0.1

2.2K 332 94
                                    

'Cium aku, cepat! Jadikan aku milikmu atau kau akan menyesal!'

.

Soonyoung mengerjap cepat ketika merasakan pundaknya ditepuk pelan dari belakang. Pemuda sipit yang sedang melamun itu spontan berbalik untuk takjub melihat sosok di depannya; seorang pemuda bertubuh mungil dengan sepasang telinga dan ekor kucing berwarna hitam yang meliuk-liuk di belakang sana, terbungkus kemeja putih kebesaran.

Hanya satu kancing bagian tengah saja yang saling terkait. Itu pun dengan posisi yang tidak benar. Hingga bagian dada dan perut pemuda mungil itu pun terekspos nyata.

Menyisakan semburat merah di kedua bongkahan pipi Soonyoung. Membawa ingatannya melanglang jauh, ke mana-mana.

"Apa kau tidak punya baju yang lebih kecil? Ini kebesaran!" keluh pemuda mungil itu. Dia berputar-putar ke kiri dan ke kanan. Mematut diri di depan cermin besar lemari. Ekornya ikut meliuk-liuk. "Aku tidak suka."

Lelah berputar, pemuda mungil itu berjalan cepat ke tempat tidur dan menjatuhkan diri ke kasur. Merebah sebentar lantas ganti pose jadi menyamping dengan sebelah lengan menopang kepala, sebelah tangan yang lain mengukir garis-garis abstrak di kasur. Membuat bagian dadanya yang seputih pualam kembali terekspos. Bahkan sebelah gumpalan daging berwarna merah muda di bagian dada kirinya ikut mengintip.

Soonyoung susah payah menelan saliva. Merasa tergoda.

Astaga! Apakah dia menggodaku?

Tidak! Tidak boleh!

Pemuda sipit itu menggeleng kuat-kuat sambil memejamkan mata. Menolak gejolak hasrat yang buncah dalam dadanya. Sebagian dirinya sudah siap menerjang, sebagian lain justru menolak dengan alasan entah.

"Kenapa diam saja? Sampai kapan kau akan berdiri di sana?" cecar pemuda mungil itu. Menatap bosan pada Soonyoung yang masih mematung di dekat pintu sejak tadi. Hampir sejam setelah dia mengekor pemuda sipit itu masuk ke dalam kamar ini karena tak terima ditolak padahal sudah memberanikan diri.

Soonyoung mengerjap cepat lalu berdeham samar. Mengusir pikiran kotor yang menggerayangi otaknya hingga menimbulkan kecanggungan.

"A--aku akan keluar, mencarikan baju yang cocok untukmu." Soonyoung buru-buru menyambar jaket hoodie yang tergantung di belakang pintu kamarnya dan bersiap untuk pergi. Tapi, gerakan tangannya memutar knop pintu tertahan oleh sepasang lengan yang melingkar erat di pinggangnya. Itu lengan-lengan milik pemuda mungil yang tadi merebah sensual di kasur. Kini dia sudah memeluk erat Soonyoung dari belakang. "A--apa yang kau lakukan? Lepaskan!"

Terlalu lama hidup seorang diri membuat Soonyoung kaget dengan sentuhan-sentuhan seintim ini. Apalagi sepanjang tujuhbelas tahun hidupnya belum pernah menjalin hubungan spesial dengan siapa pun.

"Bawa aku bersamamu!" Pemuda mungil itu merebahkan kepala di punggung Soonyoung hingga gerakan mulutnya terasa dan menyisakan debar-debar halus di permukaan kulit pemuda sipit itu lantaran bulu romanya meremang perlahan.

Sial! Sial! Sial!

Bagaimana ini, huh? Bagaimana?

Soonyoung tak henti merutuk dan bertanya-tanya dalam kepalanya. Namun tidak juga menemukan jawaban karena baik dirinya dan otaknya sama-sama tidak bisa bekerja dengan baik saat ini.

"Okay, lepaskan dulu!" Soonyoung berusaha tetap santai meski jantungnya sudah hampir meledak sekarang. Membalik tubuh setelah lengan-lengan putih mulus tadi melepaskan lilitan posesifnya. Menatap sepasang manik semerah darah pemuda mungil di depannya dan berkata, "Aku akan mengajakmu kalau kau berpakaian normal dan benda-benda aneh itu bisa kau hilangkan, Tuan Flying-cat-man!"

Red MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang