jadi sebenernya, gue mau buat buku ini jadi satu prov aja, yaitu 'author POV' doang, tapi setelah gue coba, ternyata itu susah banget dan gak cocok ama gue.
jadi akhirnya, kembalilah gue ke gaya lama.
enjoy! :)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Luke pov
“Stupid Luke! Jangan ke gedung lima! Disana banyak tentara lawan!” Michael berteriak di sebelahku, tangannya sibuk dengan controller dan matanya terus terfokus pada layar tv.
Aku hanya tersenyum mendengar teriakan-teriakan protest Michael, kami sedang memainkan salah satu video game kesukaan Mike, call of duty, satu hal yg paling asik melebihi game itu sendiri adalah; aku bisa membuat Mike jengkel. Mike selalu menganggap serius game ini dan akan selalu marah jika aku mengacaukan strategi perangnya.
“Tapi, ada tawanan disana Mike, kita harus membebaskannya,” jawabku enteng dan mengarahkan pemainku menaiki gedung lima.
“Disana Cuma ada satu tawanan! You idiot! Cepat berbalik, aku sudah di gedung satu dan tawanan di sini lebih banyak,” seru Mike lagi, aku tahu tindakanku bodoh, aku pasti akan mati dikepung tentara musuh, tapi tak masalah, asalkan itu bisa membuat Mike kesal.
“Mike, tolong aku, ada banyak orang yg menembakiku,” ujarku padanya, Mike mendecak kesal.
“Aku sedang di gedung satu, ingat? Hah! Percuma saja, misi kita gagal, Luke, kau bodoh dan menyebalkan!” Mike meletakkan controllernya ke lantai, dan persis seperti yg dikatakan Mike, pemainku akhirnya mati karena terkena granat dari tentara musuh dan setelah itu tulisan ‘mission failled’ muncul di seluruh layar. Aku tersenyum puas mendengar gerutuan Michael.
“Ayo ulang lagi!” ajakku bersemangat, Mike melirikku sinis
“Tidak! Kau selalu mengacaukan strategiku,” tolaknya, ia bergerak mematikan Nintendo-ku.
“Hei Luke, bukannya kau ada janji malam ini?” celetuk Calum, aku memutar kepalaku dan melihat Calum yg sedang tiduran di atas tempat tidurku sambil memain-mainkan gitar, di sebelahnya, Ashton sedang sibuk berkutat dengan handphonenya.
Aku mengerutkan dahi, “Janji? Rasanya tidak,” jawabku, menggeleng pelan.
“Itu…Janji makan malam dengan, err… siapa namanya? gadis yg kau sebut tadi siang,” ujar Calum mengingatkanku.
Oh, aku ingat sekarang, aku melirik jam dinding yg sudah menunjukkan angka delapan.
“Wah hebat, kau ingat? Padahal Luke saja sepertinya tidak ingat,” ujar Ashton yg sudah mengalihkan pandangannya ke Calum.
“IQ-ku kan tidak rendah seperti kalian,” jawab calum, tersenyum bangga.
Aku mengangkat alisku, “aku tidak punya janji bersama cewek gila bernama Titania itu, aku bahkan belum meng-iya kan ajakannya,” jawabku enteng, itu benar, aku kan tidak pernah bilang ‘iya’, jadi aku tidak merasa punya kewajiban untuk datang. Dan aku tidak akan datang.
“Oh ya, namanya Titania.” Calum mengangguk pada diri sendiri
“Tapi, bagaimana kalau dia menunggumu?” Tanya Ashton
“Tidak mungkin,” jawabku
“Tidak mungkin apa?”
“Tidak mungkin dia menungguku, dia itu gila dan menurutku, tadi siang dia cuma sembarangan bicara,”

KAMU SEDANG MEMBACA
YOLO //Hemmings// //AU//
FanfictionIni tentang Titania yang berhasil menjungkir balikkan hidup Luke dangan Motto "YOLO" nya Dan tentang Luke yang menjadi orang pertama yang mengetahui alasan di balik Motto "YOLO" itu. highest rate: shortstory #22 fanfiction #20 (16, july 2014)