Cinta adalah pisau bermata dua.
Bisa berupa ujian atau nikmat.
Hanya Allah subhanauwata'alla yang mampu mengendalikan cinta menjadi ibadah atau hawa nafsu.
Aku berlindung padanya dari kejahatan hawa nafsuku.
e)(o
Namaku Chanyeol Pradipta Alghazali. Usia 23tahun. Mahasiswa miskin yang nerangkak kuliah demi cita-cita dan kewajiban sebagai seorang muslim untuk menuntut ilmu. Selain kuliah kegiatan lainku adalah mengajar bimbel disebuah yayasan bimbel untuk SD sampai SMA.
Siang kuliah, sore mengajar, malam harinya aku isi kegiatan dengan menjadi marbot dimesjid dekat rumah mungilku. Rumah yang aku beli beberapa bulan lalu dari hasil mengajar selama empat tahun.
Aku yatim dan piatu, ibuku meninggal saat melahirkanku. Sedangkan Ayah menyusul saat usiaku menginjak 9 tahun, karena sakit menahun. Tidak ada saudara. Saudara ayahku semuanya hidup pas-pasan jangankan untuk merawatku anak mereka saja kadang tak terawat. Sampai akhirnya aku diajak tinggal oleh sahabat Ayah.
Paman Yunho.
Beliau merawatku sejak ayah pergi ke rahmautullah.
Bukan tanpa alasan beliau mengadopsiku. Aku adalah putra dari adik istrinya. Secara otomatis aku adalah keponakanya dari pihak istri. Alasan lain karena aku termasuk mukhrim dengan istri beliau.
Bunda Soyou begitu aku memanggil bibiku. Dia sangat menyayangiku bahkan terkadang mengutamakanku dibanding putranya yang nakal. Bunda bilang aku mirip ibuku yang tak pernah aku jumpai sepajang hidup.
Paman Yunho adalah seorang laki-laki gagah dengan senyum seteduh embun. Wajahnya bersinar dengan tutur kata yang santun namun tegas. Mengingatkanku pada Ustadz yang mengajariku Iqro dikampung, orang soleh selalu memiliki sinar dalam dirinya. Maklum beliau salah satu pengajar tetap bergelar PNS disalah satu MA khusus santri.
Karena beliaulah aku tumbuh dengan pemahaman agama yang baik dan hanif (terjaga).
Aku diajaknya tinggal dirumah besarnya dengan istri dan anak-anaknya. Meskipun hanya anak angkat tak sekalupun beliau membeda-bedakan aku dengan anak kandungnya yang lain. Jika anaknya dapat satu, tak sekalipun aku dapat setengah.
Beliau memiliki dua orang anak. Laki-laki dan perempuan. Anak sulungnya seorang gadis sedangkan anak bungsungnya jejaka, Baekhyun Humaira dan Abdul Taehyung. Taehyung masih MtS, anak nakal dan jahil yang sangat dekat denganku mungkin karena kakaknya perempuan jadi dia lebih lengket padaku karena aku lebih bisa memahaminya sebagai sesama lelaki. Taehyun bahkan yang paling memperlihatkan kesedihan dan sikap tidak setuju saat aku memutuskan tinggal sendiri setelah lulus pesantren.
Meskipun begitu aku tau Taehyung sangat menyayangi kakaknya lebih dari rasa sayangnya padaku.
Taehyung adalah anak yang cerdas dia belajar dengan tepat dan menghafal dengan cepat, hanya saja dia malas. Berbeda denganku yang agak sulit menghafal tapi aku tidak mudah menyerah sampai akhirnya diusiaku yang ke 15 aku berhasil lulus wisuda 30 juz.
Dan Baekhyun.
Gadis spesial yang keberadaannya 1 banding 100. Usianya 21 tahun. Selisih dua tahun dariku.
Sama seperti Taehyung, Baekhyun lebih dekat denganku daripada saudara kandungnya. Mungkin karena kami tumbuh bersama. Kami adalah saudara sepupu yang sangat dekat waktu kecil, aku tidak keberatan memenuhi keinginannya bermain rumah-rumahan meskipun itu sangat tidak jantan. Bagiku senyum Baekhyun dengan gigi kurang satu dibagian tengah adalah yang termanis bahkan hingga saat ini giginya telah lengkap -entah sejak kapan dia kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabah Rindu
FanfictionTING TONG !! Persiapan kepada penumpang iman kepada Qodo dan Qhodar pemberhentian berikutnya untuk tujuan ~ Halal.