Cinta itu...rumit, bukan?
Aku tidak tahu apa-apa tentang cinta.
---
"Oh! Ma-maaf. Aku nggak sengaja," aku menunduk untuk memungut buku-buku yang kujatuhkan saat insiden barusan.
"Nggak papa." Aku mengangkat wajahku dan mendapati cowok itu sedang membantuku.
Deg!
Eh? Perasaan apa ini? Senang? Bahagia? Resah? Atau kaget? Apa yang terjadi padaku!?
Dadaku berdegup. Sakit. Perasaan yang mengganggu.
"Te...teterimakasih," ucapku pelan. Ia hanya tersenyum.
"Buku-buku ini mau dibawa kemana?" cowok itu mengambil alih buku yang kubawa.
" Pe-perpustakaan.."
"Biar kubawakan," cowok itu mulai berjalan.
"Nggak! Itu tugasku. Nanti ngerepotin," aku mengambil sebagian buku dari cowok itu. "Maaf, aku cuma kuat bawa segini," jelasku pelan. Kini, kami berjalan berdampingan.
Dari ekor mataku, aku dapat melihat sudut bibir cowok itu terangkat. Dia...tampan.
Deg! Eh? Perasaan ini lagi? Apa aku sakit?
Di tengah jam istirahat seperti ini, perpustakaan lumayan sepi. Hanya murid yang kurang bisa bergaul yang ada disini. Tinggal selangkah berjalan, sebuah suara mengejutkanku.
"Eva...! Lo lama banget!" Hylia menghampiriku dan cowok asing yang berada di sampingku.
"Loh? Lo...Rei, kan?" cowok itu hanya mengangguk. Lalu Hylia menatap kami bergantian.
"Kalian....pacaran yaaa?" goda Hylia dengan senyuman yang aneh. Hah? Pacaran?
"Ng...nggak, kok" aku menjadi salah tingkah. Kulihat cowok yang baru kutahu bernama Rei itu hanya tersenyum. Eh? Dia..nggak mengelak? Kok? eh? Hah? Uuhhh...! Ini membuat tanda tanya besar dalam otakku. Tapi..umm..aku nggak berani tanya.
Setelah Rei menghilang di antara rak-rak buku, Hylia menatapku.
"Kapan kalian jadian? Apa yang lo suka dari dia?....." Hylia menanyakan beribu pertanyaan.
"Ka..kami nggak pacaran!" Hylia masih belum menyerah.
"Muka lo merah! Lo suka sama dia, kan?"
Belum sempat kujawab, Feroz mucul dan menyeret Hylia dari hadapanku. Dia hanya meminta maaf karena tingkah gaje pacarnya.
Aku hanya tertawa kecil lalu mencari buku fantasi kesukaanku. Tapi entah mengapa..pandanganku hanya tertuju pada sebuah buku Romance.
Ugh! Aku berusaha menggapainya tapi, rak itu terlalu tinggi. Tiba-tiba sebuah tangan besar mengambil buku yang kuincar.
"Yang ini?" pemilik suara ini...
"Hmm..romance, ya," lanjutnya. Cowok itu..
"Rei? Makasih," aku menerima buku itu. Kulihat wajahnya sedikit terkejut.
"Ada apa?" tanyaku. Ia terlihat panik.
"Eh? A...nggak papa. Bu-bukannya kamu suka buku fantasi?" tanya Rei.
"Kok kamu tahu?" aku menatapnya.
"Rahasia," dia tersenyum kecil sambil berlalu menjauh. Senyumannya..
A-ada apa dengannya? Tidak! Harusnya ada apa denganku? Perasaan apa ini? Bahagia, sakit, dan mengganggu?
"Aku akan menunggumu, Eva."
"Eh..? dimana? Ah-maksudku ada apa?"
Rei hanya tersenyum dan tertawa kecil. Senyumannya sangat memesona. Aku tidak tahu mengapa wajahku menjadi sangat panas lalu menjadi salah tingkah.
Padahal Rei terlihat tenang, juga baik hati. Ya. Dia baik dan perhatian.., aku mulai melamun.
"Aku akan menunggumu sepulang sekolah, Eva." Ia pergi berlalu. Aku hanya mengangguk dengan tatapan kosong.
Begitu tersadar, langsung kulanjutkan bacaanku pada buku romance itu. Kemudian hatiku kembali berdesir. Kurasa wajahku saat ini sangat merah dan panas. Uuuhh...! Sekarang aku mulai memahaminya.
"Sepertinya aku...jatuh cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOOKS LIKE OURS
Teen FictionLima Pangeran Kampus dengan kepribadian dan kisah yang berbeda, terhubung oleh satu garis yang tak pernah mereka duga. Bertemu dan berteman hingga mencoba menaklukan hati para gadis yang mereka sukai. warn: alur cepat