Aku mengamati pria yang kini sibuk dengan deretan album yang harus ditandatanganinya. Kagum, terharu, bangga, semua campur aduk kurasakan kini. Bayangan saat pertama kali mengenalnya terlintas difikiranku. Bagaimana kami menjalani hari sebagai sahabat dan menemaninya hingga dia sesukses ini, semua justru buatku semakin terharu.
"Mbak Tia?"
"Iya, saya. Ada apa mas?"
"Mas Chanyeol minta mbak nunggu di ruangan gantinya dia. Ikut saya yuk mbak."
Aku mengikuti pria itu di tengah keramaian fans-fans Chanyeol yang bejibun. Yah, Chanyeol adalah salah satu idol yang sedang naik daun saat ini. Popularitasnya membuat siapa saja tentu ingin bertemu dengannya. Ganteng, multitalent, ramah dan super caring, wajar jika saat ini kerumunan fans Chanyeol isinya kaum hawa 95%. Sungguh, sejauh mata memandang, deretan wanita dengan penampilannya yag keren akan terlihat. Jika sudah seperti ini, aku yakin Chanyeol bisa dengan mudahnya menunjuk siapapun yang dia inginkan menjadi pasangannya kelak.
Yah, Chanyeol jomblo. Lebih tepatnya dia sakit hati diremehkan perempuan sejak kami SMP, awal pertama kali ku kenal dia. Wajar saja, Chanyeol yang dulu 180 derajat berbeda dengan Chanyeol yang sekarang, jika kalian membandingkan fisik. Namun sikap dan caring-nya, aku menjamin tak ada yang berubah dari dulu, hingga saat ini. Saat kini dia berdiri di depanku setelah fansign-nya selesai.
Chanyeol menunduk, tersenyum sangat manis kearahku. Dia sangat tinggi, membuatnya harus menunduk setiap kali kami bertatapan. Selisih tinggi kami bahkan sampai 20cm, sungguh. Namun itu bukan masalah bagi persahabatan kami.
"Loh, kok nangis?"
Sejak tadi berusaha ku tahan ar mataku, namun dengan melihatnya sedekat ini, justru membuat air mataku semakin menggila. Aku menangis, sesegukan, tak peduli bangaimana Chanyeol heran dan panic melihatku. Dia menarikku dalam pelukannya. Inilah salah satu kehebatan Chanyeol, dia mudah peduli dengan keadaan orang lain.
"Duduk dulu yah."
Chanyeol mendudukkanku di salah satu kursi ruang ganti. Baru ku sadari, hanya kami berdua di rungan ini. Namun aku tak peduli, toh entah sudah berapa kali aku berduaan dengan Cahnyeol dan tak terjadi apapun. Bukankah sahabat akan melindungi dan menjaga sahabatnya ? Itu yang selalu aku percaya.
"Kamu.. hiks.. kamu keren banget, Yeol."
Kening Chanyeol berkerut. Biasanya, jika ku puji seperti itu dia akan balik memujiku, atau tiba-tiba merasa percaya diri berlebih. Namun ini berbeda. Dia sibuk mengamati mataku, membuatku semakin ingin menangis.
"Baru kali ini kamu muji aku sambil nangis. Ada yang salah, Ti?"
Aku menarik nafas, berusaha menenangkan diriku sendiri.
"Aku bangga, Yeol. Aku kagum, serius. Kamu hiks kamu keren. Dari kamu awal aku kenalnya ga berbentuk, sekarang keren banget. Kamu lihat tadi deretan gadis ngantri demi ketemu kamu. Dulu, satu aja ga ada yang deket. Kamu berusaha keras, Yeol. Aku kayak liat anak aku sendiri dari nol dan kini udah jadi 100."
Aku tak tahu apa yang ku ucapkan. Hanya itu yang terucap, namun ada seribu pujian yang terlintas di fikiranku.
"Kamu terharu karena usahaku ?"
"Iya. Usaha kamu buat bisa banyak hal. Usaha kamu buat rawat tubuh kamu. Usaha kamu buat buktiin kamu bisa lebih baik, semua Yeol. Kita sama-sama dari dulu, tapi kamu berubah jauh lebih banyak dariku, dan itu yang buat aku bangga, Yeol. Ga tau lagi Yeol aku harus ngomong apa. AKu sebagai sahabat kamu jujur, bangga banget."
YOU ARE READING
#ImagineReceh
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya jika ternyata member EXO ada dikehidupanmu, menemanimu bukan sebagai idol namun sebagai seseorang yang takkan pernah ingin kau lupakan? Seseorang yang mungkin kan buat harimu berbeda dengan kehadirannya. . . Diangkat dari berbagai...