Semua mata memandang mereka heran, pasalnya sedari Dea masuk, dua pasang mata itu seolah saling melempar bola api. ah salah, hanya mata Dea yang melempar bola api. Sedangkan mata Hary hanya seperti melempar abu sisa pembakaran.
"Dea, kau tak ingin memberi sambutan?" pecah Darma. Sungguh sedari tadi pria dengan rambut coklat gelap itu ingin mengakhiri adegan saling tatap Dea dengan Hary, tapi dia masih sayang nyawa tentu saja. Darma tak ingin kejadian pertama kali mereka bertemu kembali terulang sore ini. Pasti akan lebih memalukan jika di banting dengan tidak elitnya oleh gadis kecil yang sayangnya pemegang sabuk hitam dan pemenang perlombaan seni bela diri karate tingkat nasional ini.
"oh ya, aku lupa. hehehe kak Mama, aku denger bakal ada ujian kenaikan tingkat ya??" tanya Dea tanpa memperdulikan tatapan heran yang dilayangkan oleh semua anggota karate yang mendengarkan panggilan 'Kak Mama'.
Darma memang sudah terbiasa di panggil kak Mama oleh Dea, tapi itu jika mereka hanya berdua atau dengan sahabat-sahabat Darma, bukan dengan anggota karate yang jumlahnya lebih dari 50 orang seperti ini. Demi hidung tomat Doraemon, lelaki tulen mana yang mau dipanggil seperti itu? tentu saja Darma sudah melarangnya. tapi sekali lagi dia masih sayang nyawa.
"iya, kenapa?" jawab Darma sembari mengacak rambut Dea pelan. Sudah menjadi kebiasaannya melakukan itu. itupun akibat kejadian dulu. Darma itu pernah menjadi 'bahu' Dea saat tau Romy berhasil berpacaran dengan kakak kelas yang dia incar. Pada akhirnya Dea monggok mengajar Darma dan malah menangis seharian ditaman belakang. Darma yang mengetahui itu langsung menyusul Dea dan menenangkannya. Entah ingin bunuh diri atau apa, Darma seolah melupakan jika gadis yang ada disampingnya saat itu adalah gadis yang sama yang pernah membantingnya sampai patah tulang dipertemuan pertama mereka, tangan Darma menuntun kepala Dea kebahunya lalu mengelusnya pelan. Sejak saat itu Dea tak sungkan jika Darma mengacak atau mengelus rambutnya.
"Baiklah, jika seperti itu aku akan menambahkan satu persyaratan. Kalian semua bisa mengikuti ujian kenaikan tingkat jika mendapat predikat sopan dan peduli dari guru BK"
"Tidak bisa seperti itu dong, banyak diantara kami yang sudah mendapat banyak poin dari BK dan tentu saja kita sudah tercoret dari kriteria itu!" protes Hary dengan nada tinggi.
Selangkah lebih maju dari barisan, Hary mulai mengobarkan 'Debu sisa pembakarannya' (read. Sisa keberaniannya) .
"apa kau sedang mengakuinya tuan Hary?" sinis Dea.
Ah dia benar-benar ingin membalas gosip yang di tebarkan pria dihadapannya ini. Tapi Dea masih ingat jika dirinya harus profesional dan tidak di pungkiri jika kebijakan barunya itu untuk mendidik para anggota agar menggunakan ilmu bela dirinya dengan benar. Bukan hanya untuk ajang pamer apalagi menakut-nakuti orang lain seperti yang dilakukan Hary kemarin.
"sial"
"your mouth bro!" sanggah Darma.
"loe pasti mau balas dendam sama gue kan?" tuduh Hary melupakan sopan santun dari cara bicaranya.
"aku? Tidak. Bagian mana yang menurutmu aku balas dendam? Lagipula untuk apa aku balas dendam? Kau tau alasannya? Jika tau, beritahu aku alasan kenapa aku harus membalasmu?"
"cih. Munafik. Pantas saja kak Romy menolak loe?"
Bhuak..!
bukan Dea, itu Darma. Darma sudah tidak dapat menahan tinjunya ketika melihat Dea menunduk mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih. Darma tau Dea masih terluka, dan omongan Hary bagai garam yang sengaja ditaburkan diatasnya.
"Cukup Hary! Kau tak diijinkan mengikuti ujian kenaikan tingkat" final Dea sembari membalik tubuhnya akan meninggalkan lapangan tertutup ini.
"Ck, loe bener-bener nggak profesional ya. Mana yang katanya pemenang tingkat nasional yang diperebutkan pelatih-pelatih ternama? Ternyata ini? Gadis gila yang nggak bisa menempatkan mana ekskull dan mana masalah pribadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Husband
Romance"Gue liat bos loe di sekolah Risky" ucap Hanna diseberang telpon. "Ah palingan juga dia ambil rapot adiknya" Jawab Dea tetap menarikan jemarinya pada Keyboard. "Dia pakai seragam kayak Risky De" "Oh itu pilihan gue tadi pa- tunggu dia pakai apa?" K...