12. Ya, Princess?

105K 15.3K 1.2K
                                    

Rindu? Sorry baru update:"


VOTE KOMENTAR YANG BANYAK YA TEAM DAUN KATUK EMAK!! ILYSM!! MAAF GAK BALES KOMENTAR KALIAN:v

Enjoy reading, sorry typo:*

**

AURA Di ruang keluarga terlihat tidak bersahabat, bukan karena cuaca hari ini sangat panas. Lebih dari itu, Dinda sangat kesal dan jengkel melihat cowok yang masih duduk manis di atas Sofa. Juna, cowok itu sedang menemani Ilo dan Alea bermain. Bahkan kedua adiknya terlihat asyik tertawa dengan cowok berkulit putih itu.

Juna mengantarnya ke rumah, Dinda yang tidak enak keluar tanpa mengatakan apa pun, akhirnya berbasa-basi untuk menawari Juna masuk. Hanya basa-basi, Dinda tidak menyuruh Juna untuk benar-benar mampir ke rumahnya. Apa yang Juna lakukan masih membekas di pikirannya soal Oppanya.

Namun semua tidak sejalan, Juna justru menerima tawaran Dinda. Masuk ke dalam rumah yang langsung di sambut Mama dan dua adiknya.

Ilo dan Alea, memang sudah kenal Juna. Itu terjadi ketika Juna ke rumahnya hari di mana cowok itu memaksanya latihan untuk drama. Tapi hanya sebentar, karena Dinda langsung mengusir kedua adiknya yang tidak hentinya mengganggu latihan dialog bersama Juna.

"Jun,"

Tidak ada respons, Juna terlihat asyik tertawa bersama bersama Ilo yang juga memasang tawa bahagianya karena berhasil membuat perahu di selembar kertas.

"Wah, Ilo pinter." puji Juna, mengusap kepala Ilo pelan.

Alea yang juga sedang asyik melipat-lipat kertas terkekeh, dan terus melanjutkan hasil karya yang masih belum terlihat.

Dinda sebal, bukan karena Juna mendiamkan dirinya. Tapi karena Juna tidak merespons panggilannya sama sekali. Ia jengah, sampai kapan cowok itu berada di rumahnya.

"Juna!" akhirnya Dinda berteriak, memekik cukup keras di samping Juna.

Juna menghela napas, mendongak menatap Dinda yang berdiri di sampingnya "Ya Princess?"

Dinda mendengkus, berdecak pinggang sembari memasang wajah galak "Kamu kapan pulang? Ini udah jam lima sore, tahu!"

Juna menautkan kedua alisnya, menoleh ke arah jam dinding yang terpasang di dinding ruangan. Memgangguk-angguk paham.

"Kamu ngusir aku?"

Dinda gelagapan, niatnya mengusir dengan halus tertangkap basah.

"Bukan gitu, ini udah sore. Emang kamu gak punya kerjaan lain di rumah? Di cariin orang tua kamu , atau..."

"Aku tinggal sendiri," Juna langsung memotong kalimat Dinda.

Dinda yang tidak bisa meneruskan kalimatnya mengerjap, menoleh ke arah Juna dengan dahi berkerut.

"Tinggal sendiri?"

Juna mengangguk, tangannya masih sibuk membantu Ilo melipat kertas "Hm,"

"Orang tua kamu?"

Tangan Juna berhenti mendadak, sebelum akhirnya menoleh ke arah Dinda "Mereka kerja,"

Dinda manggut-manggut tidak peka, menurut Dinda itu hal biasa. Mengingat Juna orang yang punya segalanya, jelas saja orang tuanya akan sibuk bekerja.

Tidak lama suara pesan masuk ke dalam ponsel Juna. Juna yang baru saja menyelesaikan pembuatan pesawat dengan kertas merogoh ponselnya di saku celana.

Napas beratnya keluar seiring pesan masuk itu ia baca. 20 panggilan dari Sasa dan 3 panggilan dari temannya membuat Juna enggan membalasnya. Juna langsung memasukan ponsel ke tempat asal. Beranjak dari atas tempat duduk, mengambil tasnya.

Bukan Putri Tidur (Sudah Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang