Part 1 : Nania Suatu Ketika

22 1 2
                                    

Dibalik kacamata minusnya, Nania tengah asyik mengamati ciptaan Tuhan yang sempurna. Makhluk itu bermain dengan bola basketnya, sesekali melemparkannya ke ring dan tersenyum. Dan senyum itu... buat Nania harus ikut tersenyum. Mata hitamnya masih terus mengikuti langkah makhluk itu, akh...pemandangan pagi yang indah. Sesekali makhluk itu mendrible bola, mengopornya dan dengan langkah riang berlari kearah ring. Tampaknya makhluk itu sangat larut dipermaianannya tanpa tahu sepasang mata teduh tengah mengamatinya dengan seksama dan dalam tempo yang lumayan lamaaaaaa.

"Bug!!!" Nania mengelus kepalanya yang baru saya kejatuhan benda asing. Dia berbalik kearah datangnya benda itu dan....wajahnya berubah kesal.

"Kurang kerjaan banget sih Ka!!!" protesnya sambil mengelus kepalanya yang lumayan perih, nih orang kiranya pala aku tembok apa, nggak punya rasa!' dengusnya dalam hati. Cowok jangkung dengan potongan rambut crewcutnya itu cuma tersenyum lalu berlalu meninggalkan Nania, masih dengan memegang buku yang tadi sempat nyasar alias sengaja dinyasarkan ke kepala Nania.

"Tunggu!, dasar monyet! Apa alasan lo pake ngenganggu gue! Kurang kerjaan banget!" kejarnya

"Yang kurang kerjaan tuh kamu! Tiap pagi plototin dia terus. Itu yang namanya nggak ada kerjaan!" sergah cowok itu setelah Nania berhasil menjajari langkahnya

"Eh Ka, apa urusan lo. Ato lo cemburu yah!" tembak Nania, cowok itu berhenti, lalu menatap Nania tajam dan kemudian... tertawa! Lama dan keras...cukup membuat semua makhluk yang berada disekitar mereka berbalik untuk kemudian saling bertanya tanpa mau tahu jawabannya

"Lo nggak punya cermin yah, lo ngerasa cantik ampe pantas gue cemburuin!" masih sambil tertawa ia meninggalkan Nania yang kini..... ingin meledak!!!

"Iya gue tahu gue jelek! Napa lo marah juga. Tapi lo nggak ada hak ngeganggu gue!!!!" teriaknya dengan seluruh kekuatannya dan juga kesedihannya. Bukan cuma Raka yang bilang seperti itu, semua orang juga bilang, Nania itu nggak ada manis-manisnya, udah gitu judesnya minta ampun, belum lagi keminusan lainnya, tapi dibalik semua minusnya itu dia juga punya plus, supel, gampang bergaul lumayan ceriwis, cewek terpintar di sekolah, kesayangan bapak n bu guru, selalu menang dalam tiap kompetisi pelajaran jenis apapun, dan lagi nih bocah juga jago taekwondo, lengkaplah sudah... tak seorangpun kaum adam yang sudi padanya.

            Melihat semburat pelangi itu, Raka akhirnya berbalik."Sori Na, gue nggak ada maksud kok ngatain lo jelek!"

            "Nggak papa! Gue emang jelek, bahkan nggak pantas walo cuma mimpiin Dani!" desisnya, Raka garuk kepala. Wuih..kalo nih makhluk dah melankolis kayak gini artinya dia down bangettt. Mana tega dia liat teman baiknya itu kayak gini.

"Siapa bilang lo jelek, nggak jelek amat kok. Lumayan, apalagi kalo di kaca mata di lepas. Pasti nambah manis deh!" Raka menarik kacamata Nania, kemudian menghapus bulir bening di sana.

"Sok tahu lo. Udah nggak usah mikirin yang tadi. Dasar monyet, ngerusak pagi aja!" Nania mengambil kacamatanya kembali dan melangkah pergi. Nah lo... kalo judesnya dah balik itu berarti dunia kembali aman.

@@@

             Kembali pagi itu... dunia berubah, benar benar berubah, semua makhluk di SMU nol tujuh pada ribut. Disana di lapangan basket, dua jawara lagi asyik drible kiri, drible kanan sesekali saling menyerang, dan itu membuat suasana  pagi riuh. Nania yang kali itu harus rela mentari mendahuluinya terbangun, ikut heran, rame amat sepagi ini. Dan.... akhirnya matanya tertumbuk pada dua sosok yang amat dikenalnya. Dani dan Raka. Ngapain pagi-pagi gencar kayak gitu, kayaknya keduanya serius banget! Masa bodo. Kali aja mereka berdua lagi latian! Akhirnya Nania memutuskan ke kelas, yap mulai saat ini dia ingin mengubur mimpi tentang Dani.

My story : Please, Turn Back The Time!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang