Selembar Kata Untuk Keadilan

2.6K 45 5
                                    


Sesampai di pinggir danau, kami bertemu dengan seorang pemuda tinggi, berpakaian elegan, dan berparas elok. Dengan memegang kamera digital ditangannya.

Dia menatap kami tersenyum ramah menyapa kami " Hai!! Selamat Sore" Kami tersenyum membalas sapaannya "Sore juga"

Pemuda itu menjulurkan tangannya "Kenalin aku Farhan" senyumnya mengemban lagi.

"Halo Kak Farhan! Aku Ela!

"Halo Kak, aku Bayu"

aku masih ragu untuk mengungkapkan namaku atau berkenalan dengannya. Aku mengingat pesan ayah, tentang bagaimana berkenalan dengan orang asing.

"Kalau yang ini namanya siapa?" kak Farhan menunjuk kearahku.

aku bengong beberapa saat.

"Halo,  namaku floreta"

"Floreta ya? Dipanggilnya Eta?" tanyanya.

aku menggeleng. "Flore" Jawabku dengan wajah tertunduk.

Orang itu membungkukkan badannya melihat wajah ku dan tersenyum.

"Halo Flore, Nggak usah takut. Kakak bukan orang jahat kok" Katanya lembut.

Entah mengapa aku membiarkan diriku akrab dengan Kak Farhan.

Hari-hari berlalu aku, Ela, dan Bayu menjadi dekat dengan Kak Farhan.

Hampir setiap sore kami bermain bersamanya. Dia orang yang sangat ramah, baik, dan sangat lucu.

********

Baru saja aku pulang dari danau saat itu, Aku membuka pintu rumah , Ayah dan kak Reza tengah menyambut kepulanganku dengan tatapan yang terlihat sedikit kurang menyenangkan.

Ayah membuka pembicaraan dengan tatapan yang masih sama

" darimana? "

"aku bermain" jawabku

" dengan siapa? "

"Ela, Bayu, dan kak Farhan"

" Farhan? Floreta, ayah selalu bilang jangan bergaul dengan orang asingkan? Bagaimanapun orangnya, kita tidak pernah tahu pribadi dan maksud orang orang lain" 

Setelah itu terjadi pembicaraan panjang antara aku dan Ayah, yang pada intinya ia melarangku untuk bermain dengan kak Farhan , alasannya karena Farhan adalah seorang yang tak dikenal dan belum tentu baik seperti yang ia tunjukkan, bisa saja di balik itu semua ada maksud tertentu yang di sembunyikannya.

Aku tentu tak bisa mengelak, alaan-alasan itu bisa saja benar aku tidak bisa menebak kak Farhan begitu saja. Di sekolah aku memberi tahu Ela dan Bayu hal itu tapi mereka memutuskan untuk tetap bermain dengan kak Farhan, mau tidak mau aku jadi tidak bisa ikut bermain dengan mereka.

Hari-hari tanpa bermain terasa sangat membosanka, bahkan hampir setiap harinya aku hanya duduk menonton televisi, termenung, tidur, di rumah sendirian.

*********

Satu hari aku merasa sulit bernapas, nyeri dada, batuk, dan napas berbunyi pada pukul 02 dini hari. Aku tahu punya penyakit asma, aku mencari obat yg biasa ku hisap dilaci namun tak kudapat. Asma ku kambuh dan aku sangat kesulitan bernapas, mungkin ayah mendengar ku dari kamarnya hingga ia terbangun dan membantuku.

Kejadian malam itu membuatku tak hadir dalam kegiatan pembelajaran di sekolah beberapa hari, hal ini tentu membuatku semakin bosan.

Pada malam hari, aku mendengar suara Reza yang tengah membacakan puisi karya Chairil Anwar berjudul " Aku" untuk pengambilan nilai di sekolah besok.

Selembar Kata Untuk KeadilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang