SEMUA Para pemain dan anggota pengurus drama yang sudah selesai hari ini berkumpul di belakang panggung. Mereka saling lempar pujian dan saling berpelukan karena drama mereka berjalan dengan lancar.Mereka semua bercanda sesekali tertawa ketika membahas hal hal konyol yang sempat terjadi di atas panggung. Contohnya ketika Kenan hampir melupakan untuk menutup resteling celananya karena terburu-buru. Atau Budi, yang sempat ketiduran ketika menjadi sebuah pajangan pohon. Dan Caca, yang sempat cekcok dengan Ika dan Rini karena hal yang tidak jelas.
Ardi yang berakhir dengan amukan Eka, tapi tidak menyerah sama sekali meski cewek bongsor itu sudah mengumpat cukup sinis kepadanya. Benar-benar seorang masokis.
Berbeda dengan Sasa yang sempat mengamuk kepada Juna karena cowok itu sudah mencium kening Dinda di atas panggung. Sementara Dinda sendiri sedang duduk diam, bingung harus bergerak seperti apa.
Juna sendiri hanya menghela napas berat, pada akhirnya kebahagian itu berakhir sampai di sini. Sasa kembali mengganggu hidupnya, dan ia tidak lagi punya alasan untuk terus dekat dengan Dinda.
Sasa masih dalam mode mangamuknya, cewek itu pergi entah kemana setelah menggaanti kostum dengan dua temannya. Sementara Juna yang masih dalam penampilan pangerannya, duduk tanpa semangat. Tapi, ketika manik matanya menangkap sosok cewek yang belakangan ini membuat hari-harinya indah, Juna tersenyum.
Beranjak dari atas tempat duduk, Juna langsung berjalan menghampiri sosok cewek yang masih menggunakan kostum Princess.
"Kenapa masih di sini, hm?"
Suara berat itu sepertinya berhasil membuat si empunya terkejut, Juna bisa melihat gerakan tubuh Dinda menegang sebelum akhirnya rileks dan membalikkan tubuhnya.
"Kenapa?"
Bukan menjawab, Dinda justru balik bertanya. Memasang wajah seolah tidak terjadi apa-apa, cewek itu kembali ke posisinya menatap ponsel.
Juna tersenyum, lalu mendekat ke arah Dinda. Cewek itu masih asyik dengan ponsel di tangannya, Juna yang merasa di abaikan akhirnya berlutut di hadapan Dinda yang mau tidak mau mendongkak untuk menatap Juna.
"Kenapa?" tanya Dinda, tiba-tiba.
Juna bingung, menaikkan satu alisnya. "Apa?"
Dinda tidak bisa lagi menahan pertanyaan yang sedari tadi mengusik pikirannya. Cewek itu menarik napas, lalu menatap ke arah Juna yang juga sedang memandanginya.
"Kenapa kamu cium aku tadi di atas panggung?" akhirnya, pertanyaan itu meluncur juga.
Juna terdiam, keningnya mengerut semakin dalam. "Kan di naskah emang gitu,"
"Iya, tapi kan kita udah sepakat kalo gak akan ada skinship di adegan itu!" Dinda mendadak marah, entah kenapa.
Juna yang melihat kemarahan Dinda, terdiam. "Maaf, aku gak sengaja."
Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Juna pada akhirnya, ia tidak mau membuat Dinda semakin marah dengan apa yang sudah Juna lakukan. Juna mengaku, bahwa ia tidak bisa menahan diri, karena itu. Mungkin, meminta maaf lebih baik agar amarah Dinda hilang.
Sayangnya, bukan hilang. Justru Dinda semakin kecewa. Kalimat Juna berhasil memancing emosinya, dan kenapa Dinda mendadak sakit hati.
"Gak sengaja kamu bilang? Jun, apa yang kamu lakuin itu di lihat sama banyak orang. Temen, adik kelas bahkan guru-guru. Sampai Sasa lagi-lagi kasih tatapan benci ke aku. Padahal, aku muak berurusan sama pacar kamu terus!" Dinda mendadak membentak, amarahnya meledak begitu saja.
Juna yang tidak paham dengan kemarahan Dinda yang baru ia lihat untuk pertama kalinya, menarik napas pelan. Apa ia sudah keterlaluan? Sampai membuat Dinda yang biasanya masa bodoh mengamuk seperti ini.
"Maaf, aku tahu aku salah. Soal para penonton yang lihat, kamu gak perlu cemas. Mereka gak akan salah paham, karena yang mereka tahu semua itu cuma drama. Buat Sasa, kamu gak usah khawatir. Aku gak akan biarin Sasa macam-macam sama kamu," jelas Juna, tegas.
Dinda terpengarah, tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Karena pada kenyataannya apa yang Juna katakan benar. Apa yang harus ia cemaskan? Pandangan para penonton? Lagi pula, mereka memaklumi yang terjadi itu hanya untuk kepentingan drama. Dan untuk Sasa, sejak kapan Dinda merasa terusik dengan cewek yang selalu memberikannya tatapan benci.
Karena di hidup Dinda, tidak ada yang penting selain. Menjadi diri sendiri, Oppa dan teman-temannya.
"Aku bener-bener minta maaf, aku gak tahu kalo semua itu bakal buat kamu marah kayak gini." Juna masih mencoba menenangkan Dinda, ia tidak mau cewek yang ia suka mendadak membencinya dan itu karena kesalahannya sendiri.
Dinda tidak bisa berkata-kata lagi. Cewek itu beranjak dengan napas pasrah.
"Gak usah minta maaf, kayaknya aku yang terlalu berlebihan di sini. Yang penting sekarang semuanya udah kelar, aku gak terlalu mikirin hal kayak gini lagi."
Setelah mengatakan itu Dinda pergi, meninggalkan Juna yang berdiri dari jongkoknya. Menatap Dinda dengan tatapan gusar. Amarah Dinda barusan berhasil membuat Juna frustrasi.
"Arg! Kenapa juga pake cium segala. Kalo tahu bakal marah gini, gue bakal tahan diri walau susah. Gue bener-bener gak bisa nolak pesona lo, Dinda." ujarnya, kesal.
Sementara Juna sedang sibuk memaki dirinya sendiri, tidak jauh dari tempat keduanya sempat berdebat itu. Ada sepasang mata yang sedang memerhatikan. Mata itu menajam, memancarkan amarah yang tidak bisa di gambarkan.
"Jun, ngapain masih di sini? Gak ikut kumpul-kumpul sama anak yang lain? Mereka nungguin pemeran utama tuh, buat ngerayain pesta kelancaran drama." ujar Adam yang entah sejak kapan sudah ada di sana.
Juna membalikkan tubuhnya, lalu menghela napas berat. "Hm, gue ganti baju dulu."
Adam mengangguk, keningnya mengerut melihat raut wajah Juna yang berantakan. Adam tahu apa yang baru saja terjadi, ia tidak sengaja menguping pembicaraan mereka barusan.
Sebelum Juna benar-benar pergi, Adam sempat mengatakan sesuatu dan berhasil membuat langkah Juna terhenti.
"Kalo lo suka dia, lo bilang. Jangan di tahan-tahan, karena dia gak akan pernah paham sama semua sikap lo. Sekali pun lo selalu buat dia jadi orang paling spesial." ujar Adam tiba-tiba.
Adam menatap Juna yang masih diam di tempat "Karena status lo yang masih pacar orang. Inget, Jun. Lo juga manusia, lo berhak bahagia. Gak usah merasa terbebani sama apa yang udah terjadi. Ambil keputusan kalo lo bener-bener cowok. Putusin pacar lo dan ungkapin perasaan lo sama Dinda. Karena kesempatan itu gak akan datang dua kali, siapa tahu setelah ini bakal ada cowok yang deketin Dinda dan bisa bikin dia lebih nyaman." lanjutnya, menepuk bahu Juna.
Adam langsung pergi dari sana, meninggalkan Juna yang tiba-tiba emosi. Mendengar jika suatu saat nanti ada cowok yang berhasil membuat Dinda nyaman, mendadak Juna tidak suka.
Tidak ada yang boleh merebut Dinda darinya, karena cewek itu adalah miliknya. Ya, memiliki sepihak itu memang tidak menyenangkan. Apa yang harus Juna lakukan jika apa yang Adam katakan terjadi nanti? Mengejar pun sudah tidak ada artinya lagi.
Juna memejamkan matanya, giginya gemerlatuk menahan kesal. Mengusap wajahnya frustrasi, Juna mendesah. Ya, dia harus segera mengambil keputusan sebelum terlambat. Juna harus bisa memilih apa yang hatinya mau.
TBC!
Ayooo? Tebak? Juna mau apa? 😂😂
VOTE KOMENTAR DAN SHARE
sangkyu:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Putri Tidur (Sudah Tersedia Di Toko Buku)
Teen Fiction#ProjectRemaja "Lo ngapain cium kening gue? Di naskah kan gak ada!" Semuanya berawal dari acara Teater untuk menyambut murid baru di sekolah. Dinda, cewek kpopers yang sudah lama menjaga jarak karena ancaman kekasih Juna, Sasa. Kini harus kembali be...