Rindu di ujung senja

12 2 0
                                    


Malam semakin larut, cuaca dingin mulai terasa menusuk ke sekujur tubuh ini. Di luar sana raja kodok dan rakyatnya seakan berpesta, mereka bernyanyi riang yang terdengar saling sahut menyahut sehingga membuat mata ini enggan terpejam. Pepohonan di samping jendela kamarku seakan menari tanpa lelah mengikuti arah angin yang bertiup sepoi-sepoi. Sedangkan awan masih saja meneteskan air setitik demi setitik yang perlahan membasahi semua tumbuhan. Sehingga bumi pun ikut mengeluarkan aroma tanah yang disebabkan oleh air hujan tersebut.

Ku tarik selimut tidurku hingga menutupi sebatang badanku, serta ku tutup kuat telingaku menggunakan bantal yang tadinya menjadi alas kepalaku. Aku terus berusaha untuk memejamkan mata ini agar bisa tertidur lelap. Tapi sayang, semua usahaku itu sia-sia, mata ini tidak jua terlelap. Akhirnya aku gunakan cara handalanku. Ya, aku sumbat telinga ini dengan headset dan ku putar lagu-lagu slow dengan volume tinggi. Hingga dini hari barulah mata ini mengantuk dan mulai tidak sadarkan diri.

Belum puas rasanya aku tidur, alarm sudah berteriak-teriak di ujung telingaku. Dengan mata yang masih terpejam aku meraba-raba meja yang terletak di samping kananku dan memencet jam weker berbentuk bola itu dengan ligat dan kembali tidur. Saat itu yang aku inginkan hanya tidur.. tidur.. dan tiduur! Selang setengah jam aku merasa matahari berjalan dekat ke arah kepalaku dan silau cahayanya membuatku terbangun dari tidur nyenyakku. Perlahan ku buka mata dan terlihat ibuku yang sedang membuka tirai jendela kamarku.

"Ahh Ibuuu.. kenapa dibuka? Al kan masih ngantuk," gerutuku sambil kembali menutup mata.
"Ngantuk apanya? Kamu nggak sekolah? Udah jam 7 tuh!" jawab ibu seraya menarik selimutku.
"Appaaa?" sambil membuka mata dan terus berlari ke kamar mandi.

Selesai mandi aku tidak lagi memikirkan lambungku, aku segera memakai seragam sekolah, sepatu dan segera menyandang tas serta berlari kencang ke arah motorku yang terpakir di samping rumah. Aku gas motor Kawasaki hitam kesayanganku sehingga membuatnya melaju begitu kencang. Sesampainya di sekolah, ternyata pintu gerbang sudah ditutup oleh satpam penjaga sekolah yang berewokan itu. Seram memang, tapi untunglah satpam itu bersedia membukakan pintu gerbang sekolah karena aku berhasil menyogoknya dengan selembar kertas hijau bermerek yang dapat ditukarkannya dengan sebungkus rok*k. Aku terus berlari kencang ke kelasku mengingat sebentar lagi ulangan matematika akan dimulai.

"Kalau tidak karena tahun lalu aku tinggal kelas, aku mah ogah berjuang seperti ini," gerutuku di dalam hati sambil terus mendaki jenjang. Tapi tiba-tiba saja tampak seorang perempuan berlari menuruni jenjang yang sedang ku daki dan menabrakku. "Ehh.. hati-hati dong! Untung aja aku nggak jatuh dan berguling-guling ke bawah sana. Kalau tadi itu terjadi, apa kamu mau tanggung jawab?" Sorakku emosi.
"Maaf ya.. maaf," Jawab perempuan itu dan terus berlalu begitu saja.
"Dasar cewek aneh!!" gerutuku.

Semua mata pelajaran telah berlalu, sebagian murid di tempatku sekolah sudah tampak berjalan ke arah pintu gerbang yang sudah dibuka sejak 5 menit yang lalu. Tapi tidak denganku, aku lebih memilih pergi ke sebuah cafe sebelum pulang ke rumah. Dengan maksud membeli sebuah soft drink dan bersantai-santai di sana sambil mendinginkan kepalaku yang isinya sudah banyak terkuras di sekolah. Matahari sudah mulai terbenam, barulah aku memilih untuk pulang. Setelah memasuki kompleks rumahku, aku melihat sesosok perempuan yang mengenakan seragam seperti yang aku kenakan saat ini. Ia duduk di bangku taman yang tidak jauh dari rumahku dengan rambut hitam lurus tergerai, sehingga aku tidak bisa melihat jelas wajahnya. Sambil terus berlalu aku bertanya-tanya di dalam hatiku. "Sejak kapan di kompleks rumahku tinggal seorang cewek yang sebaya denganku? Satu sekolah pula!"

Seminggu telah berlalu, tapi kini aku selalu melihat sosok wanita yang sama duduk di kursi taman dekat rumahku di setiap senja hari. Rasa penasaran terus menghantuiku. Akhirnya aku memilih untuk mendekati perempuan itu agar aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Belum sampai di samping perempuan itu aku memijak ranting pohon sehingga membuat perempuan itu terkejut dan spontan berbalik arah menatapku.

All About Love...Where stories live. Discover now