04

2.2K 417 123
                                    

Aku terlalu sombong ketika aku mengatakan, aku adalah hafidz yang dalam hatinya penuh dengan Alquran. Aku terlalu naif sebagai manusia yang merasa telah cukup menimba ilmu agama nyatanya aku telah ingkar. Aku meragukan Tuhanku sendiri. Aku ketakutan tanpa alasan. Nyatanya ayat ayat agung itu hanya aku hafal namun tak menyentuh dalam hatiku.

Aku hanya mengetahuinya tidak menjadikannya pedoman dalam hidup.

Betapa bodohnya aku ini.

"Aku fikir...

Aku tidak akan menemukan gadis lain selain Baekhyun yang cocok dengan hatiku."

Kai mendengus tak bersuara, di minumnya segelas teh tubruk panas yang aku sediakan sebagai jamuan. Malam ini ia bertamu kerumahku untuk sekedar bersilaturahmi dan menyantap nasi goreng buatanku yang ia puji sebagai makasan ter jaib saat tidak punya uang.

Selembar kertas berwarna merah muda dengan wangi khas stowberry yang manis aku simpan diatas meja disamping piring bekas makan Kai.

"Gadis degan kulitas seperti inilah yang aku cari." Ujarku lanjut berbicara "Shalihah, Terhormat, Anggun dan sangat santun. Dimana lagi akan aku temui yang seperti ini."

"Boleh saja bercita-cita tapi jangan memuja, wanita itu akan terlihat buruknya setelah ijab kobul, saat itu tiba menyesalpun sia-sia." Ujar Kai, seperti sudah berpengalaman saja padahal menikahpun ia ogah tak ogah. "Kamu ini bagaimana, kemarin ngegojlog-gojlog saya menikah, sekarang malah kamu yang pesimis." ujarku dengan nada bergurau.

"Bukan pesimis aku cuman gak mau kamu terlalu melambung tinggi, kalau misalkan nanti ternyata tidak sesuai ekspetasi bagaimana?."

"Aku dan Baekhyun sudah mengenal sejak kecil. Buruknya pun aku sudah tau, Insha Allah aku terima nikahnya." Lagi-lagi perkataan Kai aku balas dengan gurauan. Kai mendengus,

Aku meraih selembar kertas itu lagi seraya berdecak kagum aku kembali baca kata-perkata, itu adalah sebuah surat, tepatnya sebuah surat balasan untukku dari Baekhyun.

Asalamu'alaikum warahmatullah...

"Waalaikum salam." Gumamku.

Maaf bila saya tak mampu merangkai kata seindah yang akhi tulis tempo hari pada surat yang saya terima. Tutur kata yang indah, tak saya pungkiri begitu menyanjung hati, mampu pula membuat saya merasa bodoh karena tak mampu merangkai kata balasan serupa indahnya.

Terimakasih saya sampaikan dengan sepenuh hati, perasaan yang akhi miliki semoga selalu dalam bimbingan Allah ta'ala.

Namun begitu ceroboh jika saya menerima ajakan akhi untuk lebih dekat, Saya muslimah yang fakirterhadap ilmu dengan perasaan yang masih terombang ambing tanpa pemilik. Saya tau diri untuk tidak melewati batasan. maka jika Akhi sudah memiliki itikad maka ingatlah haditz yang di riwayatkan At-Tirmidzi ذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ .

baiknya datanglah dengan mulia dan memuliakan saya wanita yang masih penuh kata kurang ini.. Tak berani saya tolak hamba Allah yang begitu santun dan taat seperti ikhwan.. Semoga diridhoi Allah dan Orang tua saya..

Kurang lebihnya saya minta maaf..

Wasalam..
Baekhyun Nur Khumaira Azahra.

Dia menegurku dengan cara paling lembut yang langsung nyenyentuh hatiku.

"Bisa-bisanya aku menyamakan Baekhyun dengan gadis lain yang mudah di ajak PDKT." Aku tersenyum memejamkan mata, menyandarkan punggungku pada sandaran skursi dengan surat yang aku letakan di dada.

Mahabah RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang