SD Harapan

3.4K 47 2
                                    

Lihat gubuk itu!!!
Gubuk yang berdiri ditanah lapang sempit dibatasi kayu yang rapuh nan lesuh,
Gubuk berdindingkan kayu berlubang dan beralaskan tanah, beratapkan seng bercela hampir diseluruh bagiannya,
Gubuk dengan papan kayu bertuliskan "SD Harapan" berdiri tegak didepannya,
Dan gubuk tempat kami bermimpi dan mewujudkannya.

****************

Pagi yang cerah. Matahari menampakkan dirinya diufuk timur. Teriakan seseorang yang asalnya dari depan rumahku memecah keheningan di pagi itu.

"Huhh... Bayu, cepat sekali" ucapku pelan.
Ya! suara itu adalah suara Bayu, anak lelaki berparak elok dengan kulit coklat di seluruh tubuhnya.
Aku melangkah keluar, membalik pintu dan kudapatinya sedang cengingiran dengan semangat didepan pintuku. Aku menatapnya dan menyeringainya tipis.

"Udah siap yah? Aku kira masih siap-siap hehe, yok berangkat!" ucap Bayu diikuti oleh anggukanku.
"Kak!!! Flore berangkat yah!" Teriakku kedalam rumah dengan suara keras dan cempreng yang membuat Kak Reza terkejut dan menjatuhkan buku yang ia pegang.
"Iya iya, hati-hati. Jangan lari kencang kencang. Jangan teriak kayak tadi lagi, nanti semua pohon tumbang" teriak Reza. Aku terkekeh mendengarnya.

Aku dan Bayu mulai berjalan. Keluar dari perkampungan rumah rumah kumuh ini.
Satu, dua, tiga langkah, sampai ratusan langkah telah kami lalui dengan menelusuri jalan berbukit, berbatu nan panjang ini.

Entah sudah berpaa langkah yang kami lalui dan akhirnya langkah kami memasuki gerbang SD Harapan.

Aku dan Bayu memasuki sekolah sambil bercerita. Tanpa kami sadari, Seseorang menatap kami dengan sinis didepan ruang kelas itu.


Kami yang tersadar akan itu lalu tertawa menatapnya. Dia berlari menghampiri kami dibeberapa langkah dari gerbang. Perempuan mungil berwajah polos dan jaket merah itu berlari dengan kearah aku dan Bayu. Sekejap aku saling menatap dengan Bayu lalu menatapnya lagi dari jarak dekat dengan cengiran kuda yang entah terlihat bagaimana.

Perempuan mungil itu cemberut,

"Lama banget sih kalian berdua ini!!!! Capek nunggunya! Dari tadi Ela sendirin tauu" Aku dan Bayu tertawa lepas yang entah terdengar seperti apa. "Iya, maaf maaf tadi Flore lama" Kata itu melesat kencang dari mulut Bayu. Aku menatap Bayu dengan sinis yang tak kalah dengan tatapan Ela tadi. Perempuan mungil itu, Dia Ela! Sebenarnya namanya Laela namun entahlah, kami senang memanggilnya Ela.

Dan untuk sekian kalinya waktu melesat cepat membuat pembicaraan kami didepan gerbang berlangsung dan berakhir dengan melangkahan kaki kami menuju ruang kelas.

Biar kujelaskan sedikit mengenai sekolah ini. Ada 3 malaikat pendidikan disini. Malaikat-malaikat itu selalu antusias untuk melimpahkan ilmu kepada kami, namun mereka tak mendapatkan upah sepersen pun dari itu, aku sering berpikir mana mungkin mereka rela seperti itu dimasa kejar mengejar harta saat ini??? Mungkin saja hati mereka terbuat dari sutra. Pak Dirga, Pak Dilan, dan Bu Ria. Itulah mereka. Pak Dirga kepala disekolah ini, dia adalah orang dengan semangat juang luar biasa tak pantang menyerah dan membakar semangat kami dengan kata-kata eksotis nya .

Disini hanya ada 3 ruang kelas. Ruang istimewa yang berdindingkan kayu rapuh tanpa jendela , beralaskan tanah dan beratapkan seng berlubang diberbagai sisinya, tentu pasti jika hujan tiba, maka airlah yang menjadi hindaran kami diruangan itu. Biasanya kami akan berkumpul dibagian kanan depan ruang kelas jika hujan tiba, karena hanya disanalah air tak bisa menimpah kami.

Berbicara tentang hujan, waktu selalu saja beranjank tanpa rasa. Saatnya pulang dari sekolah ini. Namun, tampaknya rintikan air berjatuhan dari langit saat ini tak mendukung kepulangan kami. Kami?? Tampaknya tidak!!! Terhambat karena hujan ini sepertinya hanya untuk anak lainnya, tak untuk Aku, Ela, dan Bayu.

*******

Hai!!!
Terima kasih sudah membaca.
Mohon dukungan dan sarannya yah😊
Terima kasih~

Salam Zan Azisah Asmal😊
Ig: @azisah.asmal

Selembar Kata Untuk KeadilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang