Adriana berjalan perlahan, kemudian langkahnya terhenti menyembunyikan tubuh rampingnya di balik flamboyan. Menarikan matanya menyusuri tiap inci daerah sekitarnya. Kini ia kembali melangkah, berjinjit seolah pencuri yang takut ketahuan. Semua orang disekitarnya cuma menggeleng. Ini pemandangan biasa di kampus, anak itu termasuk spesies langka di elektro, rambut yang panjang sepunggung kontras dengan gayanya yang mines seratus derajat dibawah feminim, belum lagi jeans belel yang masih bisa ditoleransi karena nggak bolong-bolong dipadu kemeja ukuran XL, kalo ditanya gadis itu dengan nyantai menjawab kemeja itu emang punya bokapnya. Bahkan tindakannya yang nggak ngalah nyaingin cowok seelektro juga nggak kalah machonya. Udah betina emang jarang eh betina yang satu ini malah aneh bin ajaib. Matanya perlahan-lahan menangkap empat sosok itu satu-persatu.
“Kadal lagi cari mangsa!” desisnya melihat seorang cowok dengan rambut crew cut sedang asyik bercanda dengan seorang gadis manis. Huekk, yang gitu manis yah, biasa aja! Batinnya “Bunglon berubah warna, tumben hari ini mau pake baju rapi biasanya kaos yang ngak berpendirian apalagi jeansnya yang alamak kayak nggak pernah nyentuh air sejak kemunculannya di muka bumi. Sejak kapan dia jadi pake kemeja, oh iya kalo ujian!” kini matanya tertuju pada seorang cowok junkis alias jangkung najis dengan rambut yang dipaksa jabrik. Cewek itu menggeleng kepala, cowok yang dimaksudkannya kini sedang asyik mengajari juniornya, menerangkan ini itu, sok pinter padahal otaknya pas-pasan
“Ular itu lagi ngapain? Yah Tuhan!!! Masih pagi tuh mata udah belanja…” kembali ia menggeleng kepala menatap satu lagi cowok usil yang selingak-selinguk memutar bola matanya sambil bersiul.
“Yeah ileh… buaya ngak ketinggalan juga. Emang rawa-rawanya udah kering, tumben banget pagi-pagi gini udah nongol di kampus, ngapain metik gitar di situ. Eh kali aja tuh anak kehabisan uang, makanya ngamen kepagian. Sesaat dia memandangi buaya itu kagum, kekagumannya seolah sirna begitu adegan selanjutnya berputar, pengamen itu senyam-senyum cari perhatian sambil mengerling nakal pada cewek-cewek di sekitarnya. Ih lagi tepe alias tebar pesona. Dasar buaya!!! Geramnya. Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati cowok yang emang paling keren diantara spesies-spesies itu, gimana enggak, wajahnya yang putih tirus, dilengkapi mata tajam yang siap menghujam siapa saja, apalagi bibir tipis dan hidung bangirnya, jelas aja cewek-cewek pada ngelirik pantaslah kalau reptil satu ini digelari buaya, karena dia yang emang paling ‘liar’ diantara keempatnya.
“Dri… untung lo dateng, bantuin dong! Kenalin gue ma cewek itu. Kemarin dia ngomong kan ma elo!” dihentikannya petikan gitarnya kini menunjuk pada seorang gadis berambut panjang dengan balutan kaos putih dipadu celana panjang dengan warna senada. Adriana menghempaskan dirinya di samping cowok itu
“Eh buaya jelek, nggak kapok juga nembak sana-sini bentar juga lo putusin kan? Gue yang jadi bulan-bulanan, nggak bakal gue kenalin dia ma lo!” ditudingkannya jarinya tepat ke tengah wajah. Ditepiskannya jari gadis itu
“Dri, lo harus berenti panggil gue buaya, gue punya nama… Andy!” protesnya kesal
“Yah…semua binatang di kebun binatang tuh punya nama. Buaya yang ini namanya Andy kan. Tenang!!! penjaga kebun binatang tahu kok!” cowok itu mendegus kesal
“Lo bisa manggil gue buaya seumur hidup kalo cewek itu ngak bisa gue dapetin! Cewek mana sih yang nggak gue dapetin” Andy berdiri dan menyerahkan gitarnya pada cewek itu.
“Dri…liat yah!” Adriana hanya mencibir. Ditaruhnya kotak senar titipan itu, dan berjalan menemui ular yang dimaksudkannya
“OIII…. Mata lo sakit yah!!!!” teriaknya tepat ditelinga cowok berkaos oblong itu. Cowok itu kontan mengusap telinganya
“Dri..gue nggak budek. Dasar nenek sihir, pagi-pagi ngenganggu aja. Nggak liat apa cewek itu udah kepancing, lo dateng lagi!” protesnya sengit
"eh Uler...ngak ada tobatnya lo yah, nggak inget cewek yang udah nimpuk lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My story : Please, Turn Back The Time!!!
Teen FictionIni tentang cinta. Lagi lagi tentang cinta, karena hanya cinta yang kupunya. Cinta yang penuh imajinasi. Ini mungkin ceritamu, mungkin kita pernah bertemua di satu tempat dan aku mendengarmu bercerita. Merangkumnya hanya demi menghidupkan waktuku ya...