Part 3

158 11 1
                                    

"ehh.. gini pak saya ini dokter anak. Meskipun awalnya kami diajarkan umumnya aja saya takutnya kan dosis untuk anak-anak dengan dewasa beda saya Cuma memastikan aja pak. Ehh.. bukan saya dokter abal-abal" kataku, gilak aja aku dibilangin dokter abal-abal.

"coba lihat ijazah kamu"

DUH REMPONG AMAT SIH... asdfhnai7n829619838u9e***>::L>::">!!!!!

"kebetulan saya nggak baw—"

"keluar kamu, saya nggak percaya dengan kamu"

"pak bisa nggak sih, nggak usah motong pembicaraan saya. Saya udah usahain ke sini malam-malam untuk bapak, untuk pasien saya. Jika bapak nggak percaya saya dokter, ini saya buktikan saya nge foto ijazah kuliah saya" kataku dengan emosi sambil menunjukkan foto ijazah ku

"bapak bisa tebus obat ini di apotek permisi" kataku lalu menulis resep dan pergi dari rumah laknat ini,

"pak, mana ktp saya?. Bapak udah saya periksa dan tolong tebus obat ini di apotek"

"ini neng ktp nya, makasih ya udah periksa bapak. Ati-ati neng ngendarai mobilnya" kata bapak satpam dan kubalas dengan senyuman.

....

Pagi harinya aku merasa malas ke CC, entah mengapa malas aja ke sana. Auranya kalo mau ke sana gak enak aja.

"kamu nggak berangkat ke CC?" tanya mama

"males ma.."

"yaudah, sarapan gih"

"ma, temenin Enzyz belanjaa yuk.. pingin belanja nih"

"minta temenin sama Dio sana"

"emang Dio pulang?"

"iya tadi jam 9"

"lah emang ini jam berapa ma?"

"jam 12"

"masyaallah kebo banget aku"

"emang, udah sana sarapan yang hampir lunch hihihihi" kata mama sambil cekikikan

Akhirnya aku pun mandi dan siap-siap buat keluar. Setelah siap aku pergi ke kamar Dio, buat ngajakin Dio belanja..

"Di... buka" katakku sambil mengetuk pintu, lalu keluarlah sosok yang keliatan banget baru bangun tidur

"masyaallah mbak.. apa?"

"anterin nge-mall dong, mau belanja kayaknya ada promo gede-gedean deh"

"duhh.. mbak Dio baru pulang lho"

"ayolah Di anterin, mbak beliin parfum kamu itu apa, yang katamu habis itu"

"udah aku beli pas di Prancis"

"aku beliin... apa ya, duh kamu yang nggak punya apa deh.. temenin mbak dong"

"beliin aku tali kamera mbak, punyaku udah buluk" katanya dengan muka tanpa bersalah

"berapaan?"

"murah mbak 2jt Cuma"

"yaudah mbak beliin, cepet siap-siap sana" kataku dengan mendorong ia masuk ke kamarnya.

Setelah menunggu beberapa puluh menit akhirnya adikku keluar juga, lalu kami langsung berangkat ke mall. Sampai di mall aku langsung aja masuk store yang biasa ku kunjungi. Dengan adanya diskon aku lebih leluasa mengambil barang. Bukannya saat tak ada diskon aku tak mengambil dengan leluasa tapi kalo nggak ada diskon aku harus mikir dulu kalo beli ini hemat gak ya dll.

"mbak udah belum, ini katanya mbak mau beliin aku tali" katanya dengan nada jengkel

"duh bentar kenapa, jarang tau ada diskon" kataku sewot

"mbak aku tidur aja deh"

"terserah"

Emang ya cowok itu nggak suka lihat cewek belanja dengan leluasa.

Setelah itu kami memutuskan untuk makan di suatu restoran fast food yang terkenal

"gimana, sama tunangan kamu?"

"ya nggak gimana-gimana mbak"

"kamu beneran tetep mau jadi fotografer?, mending pindah deh peke—"

"mbak gausah mbahas itu" katanya dengan ketus

I KNOW dia selalu nggak suka pembahasan ini, karena sekarang ya coba mikir fotografer itu bukan perkerjaan primer, maksudnya pekerjaan itu nggak menjanjikan gitu. Nah jadi adikku ini pernah ditawari kerja di kantor papa nggak mau, jadi polisi juga nggak mau padahal ada om ku yang kerja di kepolisian. Dia tetap tak mau.

"dek, udah belum?" tanyaku karena aku sudah selesai makan

"udah, ehh.. ini mau kemana?"

"katanya beli tali kameramu" kata ku jengah

"beneran dibeliin, 2jt mbak"

"nggak papa kamu kan jarang-jarang juga mbak traktir"

Lalu kami jalan menuju toko kamera, setelah mellihat-lihat dan ternyata adikku suka yang 3jt haduu bokek nih habis ini. Saat kami keluar memang sih samping dari toko kamera ini toko mainan mungkin jodoh kali ya ihhh jangan deh kenapa Elvin sama bapaknya keluar juga, padahal aku nggak masuk demi nggak ketemu mereka, kenapa ketemu lagi.

"kakak!!!"

HUHHH!! Ternyata si Elvin lihat diriku, dan dia menyeret bapaknya untuk berjalan ke arahku

Langsung saja aku senyum, agar dia nggak takut denganku

"lagi ngapain di sini?"

"beli mainan sama papa" lalu aku mengalihkan tatapanku kearah 'papanya'

"sudah sehat pak?" kataku dengan nada datar

"ya"

"oh yasudah, saya permisi" lalu aku pergi dengan menggandeng tangan adikku

"sapa sih mbak?"

"orang gila"

.....

Terima kasih yang udah mbaca ceritaku.......

jangan lupa vote dan comentnya tapi ;)

Just For Your BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang