1

11K 341 27
                                    

"Aishh... Menyebalkan sekali pak botak itu, seenaknya aja ngasih gue hukuman memalukan kayak gini. Padahal gue kan cuma telat sejam setengah, belum juga kayak si Hary yang biasanya telat sampek sejam sebelum pulang. Hah.. mana nih rambut jadi kusut kucel jelek gini. Mentang-mentang Dia botak, jadi ngasih hukuman yang ada hubungannya ama rambut. Apa jangan-jangan tuh guru iri sama rambut gue yang alus wangi bin panjang ya? Ah.. au ah, tunggu aja sampek gue aduin besok sama Kak RomRom! Hihihi"

Tanpa memperdulikan tatapan aneh dari orang-orang yang perpapasan dengannya, gadis dengan surai coklat panjang dengan name tag Aldea .F itu menggerutu sendiri. Kedua tanganya sibuk membuka karet rambut yang jumlahnya 100 biji di rambutnya.

Tadi pagi gadis berumur 15 tahun itu terlambat masuk kelas. Alhasil dia dihukum oleh "Guru Botak" nya menguncir rambut sejumlah 100 kunciran dan tidak boleh di lepas sampai jam sekolah berakhir. Dan beginilah nasibnya. Rambutnya jadi acak acakan seperti orang gila yang baru putus cinta. Tadi saja di sekolah, dia menjadi pusat perhatian. Tapi bukan Aldea namanya jika memperdulikan tatapan orang lain.

Dia itu cuek. Emm bisa di bilang gadis yang berprinsip 'bodo amat'. Aldea atau panggilan 'beken'nya Dea dan panggilan 'khusus'nya Alde, ah itu khusus untuk sang kakak kelas kesayangnya RomRom alias Romy.

Ah omong omong soal Romy, dia itu anak dari Guru Botak yang di sumpah serapahi Dea.

"udah gue bilang, mana duit loe cepet!. Loe budek ya. Ah udah anak mama, bisu, budek pula!"

Samar- samar Dea mendengar suara bentakan itu. Mulutnya yang sedari tadi komat kamit mengucapkan sumpah serapah seketika terdiam. Menajamkan pendengarnya lalu melangkah kearah gang sempit sumber suara itu berasal.

Dapat dilihatnya dengan jelas. Seorang anak kecil yang dia perkirakan seumuran adiknya yang paling kecil tengah di kerumuni 3 laki-laki yang dia kenal.

"itu kan si Harry, david sama Endra? Ngapain tuh bocah 3 megangin tangan tuh anak kecil? Jangan-jangan mau malakin adek imut itu lagi? Wah wah nggak bisa di biarin ini. Tuh bocah ber 3 emang nggak berperi keadek imutan ya?"

Dengan langkah lebar dan kepala yang secara tak kasat mata berasap, Dea menghapiri '3 bocah' yang di sebut-sebutnya tadi. Matanya menajam tatkala melihat si Harry teman sekelasnya itu menarik tas anak kecil itu lalu mengobrak abriknya. Dompet dengan gambar kartun berkepala biru asal negeri jepang itu kini berpindah ketangan Harry.

"wah wah siapa nih yang datang? Aldea si gadis gila yang cintanya di tolak sama pangeran RomRom nya. Mau apa loe? Nggak mungkin kan ngajakin gue gila? Atau loe mau nembak gue?" seketika tawa 3 laki-laki itu mengisi keheningan yang bisa di bilang cukup mencekam karena aura membantai Dea.

"tapi sorry nih. Gue udah punya pacar yang super duper cantik. Nggak minat tuh sama papan penggilesan macam loe. Hahahahaha"

Di dengarnya kalimat-kalimat penghinaan itu dengan tenangnya. Bukan karena membenarkan, Dea hanya sedang menghitung kemungkinan kemenangan yang dia dapat jika melawan 1 bocah kelebihan asupan, dan 2 bocah kelebihan percaya diri yang ada di hadapannya sekarang.

Kayaknya bakal babak belur nih. Batin Dea

"eh, gue ada penawaran. Loe lepasin tuh anak kecil dan kalian bisa ngalawan gue keroyokan. Gimana?" tawar Dea dengan seringai yang menghiasi bibir merah alaminya.

Dan perkataannya pun sukses membuat 3 teman sekelasnya itu terbahak.

"eh gadis gila. Gue tau loe masuk ekskull karate dari SMP, tapi loe lihat-lihat dulu dong lawan loe sebelum nantang. Nih gue kasih tau ya, si David sama Endra udah punya sabuk hijau. Dan gue sendiri nih punya sabuk Biru, bentar lagi kenaikan sabuk coklat, jadi assistant pelatih. Ngerti nggak loe? " jawab Harry sambil menyingkap kemeja seragam sekolahnya.

Sial. Batin Dea

"banyak omong banget sih loe. Bilang aja nggak berani"

"sialan nih cewek. Guys abisin dia" tintah Harry pada David dan Endra yang otomatis melepaskan kedua tangan anak kecil tersebut.

Anak kecil tersebut memundurkan langkahnya sedikit. Matanya menatap tajam gadis pahlawan yang bersedia menolongnya. Sungguh sedari tadi mata kecilnya terus melihat yang dilakukan si gadis. Sekarang gadis itu sedang mengikat rambut coklatnya membentuk buntalan diatas. Sukses membuat leher putihnya terekspos oleh semua mata yang melihatnya. Dan demi umurnya yang baru 8 tahun dia benci hal itu.

Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasakan seperti ini. Dia benci leher itu dilihat pria lain. Dia benci bibir tipis merona itu berbicara dengan pria lain dan dia benci saat mereka dipertemukan dalam situasi semenyebalkan ini.

Demi Tuhan, anak kecil itu merutuki dirinya sendiri sekarang. Bagaimana bisa dia merasakan hal seperti ini jauh lebih dewasa dari umurnya.

Dan satu lagi yang dia benci.

Dia benci ketika dia dilindungi oleh gadis yang membuatnya tertarik untuk pertama kalinya.

Buak... Bhuakk..

"sial, loe bener-bener gadis gila, tunggu aja pembalasan gue" umpat Harry lalu berlari pontang panting meninggalkan gang itu.

"gue tunggu. Hahahah dasar tuh bocah. Sombongnya minta ampun. Kayaknya besok gue harus ikut latihan karate lagi deh. Biar nggak ada yang nyalah gunain ilmu karate kayak mereka ber 3 " gerutu Dea sembari memungut benda-benda yang dia yakini berasal dari tas biru milik anak lelaki yang sedari tadi melihat kelakuannya.

"nih adek kecil nggak usah takut lagi ya. Kalau ada yang jahilin kamu lagi. Kamu teriak aja yang kecang. Atau bilang aja kamu anaknya pak Indra, kepala preman disini. Hehehe" celotehnya sembari mengacak rambut hitam anak kecil yang di tolongnya.

Dea memincing melihat tatapan anak itu. Jelas sekali bahwa tatapan itu artinya tak suka.

"kok dia natap gue kayak gitu sih?. Oh iya apa gara-gara dompetnya masih gue pegang? Aduh Dea loe kok pelupa banget sih" batin Dea.

"oh iya. Ini dompet kamu. Gambarnya lucu. Anak-anak banget.hahaha" lanjutnya sembari menyerahkannya.

"itu punya adikku" jawab anak kecil itu menatap tajam Dea yang tengah menertawakannya.

"oh ya? Masa sih? Kok kayak punyamu ya?" goda Dea sembari membuat face pura-pura berfikir.

"terserah"

Ah. Anak ini cuek banget. Batin Dea

"eh adik kecil. Nama kamu siapa? Kamu bukan orang sini ya? Kok seragam kamu bukan seragam daerah sini" tanya Dea. Kini Dea membungkuk mensejajarkan tingginya dengan anak tersebut.

"Aldo. Namaku Aldo Reydana dan jangan memanggilku Adek kecil atau anak kecil. Aku bukan adikmu apalagi anakmu" jawab Aldo dengan suara datarnya.

Gila nih adek imut . Suaranya datar dan dingin banget. Batin Dea.

"okeh okeh. Panggil Kakak, Kakak Dea ya. Sekarang sebutkan alamatmu. Kakak yang cantik ini akan mengantarmu" Jawab Dea mengalah.

"Rumahku di kota sebelah. Aku bisa pulang sendiri. Dan aku tak mau memanggilmu kakak. Kamu terlalu kecil dan pendek. Oh ya.. Lepaskan ikat rambutmu. Aku tidak suka MILIKKU dilihat orang lain" jawab Aldo mantap lalu meninggalkan Dea yang terngangah, tertohok dan ter ter lainnya di gang sepi itu sendirian.

****

Dede
01x01x2019

My Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang