21

5.7K 287 24
                                    


Bila seseorang yang kita sayangi berucap sesuatu yang menyakitkan
maka sungguh terluka parah sajapun rasanya akan kalah
daripada hati yang tergores akibat sebuah
ucapan yang tak kurung 5 detik menucapkan namun membekas entah untuk berapa lama


Rissa pov

Rasa khawatir pasti datang menghampiri tapi aku hanya dapat mendo'akannya, walau bagaimanapun mas Akbar adalah suamiku dan tak mungkin aku mengabaikannya karena rasa cinta sepihak dari diri ini sendiri mulai hadir ketika aku berjanji saat mas Akbar mengucap ijab qobul aku akan mulai mencintainya.

Pagi ini terasa berbeda, awan mulai menampakkan kesedihannya dengan menyembunyikan sinar mentari dari ufuk timur sama halnya dengan suasana perasaanku saat ini. Ucapan mas Akbar kemarin benar-benar menusuk hati, dia mengatakan muak padaku dan tidak sudi menikah denganku. Lantas apa aku pantas memberitahu bahwa aku sedang mengandung buah hasil kami dimalam itu?

Lamunanku terganggu oleh ketukan pintu dengan suara memburu. Dengan sigap kubuka pintu kamarku dan nampaklah Kelvin yang terlihat sangat panik diiringi napas terengah-engah.

"Kau kenapa vin? Ada apa?" Tanyaku panik
"Ituuu.. huh... kak.. Ba..Bara di rumah sa..sakit" jawapnya tergagap.
"Ya Allah ada apa dengan mas Akbar" seruku dengan air mata yang menetes tanpa seizinku.
"Bersiaplah kak aku akan menyiapkan motor, kita harus segara menyusul kak Bara" perintah Kelvin padaku dan segera aku masuk kekamar berganti pakaian dan tak lupa memakai cadarku.

Dengan sedikit berlari aku menuruni tangga dan betapa bodohnya aku tak memikirkan bahwa aku sedang mengandung. Aku yang memakai gamis kesulitan untuk cepat sampai dan di saat anak tangga yang ke tiga aku jatuh tersungkur kedepan. Perutku terasa sangat sakit.

"KELVINNNN Kelvinnnnnn" teriaku sekuat yang kumampu.
"Perutkuuu vinn sangat sakittt tolonngg" ucapku.

Dari jauh aku melihat Kelvin berlari menuju ke arahku, dengan panik Kelvin berusaha memapah ku ke sofa ruang tengah

"Kak Rissa kenapa bisa seperti ini? Aku tak tau harus berbuat apa. Kita kerumah sakit saja, aku takut kakak kenapa-kenapa" cemas Kelvin

Aku masih diam meresapi rasa sakit ini dengan terus memegangi perutku. "Ya Allah jagalah bayi yang hamba kandung ini, semoga semuanya baik-baik saja dan tidak terjadi hal yang buruk pada anakku ini" Do'a ku dalam hati.

"Kakak gapapa vin, sebentar saja berikan waktu dan biarkan rasa sakit ini perlahan pergi dengan sendirinya" ucapku berusaha menenangkan Kelvin yang panik.

"Apa kakak yakin? Aku sangat takut karna kakak terlihat sangat kesakitan, kita kerumah sakit saja!" Ujar Kelvin tak tenang.

"Iya kakak gak papa, 10 menit dan sakitnya akan hilang" balasku meyakinkan.

10 menit berlalu dan rasa sakit diperut ini hanya sedikit berkurang tapi tak apalah demi mas Akbar akupun rela mati bila itu untuknya.

"Ayo kita berangkat vin, kakak sudah tidak apa-apa dan kau tidak perlu mengkhawatirkan ini lagi" ajakku.
"Kalau begitu aku tidak bisa memaksa lagi, mari kak"

Author pov

Disepanjang perjalanan menuju rumah sakit dimana Akbar dirawat, tak ada obrolan yang menemani. Mereka berdua tenggelam dalam pikiran baik Rissa maupun Kelvin, hingga tak sadar bahwa mereka sudah sampai di sebuah rumah sakit yang sangat kokoh berdiri ditengah ramainya aktivitas kota dipagi hari bernama Rumah Sakit Dirgahayu.

Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang