti akan ku kembalikan uang yang telah di berikan bryan dan sebagai gantinya aku akan ngasih bapak 2x lipat, gimana bapak setuju kan?" Tanyaku yang dijawab anggukan oleh kedua anak buah bryan itu. Akupun tersenyum senang dan langsung memberikan uangnya Setelah memerintah mereka berdua untuk mengembalikan uang yang di berikan bryan.

Setelah mereka pergi aku langsung menelfon supir pribadiku untuk mengantarku ke rumah. Aku terus tersenyum dari sekolah hingga sampai di rumah mewah milik keluargaku.
'Enaknya di apain ya sepedanya?' Batinku tersenyum menang membayangkan sepeda berharga milik alena ini rusak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suratan Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang